BAHAN AJAR PEMBIAKAN VEGETATIF

II. STEK

Standar kompetensi : Memahami semua aspek  stek  pada tanaman.

Kompetensi dasar    : Dapat mendeskripsikan peranan anatomi dan  fisiologi dari setiap bagian tanaman yang distek dalam proses pembentukan akar dan daun.

Mengidentifikasi  dan mendeskripsikan macam-macam stek  pada tanaman dan teknik penyetekan

Indikator Hasil Pembelajaran.

dapat  menjelaskan apa itu stek

dapat menjelaskan  aspek anatomi  stek   dalam  pembentukan akar  dan daun .

dapat menjelaskan proses fisiologi stek  dalam pembentukan akar  dan daun .

dapat menyebutkan macam-macam stek  dan dapat menguasai teknis  penyetekan.

2.1. Pendahuluan

Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan   menggunakan bagian-bagian tanaman seperti  batang, cabang, ranting, pucuk,  daun, umbi  dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.

Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah.

Kelemahan dari perbanyakan dengan cara ini membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan lebih banyak, sehingga membutuhkan biaya yang banyak.  Selain hal tersebut juga  tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara stek, dan tingkat keberhasilannya sangat rendah, terlebih jika dilakukan oleh hobiss atau penangkar pemula.

Perbanyakan dengan stek pada umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang , namun pada beberapa tanaman seperti asparagus dalam kondisi terkontrol dapat dilakukan.

Perbanyakan tanaman dengan stek meliputi stek batang, stek bertunas daun, stek daun, stek akar, stek mata, stek umbi ( meliputi umbi lapis, umbi palsu, umbi batang, umbi akar dan akar batang).

Stek berasal dari kata stuk ( bahasa Belanda) dan cuttage ( Bahasa Inggris) yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya, perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan tanaman induk kedalam media, agar tumbuh menjadi tanaman baru.

Perbanyakan dengan stek mudah dilakukan karena tidak memerlukan peralatan khusus dan teknis pelaksanaan tidak rumit. Keunggulan teknik ini adalah dapat meng hasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia sangat sedikit atau terbatas.  Namun  pada kenyataannya tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan stek. Hanya tanaman yang mampu bertahan hidup lama setelah terpisah dari induknya saja yang dapat diperbanyak dengan teknik ini, misalnya anggur, kedondong, sukun , jambu air dsb.

Kelemahan baik secara fisisologis maupun  morfologis adalah hasil perbanyakan dengan cara ini memiliki akar serabut sehingga   mudah roboh pada keadaan iklim kurang mendukung ( ekstrim) misalnya angin yang kencang, tanah selalu jenuh air, dsb.  Hal ini disebabkan  karena   hasil perbanyakan tanaman yang ditanam dengan stek  perakarannya dangkal..

2.2. Aspek Anatomi Stek.

Pengetahuan struktur internal dari batang perlu untuk  memahami proses terbentuknya akar adventif.

Proses pembentukan akar adventif dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu:

  • Differensiasi seluler yang diikuti oleh inisiasi, yaitu permulaan pertumbuhan dari sekelompok sel-sel merismatik, keadaan ini biasanya disebut inisiasi akar,
  • Differensiasi dari kelompok sel-sel tersebut  diatas, menjadi primodia akar ( bakal akar) yang dapat dilihat ( recognizeable root primordia).
  • Pertumbuhan dan pemunculan akar-akar baru yang meliputi pelebaran dari jaringan lain dari batang, dan pembentukan  hubungan vaskular dengan jaringan penghubung  yang menghubungkan  bagian yang terluka pada batang yang  distek dengan jaringan vaskular.

Dimana akar mula-mula terbentuk adalah pertanyaan yang sangat menarik dan  hal inilah yang merangsang banyak peneliti untuk meneliti asal mula keluarnya akar pada berbagai tanaman.

Lokasi tepat dimana akar mula-mula terbentuk menurut Langster dan Willey           ( 1982), adalah pada batang yang mengalami pelukaan. Artinya dimana ada pelukaan akan merangsang atau menginduksi akar, yang biasanya didahului atau bersamaan dengan pembentukan kalus tergantung pada jenis tanamannya. Menurut Barney ( 1987), pada kebanyakan tanaman hortikultura buah-buahan biasanya kalus terbentuk dahulu baru diikuti oleh adventious root.

Menurut Winners ( 1975), akar adventif adalah akar yang muncul karena adanya pelukaan, akar ini pada stek batang berasal dari sekelompok sel yang yang berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman, kelompok sel inilah yang  kemudian berkembang menjadi sel merismatik.

Pada tanaman tomat dan labu, asal akar adventif adalah didalam parenkhim floem. Sedangkan untuk tanaman   rumput-rumputan  dan kebanyakan familia Graminae asal akar adventif pada stek batang berasal dari adanya pembelahan dari sekelompok sel-sel yang kecil yang berada diantara berkas pembuluh vaskular. Sekelompok sel-sel tersebut terus membelah,  dan akhirnya membentuk primordia akar.  Setelah primordia akar terbentuk,  pembelahan sel terus berlanjut, dan selanjutnya sel tersebut menjadi kelompok sel yang tampak sebagai ujung akar ( root tip) .

Untuk tanaman berkayu, dimana terdapat satu atau lebih lapisan dari floem dan xylem sekunder, asal akar adventif biasanya dari floem sekunder muda.

Waktu untuk keluarnya akar adventif sangat bervariasi tergantung dari banyak faktor yaitu faktor endogenous, eksogenous dan   interaksi dengan lingkungan.

Gambar 2.1.   Fokus dari Gambar

Gambar 2.2     Perkembangan akar muda menjadi akar dewasa.

Gambar 2.3. Struktur anatomi batang tanaman monokotil(jagung) dan dikotil (bunga

matahari)

Gambar 2.4. Struktur anatomi akar tanaman monokotil dan dikotil.

Gambar 2.5. Perkembangan akar muda menjadi akar dewasa.

Beberapa penelitian pada tanaman hias,  menunjukkan bahwa akar akan muncul sekitar 7 sampai 10 hari misalnya pada mawar, soka, kenanga , melati, sedangkan pada aglaonema  dan beberapa varietas diffenbachia yang diberi perlakuan rootone-F sekitar 14-21 hari ( Deviani, 2005).

Penelitian pada stek jambu air varitas Citra yang diberi NAA,  tampak  waktu pengakaran  menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dengan yang tidak diberi NAA.   Akar akan muncul sekitar 3 minggu pada tanaman yang diaplikasi NAA. Tanaman yang diaplikasi NAA juga lebih banyak mempunyai tunas dibanding dengan yang kontrol. ( Deviani, 2005).

Penelitian pada mawar juga memberikan respon yang sama dengan yang dijelaskan terdahulu. Stek mawar yang diaplikasi dengan IBA, menunjukkan persentase pertunasan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.  Pertumbuhan tanaman  terutama jumlah daun lebih seragam. ( Deviani, 2005).

Inisiasi akar berasal dari parenkim jaringan floem. Pada saat akar adventif terbentuk dan mengalami perkembangan yang pesat, biasanya sumber pati diambil dari jaringan sekitarnya yaitu endodermis, jari-jari floem dan xylem, empulur dan disekitar daerah primodia akar. ( Hartman dan Kester, 1976).

Pada kebanyakan tanaman, inisiasi dan akar adventif terjadi setelah stek dibuat, hal ini disebut dengan akar yang diinduksi, induced root atau akar yang muncul karena pelukaan. Sebagai contoh adalah pengeratan ( girdling) batang atau pada pencangkokan   ( air layering).  Akar adventif pada stek batang berasal dari sekelompok sel  tertentu yang menjadi sekelompok sel merismatik. Jaringan yang terlibat pada tempat asal sangat bervariasi, tergantung pada species tanaman, keadaan induk tanaman sebelum penyetekan dan faktor lingkungan. ( Baker, 1979).

Selanjutnya menurut Baker ( 1979),   faktor lingkungan yang sangat kondusif untuk merangsang keluarnya akar adventif adalah  air, irradiasi dan suhu, ketiganya saling berhubungan  dan berinteraksi dalam menentukan   keluarnya akar adventif.

Pada beberapa jenis tanaman, inisiasi akar adventif terbentuk selama fase-fase awal perkembangan   pada tanaman utuh, sehingga telah ada pada saat stek dibuat. Setelah stek batang dibuat dan ditempatkan pada tempat yang cocok bagi pembentukan akar, kalus akan terbentuk pada bagian ujung bawah dari stek tersebut. Kalus adalah massa yang tidak berbentuk  yang mengalami ligninfikasi dan terdiri  dari sel-sel parenkim pada berbagai tingkatan lignifikasi.

Pertumbuhan sel kalus berasal dari sel-sel muda pada daerah kambium pembuluh, walaupun ada juga beberapa kalus ini yang terbentuk dari sel-sel kortex dan empulur. Pada beberapa fenomena, pembentukan kalus dan pembentukan akar  adalah independen satu dengan lainnya, sehingga hal ini dapat terjadi secara  serempak tergantung dari kondisi lingkungan dan internal.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pH media perakaran mempengaruhi proses pembentukan kalus, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi proses pembentukan akar adventif baru.

Pembentukan akar adventif dibatasi oleh faktor-faktor inherent ( faktor bawaan dari tanaman) yang  tidak ditranslokasikan didalam jaringan tanaman. Namun dari beberapa pustaka dikatakan bahwa interaksi antara faktor-faktor yang tidak bergerak (immobile) yang terletak didalam sel, mungkin berupa enzim-enzim tertentu dan nutrien serta faktor-faktor endogen yang mudah ditranslokasi saling berinteraksi untuk menciptakan kondisi yang favorable untuk perakaran.

Pada beberapa penelitian pada setek yang dilakukan diakar ( stek akar),inisiasi akar biasanya terjadi dengan didahului oleh inisiasi daun ( Taylor, 1982). Regenerasi dari akar sangat lambat, kecuali diinduksi oleh  zat pengatur tumbuh dari luar misalnya cytokinin, yang akan merangsang keluarnya akar ( Taylor, 1983). Menurut Lindsay   dan Amstrong ( 1983), akar baru yang terbentuk biasanya bukan merupakan akar adventif tetapi adalah akar yang  berkembang dari akar laten yang terkandung didalam cabang akar-akar tua yang mungkin terbawa ketika stek akar dilakukan. Akar-akar ini biasanya berkembang karena adanya perlakuan hara atau zat pengatur tumbuh. Akar-akar ini berasal dari sel-sel dewasa dari pericycle atau endodermis atau kedua-duanya.

Stek akar yang diambil dari tanaman yang muda atau yang telah memasuki fase juvenil,  lebih cepat  berakar dari yang tua. Secara  fisiologis hal ini menurut Baker          ( 1979), dapat disebabkan karena adanya faktor endogenus yaitu adanya auksin untuk merangsang perkembangan akar adventif dan masih tingginya cytokinin didalam tanaman yang dapat merangsang keluarnya akar  pada  bagian bawah tanaman ( akar asli), namun pada banyak kasus yang sering terjadi adalah akar keluar pertama kali dibawah pucuk adventif, dari akar selain akar yang mengalami pemotongan.

Pada beberapa penelitian pada tanaman hias biasanya tanaman yang pertumbuhan bagian atasnya baik (  bagian atas dari tanaman induk), akan diikuti dengan pertumbuhan akar yang juga baik apabila dilakukan penyetekan akar.

Pada beberapa tanaman  sering  menunjukkan fenotipe yang berbeda dengan induknya ,  misalnya sifat berduri dan tidak berduri, contohnya    pada waktu dilakukan stek  akar akan menghasilkan tanaman yang berduri, sedangkan dengan setek daun atau setek batang akan menghasilkan tanaman yang tidak berduri.  ( Barker, 1978).

Terdapat hubungan yang sangat erat antara sifat-sifat anatomi batang dengan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan akar.

2. 3. Aspek Fisiologi Stek

Pada waktu akar adventif telah terbentuk maka akan terjadi perubahan yang sangat besar pada proses metabolik. Beberapa hasil penelitian pada potongan batang menunjukkan bahwa sintesis protein dan produksi RNA banyak terjadi. Hasil- hasil penelitian lain pada tanaman berkayu menunjukkan bahwa terjadi perubahan pola DNA  dan enzim ketika akar berkembang. Sintesis protein terjadi sebelum inisiasi akar, peranan protein adalah untuk menghambat inhibitor-inhibitor yang akan mempengaruhi proses metabolik dalam pembentukan akar. Sebagai contoh enzim peroksidase mendekstruksi inhibitor- inhibitor tertentu yang  akan menghambat proses metabolik dalam pembentukan akar adventif.

Beberapa penelitian pada stek advokat yang diberi perlakuan IBA, menggunakan CO2 radioaktif yang diaplikasi kedaun, menunjukkan bahwa setelah kalus dan akar mulai terbentuk terjadi peningkatan dalam jumlah besar dari gula dan terjadi kehilangan yang sangat tinggi dari pati  yang berlangsung dibagian bawah dari stek  Fenomena ini menunjukkan bahwa kalus dan akar yang sedang terbentuk  adalah  sink untuk terjadinya gerakan karbohidrat terlarut  dari bagian atas stek tersebut kearah bawah.

Dalam penelitian lain, pada stek tanaman kacang-kacangan, IAA yang ditambahkan meningkatkan akumulasi gula pada dasar stek, terjadi peningkatan asimilat kearah bawah , hal ini diketahui dari ‘C  berlabel radioisotop yang diberikan kedaun.

Pada telaah fisiologi perakaran stek juga dikenal adanya polaritas yaitu peng-kutuban kesuatu arah tertentu yang inheren pada pucuk dan akar. Stek batang yang diambil dari pucuk yang berada pada ujung distal yaitu bagian yang paling dekat dengan ujung pucuk, dan akar pada ujung proximal ( paling dekat dengan mahkota tanaman         ( crown =  pertemuan pucuk dengan akar). Stek akar membentuk akar pada ujung distal dan membentuk pucuk pada ujung proximal ( Hartman dan Kestler, 1976)

Pada beberapa pustaka menunjukan bahwa polaritas dari jaringan batang sangat kuat, sifat ini disebabkan oleh komponen selular individual, karena betapa kecilnyapun potongan stek, regenerasi secara konsisten terjadi secara polar. Pada waktu sepotong akar dipotong menjadi dua segmen, dua permukaan yang bersentuhan sebelum dipotong adalah serupa dalam segala hal, namun pada saat terjadi regenerasi dari pucuk dan akar, satu permukaan potongan menjadi akar dan permukaan potongan lainnya menjadi batang.

Pada beberapa kasus membuktikan bahwa polaritas regenerasi dari batang sangat kuat dan polaritas regenerasi dari akar lemah,  dan  sangat lemah pada daun. Pengamatan pada stek daun menunjukan bahwa akar dan pucuk muncul pada posisi yang sama, biasanya pada dasar dari stek.

Pada waktu segmen batang dipotong, kesatuan fisiologis terganggu, hal ini menyebabkan suatu redistribusi dari beberapa senyawa, yang terbesar adalah auksin. Gerakan polaritas dari auksin merupakan transpor aktif, dan ternyata merupakan aktivitas sekresi.

2. 4.  Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan stek.

Perbedaan besar terjadi dalam proses pengakaran antar spesies dan  kultivar. Meskipun hubungan botani dapat memprediksi tingkat keberhasilan perakaran yang sama, namun bukti empiris sering berbeda. Keadaan ini disebabkan karena pengaruh yang besar dari berbagai faktor yang saling berinteraksi yaitu antar faktor bahan stek itu sendiri dengan faktor fisiologi dan lingkungan .

Apabila akar telah terinisiasi biasanya proses metabolik akan berlangsung lebih cepat karena akar yang sedang tumbuh merupakan sink untuk translokasi pati atau karbohidrat.

Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiasi akar merangsang sintesis protein dan produksi RNA ( Barber, 1972).   Beberapa hasil penelitian pada tanaman hortikultura khususnya buah-buahan  diketahui bahwa selama  pembentukan akar adventif terdapat banyak enzim-enzim peroxidase, cytochorome oksidase, suksisnic dehidrogenase dan enzim-enzim penghidrolisis pati didalam sel pada jari-jari floem dan xylem dari berkas vaskular. Pada proses perkembangan yang lebih lanjut diketahui bahwa aktifitas dari enzim-enzim tersebut berpindah dari jari-jari floem ke bagian pinggir dari seludang pembuluh.

Selanjutnya Barber ( 1976), mengatakan bahwa   enzim peroksidase berfungsi untuk mendekstruksi inhitor-inhibitor tertentu yang dapat menghambat proses metabolik. Enzim suksinik dehidrogenase dan cythocrome oksidase terlibat dalam respirasi selular, sedangkan enzim amylase terlibat dalam proses perubahan gula dari zat pati sebagai substrat  untuk berbagai proses sintetik.

Pada beberapa penelitian pada stek tanaman anggur ditemukan bahwa stek yang   akar adventif telah keluar serta telah mempunyai kalus, terjadi peningkatan gula dalam jumlah besar , hal ini diduga karena  adanya sink strength dari akar yang telah terbentuk   yang sangat tinggi untuk menarik assimilat dari bagian atas stek ( Taylor, 1976). Hal ini dibuktikan oleh Williams ( 1978),  yang mengatakan bahwa  terjadi pengurasan  pati pada stek  bagian atas.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa bagian yang terluka pada batang,  merangsang penarikan karbohidrat ke bagian bawah dari stek untuk proses penutupan luka dan  merangsang proses inisiasi akar.

Taylor ( 1976), menemukan pada suatu penelitian dengan sumber auksin pada kacang-kacangan ditemukan bahwa terjadi peningkatan akumulasi gula pada dasar stek.

Berdasarkan pernyataan diatas Williams ( 1990), mengatakan bahwa untuk mempercepat keluarnya  akar  adventif maka pada stek sebaiknya diambil dari tanaman induk yang sedang aktif tumbuh dan untuk mempercepat keluarnya akar adventif harus ada bud dan harus ditinggalkan 2 helai daun.  Hal ini   dijelaskan oleh Hartini ( 2001), bahwa untuk keluarnya akar adventif secara fisiologi adalah interaksi dari berbagai hormon . Akar juga adalah sink ,  dan akar yang sedang tumbuh mempunyai sink strength yang tinggi,  untuk  penarikan karbohidrat kebawah  dalam  proses penutupan luka dan inisiasi akar. Daun yang telah ada pada waktu penyetekan dapat merupakan tempat terjadinya  fotosintesis, sehingga adalah sumber fotosintat bagi akar..

sedangkan enzim amylase terlibat dalam proses perubahan gula dari zat pati sebagai substrat  untuk berbagai proses sintetik.

Pada beberapa penelitian pada stek tanaman anggur ditemukan bahwa stek yang   akar adventif telah keluar serta telah mempunyai kalus, terjadi peningkatan gula dalam jumlah besar , hal ini diduga karena  adanya sink strength dari akar yang telah terbentuk   yang sangat tinggi untuk menarik assimilat dari bagian atas stek ( Taylor, 1976). Hal ini dibuktikan oleh Williams ( 1978),  yang mengatakan bahwa  terjadi pengurasan  pati pada stek  bagian atas.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa bagian yang terluka pada batang,  merangsang penarikan karbohidrat ke bagian bawah dari stek untuk proses penutupan luka dan  merangsang proses inisiasi akar.

Taylor ( 1976), menemukan pada suatu penelitian dengan sumber auksin pada kacang-kacangan ditemukan bahwa terjadi peningkatan akumulasi gula pada dasar stek.

Berdasarkan pernyataan diatas Williams ( 1990), mengatakan bahwa untuk mempercepat keluarnya  akar  adventif maka pada stek sebaiknya diambil dari tanaman induk yang sedang aktif tumbuh dan untuk mempercepat keluarnya akar adventif harus ada bud dan harus ditinggalkan 2 helai daun.  Hal ini   dijelaskan oleh Hartini ( 2001), bahwa untuk keluarnya akar adventif secara fisiologi adalah interaksi dari berbagai hormon . Akar juga adalah sink ,  dan akar yang sedang tumbuh mempunyai sink strength yang tinggi,  untuk  penarikan karbohidrat kebawah  dalam  proses penutupan luka dan inisiasi akar. Daun yang telah ada pada waktu penyetekan dapat merupakan tempat terjadinya  fotosintesis, sehingga adalah sumber fotosintat bagi akar..

2.4.1.      Tanaman  induk.

Tanaman induk yang dimaksud adalah bahan tanam yang akan digunakan untuk memperbanyak tanamam. Bahan tanam harus berasal  dari  pohon induk yang sehat dan telah diketahui asal-usulnya, mudah dibiakan,  tahan hama dan penyakit, produktivitas tinggi, bercabang kekar, tumbuh normal,serta memilliki perakaran yang kuat dan rimbun.

Untuk memperbanyak tanaman keras dan tanaman buah tahunan tanaman induk harus dipilih dari tanaman yang sudah berbuah sedikitnya lima kali agar diketahui secara pasti keunggulan sifat buahnya. Untuk tanaman sayuran dan buah-buahn berumur pendek, tanaman induk di pilih dari tanaman yang bersosok kekar, pertumbuhannya baik dan sehat.

Tanaman induk dapat berupa tanaman lokal atau tanaman yang diintroduksi yaitu tanaman unggulan dari dalam negeri ( lokal)  atau didatangkan dari luar negeri. Cara ini biasanya dilakukan oleh para hobiss yang ingin cepat mendapatkan pohon induk. Sebagai contoh adalah introduksi varietas unggul durian dari Thailand, misalnya si otong dan kani, dua jenis durian unggul dari thailand, yang sekarang telah menjadi durian unggul nasional.. Contoh lain adalah aglaonema dan adenium hibrida yang berasal dari  Thailand.

Selain dengan cara diatas dapat juga dilakukan dengan melakukan eksplorasi atau melacak keberbagai tempat yang diduga merupakan sentra atau banyak terdapat tanaman unggu atau tanaman unik.

Cara lain untuk mendapatkan tanaman induk adalah dengan melacak di arena kontes atau lomba.Biasanya tanaman yang menjadi pemenang  dikontes atau lomba pada ajang-ajang bergengsi akan disahkan dan dilepas pemerintah sebagai varietas unggul nasional. Contohnya adalah durian Petruk yang memenangkan lomba durian yang diadakan Dinas Pertanian Kabupaten Jepara dan belimbing Dewi yang memenangkan lomba buah unggul yang diadakan oleh Dinas Pertanian DKI.

2. 4.2. Faktor fisiologi tanaman:

Hormon dan Zat pengatur tumbuh tanaman

  • Auksin .
  • Cytokinin
  • Giberalin
  • Bahan-bahan yang terbentuk secara alami.

Efek dari daun dan tunas

Efek dari inhibitor.

2. 4. 2.1. Hormon dan  Zat tumbuh tanaman.

Hormon tanaman adalah senyawa organik yang disintesis disalahsatu bagian tanaman dan dipindahkan kebagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis. Ini adalah batasan hormon yang diterima secara universal.

Zat pengatur tumbuh tanaman adalah zat organik yang dalam jumlah kecil  mempunyai aktifitas menstimulasi, menghambat, menekan ( retardasi) dan memodifikasi berbagai proses fisiologi.

Zat pengatur tumbuh tidak disintesis didalam tanaman. (Gardner et al., 1991), mendefinisikan zat pengatur tumbuh tanaman yang di sintesis didalam tanaman dengan sebutan hormon tanaman atau fitohormon. Istilah hormon berasal dari fisiologi hewan yang berarti suatu substansi yang disintesis dalam suatu organ yang akan merangsang terjadinya respon pada organ yang lain. Hormon tanaman tidaklah khusus seperti hormon hewan yang sangat spesifik  akan tempat sintesis ataupun organ tempat responnya, tetapi cenderung mengikuti pola tingkah laku yang umum.

Pada saat ini terdapat lima jenis zpt yaitu auksin, giberelin, sitokinin atau kinin, penghambat pertumbuhan dan etilen.

Sifat-sifat tertentu diperlukan bagi suatu senyawa agar dapat dikelompokkan sebagai fitohormon yaitu : (1) tempat sintesis berbeda dari tempat aktifitasnya, misalnya sintesis dipucuk dan  daun muda, tetapi responnya dibatang, akar atau organ-organ lain. ,(2) respon dihasilkan oleh sejumlah atau sangat kecil ( konsentrasi)., (3) tidak seperti pada vitamin dan enzim, respon mungkin berbentuk formatif dan plastik( tidak dapat pulih, misalnya respon tropi).

Gambar 1.     Beberapa Zat Pengatur Tumbuh  Tanaman yang biasa diaplikasikan, untuk     merangsang pertumbuhan akar dan berbagai proses fisiologis bahan stek.

Tabel 7.1. Aktifitas fitohormon dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Proses tanaman Auksin GA Sitokinin Penghambat pertumbuhan ( ABA) Etilen
Pembelahan sel X X
Pembesaran sel X X X
Inisiasi akar X X
Pembentukan kalus X X
Pembentukan xilem X X
Sintesis RNA dan protein X X X
Pemanjangan batang X X
Pertumbuhan tunas lateral X X X X
Perakaran X X X X

Sumber : Leopold dan Kriedaman ( 1975).

Auksin.

Auksi secara specifik aktivitasnya merangsang perpanjangan sel. Auksin merupakan hormon tanaman pertama yang diisolasi dari alam yang dikenal dengan Indole acetic acid ( IAA). Yang termasuk dalam IAA adalah IBA ,  sedangkan 2,4 D, NAA ( Naptaline acetic acid) dan MCPA ( Metil chloro phenoksi asetat = 2- metil-4 klorofeknoksi asetat), tidak disintesis di tanaman sehingga disebut zat pengatur tumbuh tanaman. Precursor IAA adalah asam amino triptopan.

Auksin dihasilkan pada jaringan meistem yang aktif seperti bud, kuncup, daun muda dan buah yang dimobilisasi oleh enzim IAA oksidase disamping enzim peroksidasi dan beberpa enzim oksidase lainnya. Auksin ditransportasi secara besipetal dan symplastic melalui pholoem. Ada beberpa karakteristik respon terhadap auksin yaitu;

  • Dipengaruhi konsentrasi, konsentrsi harus rendah sehingga akan mempengaruhi aktivitas merangsang perpanjangan sel, tetapi apabila dalam jumlah besar akan bersifat inhibitor.
  • Berhubungan dengan geotropisme dan fototropisme, gerakan yang dipengaruhi oleh rangsang cahaya berhubungan dengan redistibusi auksin sehingga mengalami kesetimbangan.
  • Auksin mengkoordinasi morfogenesis, pada akar dan pucuk bila tidak dalam kesetimbangan kemudian ditambah dari luar maka akan berfungsi menghamabat. Pada kalus, bila diberi dari maka akan berfungsi sebagi promotor dan merangsang  perakaran pada perpanjangan bagian vegetatif.

Auksin terlibat dalam berbagai aktivitas tanaman, seperti pertumbuhan batang, pembentukan akar, membantu untuk menginduksi tunas lateral, pengaktifan sel-sel kambium dsb.

Indole-3-acetic acid (IAA) diidentifikasi sebagai senyawa yang terbentuk secara alami, yang mempunyai kerja auksin yang sangat kuat dan dapat memacu pembentukan akar adventif.

Kadar auksin endogen dan aktivitasnya dalam jaringan berhubungan dengan keseimbangan antara sintesis dengan hilangnya auksin karena transpor dan metabolisme. Auksin diproduksi didalam jaringan merimatik yang aktif ( yaitu tunas, daun uda dan buah). Terjadi imobilisasi oleh fotoksidasi, dan oksidasi enzim ( IAA-oksidase) diseluruh bagian tanaman, terutama dalam jaringan tanaman yang lebih tua ( Wareing dan Philios, 1978).

Transpor auksin berlangsung secara besipetal, yaitu dari ujung ke basal. Pembalikan ujung batang tidak merubah polaritas ini. Walaupun demikian beberapa penelitian, beberapa penelitian dengan menggunakan radioisotop IAA menunujukkan gerakan akropetal ( dari basal ke ujung). ( Gardner et al., 1991).

Transpor auksin adalah simplatik ( dalam floem) dan adalah aktif. Sitokinin dan GA mempercepat transpor auksin, sedangkan penghambat pertumbuhan dalam konsentrasi yang sangat rendah sudah dapat menghambat transpor auksin.

Bahan lain yang dapat memacu pembentukan akar adventif tetapi tidak terbentuk secara alami dan pengaruhnya seperti auksin adalah Indolbutyricacid ( IBA) dan naphtaneaceticacid ( NAA). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua bahan ini dapat memacu pembentukan akar dibeberpa segmen batang dengan sangat effektif.

Beberapa hasil penelitian pada tanaman perkebunan maupun buah-buahan membuktikan bahwa inisiasi akar pada batang yang distek tergantung pada auksin asli ( native auxin) maupun auksin yang diaplikasi bersama-sama dengan sinergis auksin ((auxin synergis) dapat menginduksi RNA yang terlibat dalam primodia akar.

Tony, Hendro dan Baga ( 1980),  melakukan penelitian pengaruh IBA terhadap pertumbuhan mata tunas dari belahan bonggol pisang Ambon Putih dengan lama perendaman 30 menit, memberikan hasil terbaik terhadap munculnya tunas dibandingkan perlakuan lainnya.

Selanjutnya , Hennywati, Hendro dan Baga ( 1980), juga melakukan penelitian pada bonggol pisang ambon putih untuk melihat pertumbuhan tunas pada beberapa perbedaan konsentrasi, ternyata pada konsentrasi 70 ppm memberikan hasil terbaik dan tercepat keluarnya tunas dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Selanjutnya  penelitian pada nanas dengan menggunakan IBA, untuk melihat kecepatan keluarnya perakaran tunas, hasil terbaik adalah dengan merendam tunas selama 24 jam dengan konsentrasi IBA 50 ppm. (Budi, Siti dan Siswando ( 1981))

Cytokinin

Cytokinin dikenal sebagai zat pengatur tumbuh yang merangsang sitokinesis ( pembelahan sel). Zeatin diperoleh dari isolasi endosperm biji muda jagung, zeatin kaya akan kinin, tempat sintesiinya adalah akar  muda, buah muda dan jaringan endosperm muda. Cytokinin berasal dari adenin dengan rantai cabang yang berasal dari isoperne. Dialam kini terkonjugasi dengan gula dan pospat.

.

Cytokinin adalah hormon tanaman yang terlibat dalam pertumbuhan sel dan differensiasi. Bebagai bahan alami maupun sintetik seperti Zeatin, kinetin, dan 6-benzyl adenin memiliki aktifitas seperti cytokinin. Beberapa penelitian pada batang kapri, pada fase awal pertumbuhan menunjukkan bahwa pada konsentrasi rendah dapat memacu inisiasi akar tetapi pada konsentrasi tinggi justru menghambat inisiasi akar. Namun aplikasi pada fase lebih lanjut  pada konsentrasi tinggi tersebut tidak menghambat inisiasi akar.

Penelitian pada tembakau menunjukkan bahwa cytokinin dalam aksinya berhubungan dangan auksin. Stek daun adalah bahan yang sangat baik digunakan untuk menguji perilaku auksin dan cytokinin. Pada penelitian dengan stek begonia tampak bahwa pemberian cytokinin yang relatif tinggi ( 13ppm), merangsang pembentukan tunas dan menghambat pembentukan akar, auksin pada konsentrasi yang tinggi memberikan  efek yang berlawanan. Namun terdapat hubungan interaksi antar auksin dan cytokinin. Pada konsentrasi rendah ( sekitar 2 ppm),  IAA memacu pembentukan tunas, yang berarti memperkuat pengaruh cytokinin. Juga pada konsentrasi rendah ( sekitar 0,8ppm),  kinetin menstimulasi pengaruh IAA dalam memacu perakaran.

Faktor lingkungan seperti suhu dan panjang hari saling berhubungan dalam   kerja auksin dan cytokinin. Pada temperatur tinggi ( 27°C) menghambat pembentukan tunas dan melawan efek perangsangan dari cytokinin dalam proses pembentukan tunas maupun efek yang menekan dari cytokinin. Sebaliknya efek auksin distimulasi pada hari panjang dan pada temperatur rendah (15°C). Namun pada intensitas cahaya rendah, baik auksin maupun kemampuan regenerasi tidak dipengaruhi suhu.

Pada cocor bebek , tunas diinisiasi pada lekukan daun,  dan terjadi pada fase dini dalam pembentukan daun. Pucuk yang tumbuh kemudian menjadi  daun berasal dari tunas-tunas ini. Pada fase ini,  aplikasi cytokinin mempunyai efek perangsangan pada perkembangan tunas sedangkan aplikasi auksin menghambat perkembangan tunas tetapi menstimulasi pembentukan akar.

Gibberalin ( GA).

GA berbeda dengan auksin dalam aktivitas fisiologinya., GA sangat luas, walaupun secara khusus dan sangat spesifik adalah memperpanjang buku ( internode elongation). Pada beberapa penelitian tanaman yang cukup GA, apabila kekurangan akan memberikan pengaruh dwarfisme. GA dalam kondisi yang berlebih tidak langsung menyebabkan toksik dan pengaruh menghambat ( inhibitor).

Menurut Weaver (……),   GA  adalah suatu kelompok yang saling berkaitan dari  senyawa-senyawa yang terbentuk secara alami, dan dikenal terutama karena pengaruhnya dalam merangsang pemanjangan batang. Pada konsentrasi yang relatif  tinggi tampak  menghambat pembentukan akar adventif. Terdapat bukti bahwa penghambatan tersebut merupakan efek langsung yang mencegah pembentukan awal sel yang terlibat dalam transformasi dari jaringan batang dewasa kekondisi merismatik.

Banyak peneliti yang mengasumsikan GA, ditranslokasikan secara simplastik, tetapi kehadirsn GA, dalam jumlah tinggi padaa jaringan floem maupun xilem pada kondisi tertentu menunjukkan bahwa transpor mungkin berlangsung secara simplastik maupun apoplastik ( Krisnamoorthy, 1975),  laju transpor dalam floem menurut pengamatan sama dengan laju transpor karbohidrat. Kalau pergerakan auksin mungkin pasipetal atau akropetal maka GA  bebas besipetal dan akropetal.

Giberalin mempunyai fungsi regulasi sintesis asam nukleat dan kemungkinan  menekan inisiasi akar melalui interferensi dalam proses tersebut. Namun pada beberapa hasil penelitian pada tomat dan kapri menunjukkan bahwa pada konsentrasi rendah giberalin merangssang inisiasi akar . Penelitian yang lain pada daun begonia tampak giberalin menekan pembentukan tunas, namun merangsang pembentukan akar.

Hasil penelitian Asandhi ( 1987), menunjukkan bahwa pada konsentrasi yang rendah GA, merangsang keluarnya akar adventif pada kedondong, namun apabila konsentrasi dinaikkan akar menjadi terhambat namun tunas  yang telah ada sewaktu penyetekan akan lebih dahulu muncul.

Pernyataan diatas didukung oleh hasil penelitian pada stek daun Sansievera sp. menunjukkan pada konsentrasi yang rendah GA merangsang keluarnya root tip, namun peningkatan dosis akan lebih merangsang keluarnya tunas daripada munculnya root tip.   ( Baker dan Lindsay, 1989).

Giberalin adalah sejenis hormon tumbuh yang mula-mulla ditemukan di Jepang oleh Kurosowa pada tahun 1926. Kurosowa melakukan penelitian pada penyakit bakane yang menyerang padi. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Giberella fujikoroi  Sampai saat ini telah ditemukan 10 jenis giberelecic acid yang disimbolkan GA ( 1 -10). Sebagai hormon, GA sangat berpengaruh terhadap sifat genetik dwarfsisme ( kerdil karena mutasi), pembungaan, partenokarpi, pemanjangan sel, merangsang keluarnya akar dan berbagai proses fisiologis lainnya. Yang terutama  fungsi GA dari seluruh proses fisiologi adalah pemanjangan sel dan meransang  aktivitas kambium.( Sujatmaka,……….)

Pada suatu penelitian pada tanaman anggur, jeruk , jambu, penggunaan GA merangsang pemanjangan akar.  Aplikasi pada bahan stek mempercepat keluarnya akar adventif pada dosis yang rendah, peningkatan dosis yang diberikan tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. ( Lindsay dan Taylor, 1989).

Gambar  2.     Zat  pengatur tumbuh GA.

Bahan-bahan yang terbentuk secara alami

Banyak senyawa baik yang telah diidentifikasi yang berpengaruh dalam merangsang pembentukan akar adventif. Beberapa  diantaranya adalah semacam kofaktor pengakaran ( rooting cofactor). Meskipun dapat diekstrak dari tanaman namun secara normalnya tidak dimasukkan dalam proses fisiologi.

  • Ethylene (C2H4) dihasilkan  oleh tanaman dan mempunyai pengaruh hormonal meskipun tidak secara pasti memenuhi definisi hormonal. Penelitian terhadap ethylene pada beberapa tanaman sering memberikan hasil yang tidak konsisten. Namun Krisnamoorty ( 1999),  menemukan pada tanaman jambu air bahwa pemberian ethylene dalam bentuk Ethapon  bersama dengan IAA  akan merangsang pembentukan akar adventif.
  • Eth dalam aktivitasnya sangat luas, dapat meningkatkan kerja auksin, karena antara Eth dan auksin terdapat hubungan yang sangat erat.
  • Banyak bahan-bahan lain yang mempunyai fungsi seperti hormon namun belum dapat diidentifikasi.

76 responses to “BAHAN AJAR PEMBIAKAN VEGETATIF

  1. Perbanyakan tanaman secara vegetatif banyak macamnya. Salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif yang bisa dilakukan adalah stek. Stek merupakan perbanyakan tanaman dengan menanam potongan tanaman induk ke dalam media, agar tumbuh menjadi tanaman baru. Stek meliputi stek batang, stek daun, stek akar, stek mata dan stek umbi. Sama seperti perbanyakan tanaman secara vegetatif lainnya. Stek memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain dapat menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya sedangkan kekurangannya yaitu tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara stek dan tingkat keberhasilannya rendah. Untuk itu perlu adanya pembelajaran tentang semua aspek stek pada tanaman termasuk teknis penyetekan agar berhasil dalam melakukan stek dilapangan.
    Buat ibu selaku dosen pembimbing mata kuliah pembiakan vegetatif semoga sukses buat blognya agar dapat mendukung kuliah secara elektronik (electronic learning)…

  2. Pembiakan vegetatif salah satunya dengan cara stek :

    Keunggulan stek :
    1. Sifat sama dengan induknya
    2. Cepat berbunga dan berbuah

    Kelemahan stek :
    1. Membutuhkan pohon induk lebih besar dan lebih banyak ( Biaya tinggi )
    2. Mudah roboh karena akarnya serabut
    3. Diperlukan Keterampilan yang lebih
    4. umur pendek karena banyak faktor penyebab
    5. Kebanyakan menggunakan tanaman Dikotil.

    semoga isi blog ibu semakin banyak bahan – bahan bacaannya,,agar mahasiswa menjadikan blog ibu ini sebagai electronic library yang kaya akan ilmu tanaman.

  3. Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian dari tanaman,seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar.
    Salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif yang bisa dilakukan adalah stek. Dimana stek merupakan perbanyakan tanaman dengan menanam potongan tanaman induk ke dalam suatu media, agar tumbuh menjadi tanaman baru. Stek meliputi stek batang, stek daun, stek akar, stek mata dan stek umbi.

    Kengugulan dari Perbanyakn secara stek adalah:
    -tanaman yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan induknya.
    -bisa menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak.
    -tanaman cepat berbuah dan berbunga.
    -tanaman lebih kerdil.

    Kelemahan dari perbanyakan stek:
    -butuh ketrampilan yang baik
    -tingkat keberhasilan rendah
    -biaya yang besar(dibutuhkan pohon induk yang besar dan banyak)
    -memiliki perakaran serabut(tidak kuat)

    Buat ibu sebagai dosen m.kuliah pembiakan vegetatif,,terima kasih atas bahan ajarnya,semoga bermanfaat buat para mahasiswa/i! dan diharapkan lebih banyak lagi bahan bacaan yang bisa kami peroleh dari Blog ibu ini!!!!!!

  4. Met pagi bu……………..
    Tanaman pepaya termasuk dikotil karena sistem perakarannya adalah akar tunggang. Tanaman pepaya bisa di stek, yaitu stek batang sehingga tanaman hasil stek ini mempunyai akar serabut dan mudah roboh pada kondisi iklim yang kurang menguntungkan.
    (Jawabannya ini dari diskusi ma temen2 di milis yahoo)…….

  5. sore ibu…………

    pepaya merupakan tanaman dikotil, dilihat dari klasifikasi dan morfologi pepaya.
    dari sumber buku terbitan Agro Media “Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman”. disebutkan bahwa tanaman yang bisa diperbanyak secara vegetatif adalah tanaman berkayu namun ada beberapa tanaman tak berkayu dapat diperbanyak secara vegetatif, misalnya pepaya dan beberapa jenis tanaman hias seperti dieffenbachia dan aglonema juga dapat diperbanyak dengan cangkok..

    makasih bu………..

  6. selamat sore bu…….
    dari sumber yang saya baca dan saya ketahui, menurut saya pepaya termasuk kedalam golongan tumbuhan dikotil karena tanaman pepaya memiliki sifat yang sama dengan tanaman dikotil lainnya antara lain memiliki akar tunggang,daunnya bertulang menjari dan tentunya bijinya berkeping dua dan tanaman ini dapat diperbanyak secara vegetatif baik secara cangkok maupun stek….

  7. Siang Bu!! Saya Suci ratna puri
    Ini jawaban tugas pembiakan vegetatif saya :

    Berdasarkan pertanyaan pertama, saya menjawab bahwa pepaya merupakan tanaman dikotil, karna berdasarkan informasi yang saya dapat yaitu dari Wikipedia Indonesia,disana dituliskan klasifikasi tanaman pepaya yang seperti di bawah ini ;
    Divisio : Spermatopyhyta
    Kelas : Dicotyledonae
    Ordo : Cistales
    Familia : Caricaceae
    Genus : Carica
    Spesies : Carica papaya
    Dan juga dilihat dari morfologi yang dimiliki oleh tanaman papaya yang menentukan bahwa papaya tersebut merupakan tanaman dikotil, seperti :
    Tanaman papaya memiliki batang tidak berkayu, silindris, berongga, putih kotor.
    Daunnya tunggal, bulat, ujung runcing, pangkal bertoreh, tepi bergerigi, diameter 25-75 cm, pertulangan menjari,panjang tangkai 25-100 cm, hijau.
    Bunganya yang tunggal, bentuk bintang, di ketiak daun, berkelamin satu atau berumah dua. Bunga jantan terletak pada landan yang serupa malai, kelopak kecil, kepala sari berlangkai pendek atau duduk, kuning, mahkota bentuk terompet, tepi bertaju lima, bertabung panjang,putih kekuningan Bunga betina berdin sendiri,mahkota lepas, kepala putik lima, duduk, Dakal buah beruang satu, putih kekuningan.
    Dan tanaman pepaya memiliki akar Tunggang, bercabang, bulat, putih kekuningan.
    Dari morfologinya, tanaman pepaya memiliki syarat syarat dari tanaman dikotil yang mana yang dapat dilihat dibawah ini perbedaan antara tanaman dikotil dan monokotil :
    Perbedaan ciri pada tumbuhan monokotil dan dikotil berdasarkan ciri fisik pembeda yang dimiliki :
    1.Bentuk akar
    – Monokotil : Memiliki sistem akar serabut
    – Dikotil : Memiliki sistem akar tunggang
    2. Bentuk sumsum atau pola tulang daun
    – Monokotil : Melengkung atau sejajar
    – Dikotil : Menyirip atau menjari
    3. Kaliptrogen / tudung akar
    – Monokotil : Ada tudung akar / kaliptra
    – Dikotil : Tidak terdapat ada tudung akar
    4. Jumlah keping biji atau kotiledon
    – Monokotil : satu buah keping biji saja
    – Dikotil : Ada dua buah keping biji
    5. Kandungan akar dan batang
    – Monokotil : Tidak terdapat kambium
    – Dikotil : Ada kambium
    6. Jumlah kelopak bunga
    – Monokotil : Umumnya adalah kelipatan tiga
    – Dikotil : Biasanya kelipatan empat atau lima
    7. Pelindung akar dan batang lembaga
    – Monokotil : Ditemukan batang lembaga / koleoptil dan akar lembaga / keleorhiza
    – Dikotil : Tidak ada pelindung koleorhiza maupun koleoptil
    8. Pertumbuhan akar dan batang
    – Monokotil : Tidak bisa tumbuh berkembang menjadi membesar
    – Dikotil : Bisa tumbuh berkembang menjadi membesar

    Dan berdasarkan pertanyaan yang kedua yaitu Apakah tanaman pepaya dapat diperbanyak dengan perkembangbiakan vegetatif, saya menjawab bisa,karena berdasarkan informasi yang saya dapat yaitu dari buku fresh fruit pepaya disana dikatakan bahwa Perbanyakan pohon pepaya dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan cara sambung, stek, cangkok, atau dengan biji. Namun dengan cara stek, sambung dan cangkok jarang dilakukan orang karena dirasakan sangat sulit. Cara yang paling mudah untuk perbanyakan adalah dengan biji, ini menjadi alternatif untuk mengembangbiakan tanaman pepaya yang banyak dilakukan para petani pepaya saat ini.
    Namun saya rasa bagi yang sudah ahli dibidang pembiakan vegetatif hal itu dapat dilakukan dengan mudah,tinggal bagaimana cara kita untuk lebih membiasakan diri dan belajar bagaimana teknik pelaksanaannya dengan baik.

    • suci, coba cari di trubus online, atau pustka lain, disitu banyak komentar tentang perbanyakan pepaya tidak hanya dengan biji, namun cara lain juga ada yang berhasil….

  8. Selamat siang ibu,, ini tugas yunus ya ibu,,,
    Perbanyakan pohon pepaya dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan cara sambung, cangkok, atau dengan biji. Namun dengan cara sambung dan cangkok jarang dilakukan orang karena dirasakan sangat sulit. Cara yang paling mudah untuk perbanyakan adalah dengan biji, ini menjadi alternatif untuk mengembangbiakan tanaman pepaya yang banyak dilakukan para petani pepaya saat ini.

    Perbanyakan Vegetatif Pepaya
    Pohon pepaya memiliki tunas batang yang dapat digunakan untuk
    perbanyakan tanaman. Kegiatan perbanyakan vegetatif pepaya dilakukan untuk mendapatkan metode perbanyakan vegetatif bibit pepaya yang mempunyai stabilitas dan keseragaman genetik yang tinggi.
    Kegiatan penelitian yang dilakukan ialah perbanyakan tanaman pepaya
    dengan kultur jaringan melalui jalur embriogenesis somatik. Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ialah embrio zigotik dari beberapa genotipe pepaya. Embrio zigotik diisolasi dari biji yang berasal dari buah yang masih berwarna hijau, kemudian ditanam pada media tumbuh. Media yang digunakan ialah media dasar Murashige dan Skoog (1962) dan diberi sukrosa 30 g/l serta gellrite 2 – 5 g/l sebagai bahan pemadat. Zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin diberikan ke
    dalam media sebagai perlakuan. Kemasaman media dibuat menjadi 5.7 yang diatur dengan KOH atau HCl 0.1 N (http://pkbt.ipb.ac.id/pages/exsum/2003-pepaya.pdf)

  9. selamat siang ibu…
    ini saya eka trisnadinata (D1A106033)
    saya ingin mengirimkan tugas vegetatif yang ibu berikan pada pertemuan yang kedua, yang menyangkut tentang pepaya
    1. Apakah pepaya termasuk tanaman dikotil/monokotil
    jawab : tanaman pepay termasuk kedalam tanaman dikotil, karena di lihat dari morfologi bijinya, bila biji pepaya di belah berkeping dua. selain itu juga bila di lihat dari morfologi akarnya, tanaman pepaya memiliki akar tunggang yang bercabang-cabang, dan sedangkan akar tunggang serta biji berkeping dua merupakan salah satu syarat suatu tanaman untuk di golongkan kedalam tanaman dikotil.

    2. apakah tanaman pepaya berkembang secara vegetatif atau generatif
    jawab. menurut saya, tanaman pepaya dapat di perbanyak dengan cara di cangkok, di sambumg batang (vegetatif), atau dengan bijinya (generatif), akan tetapi cara perbanyakan melaluicangkok dan sambung batang jarang di lakukan, karena sulit untuk di lakukan, sehingga banyak di lakukan dengan biji (generatif)

  10. Malam bu, makasih ya bu sebelumnya sudah baca komentar suci,
    Insyallah lain kali akan lebih baik.

  11. Rajjitha Handayani

    Selamat malam ibu.
    ini jawaban dari tugas yang ibu berikan
    menurut sumber yang saya baca,pembiakan vegetatif bisa dilakukan pada tanaman pepaya (Carica papaya, L),misalnya dengan cara stek,okulasi,kultur jaringan,karena tanaman pepaya (Carica papaya, L) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae,yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:sistem perakaran tunggang dan akar-akar cabang yang tumbuh mendatar ke semua arah pada kedalamam 1 meter atau lebih dan menyebar sekitar 60-150 cm atau lebih dari pusat batang tanaman,batang tanaman pepaya berbentuk bulat lurus berbuku-buku,di bagian tengahnya berongga dan tidak berkayu,daun pepaya bertulang menjari (palminervus).
    Perbedaan ciri pada tumbuhan monokotil dan dikotil berdasarkan ciri fisik pembeda yang dimiliki :
    1. Bentuk akar
    – Monokotil : Memiliki sistem akar serabut
    – Dikotil : Memiliki sistem akar tunggang
    2. Bentuk sumsum atau pola tulang daun
    – Monokotil : Melengkung atau sejajar
    – Dikotil : Menyirip atau menjari
    3.Jumlah keping biji atau kotiledon
    – Monokotil : satu buah keping biji saja
    – Dikotil : Ada dua buah keping biji
    4. Kandungan akar dan batang
    – Monokotil : Tidak terdapat kambium
    – Dikotil : Ada kambium
    5. Jumlah kelopak bunga
    – Monokotil : Umumnya adalah kelipatan tiga
    – Dikotil : Biasanya kelipatan empat atau lima
    6. Pertumbuhan akar dan batang
    – Monokotil : Tidak bisa tumbuh berkembang menjadi membesar
    – Dikotil : Bisa tumbuh berkembang menjadi membesar
    Dari ciri-ciri tersebut,semakin menjelaskan bahwa pepaya merupakan tanaman dikotil,sehingga bisa diperbanyak secara vegetatif,

    sumber :
    *Rukmana, rahmat. 1994. Seri Budi Daya : Pepaya. Yogyakarta : Kanisius

    *made8.wordpress.com

    *www.aagos.ristek.go.id

  12. Selamat malam bu, ini tugas saya alber sanjaya. maaf ya bu ngirimnya kemalaman.

    Pepaya
    Carica papaya L.

    a.Morfologi tanaman
    Carica papaya L. adalah semak berbentuk pohon dengan batang yang lurus dan bulat. Bagian atas bercabang atau tidak, sebelah dalam berupa spons dan berongga, sebelah luar banyak tanda bekas daun. Tinggi pohon 2,5-10 m, tangkai daun bulat berongga, panjang 2,5-10 m, daun bulat atau bulat telur, bertulang daun menjari, tepi bercangap, berbagi menjari, ujung runcing garis tengah 25-75 cm, sebelah atas berwarna hijau tua, sebelah bawah hijau agak muda daun licin dan suram, pada tiap tiga lingkaran batang terdapat 8 daun. Bunga hampir selalu berkelamin satu atau berumah dua, tetapi kebanyakan dengan beberapa bunga berkelamin dua pada karangan bunga yang jantan. Bunga jantan pada tandan yang serupa malai dan bertangkai panjang, berkelopak sangat kecil mahkota berbentuk terompet berwarna putih kekuningan, dengan tepi yang bertaju lima, dan tabung yang panjang, langsing, taju berputar dalam kuncup, kepala sari bertangkai pendek, dan duduk bunga betina kebanyakan berdiri sendiri, daun mahkota lepas dan hampir lepas, putih kekuningan, bakal buah beruncing satu, kepala putik lima duduk,. Buah buni bulat telur memanjang, biji banyak, dibungkus oleh selaput yang berisi cairan, didalamnya berduri. Berasal dari Amerika, ditanam sebagai pohon buah (Steenis, 1992).
    Tanaman ini dapat dijumpai hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Di Jawa tengah dikenal dengan nama kates, di Sunda dinamakan gedang, orang sulawesi menyebutnya kapaya dan di Ambon dikenal dengan nama papas.

    b. Klasifikasi
    Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
    Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
    Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
    Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
    Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
    Sub Kelas: Dilleniidae
    Ordo: Violales
    Famili: Caricaceae
    Genus: Carica
    Spesies: Carica papaya L.

    c. Ciri-ciri tumbuhan monokotil dan dikotil :

    Sebagian besar monokotil memiliki pertulangan daun sejajar, batang dengan berkas pembuluh tersebar; daun mahkota bunga 3 atau kelipatannya, dan memiliki akar serabut. Sebagian besar Angiospermae yakni sekitar 170.000 spesies adalah tumbuhan dikotil. Kelompok tumbuhan ini meliputi tumbuhan semak, pohon serta banyak tumbuhan penghasil makanan. Ciri-ciri dikotil adalah memiliki 2 kotiledon pada biji; pertulangan daun menjari, berkas pembuluh pada batang tersusun melingkar, daun mahkota bunga 4, 5 atau kelipatannya, memiliki sistem akar tunggang.
    Tubuh tumbuhan terdiri dari akar dan tajuk. Diantara adaptasi yang memungkinkan tumbuhan dapat hidup di darat adalah kemampuannya untuk mengabsorpsi air dan mineral dari dalam tanah, menyerap cahaya matahari dan mengambil CO2 dari udara untuk fotosintesis serta kemampuannya? untuk hidup dalam kondisi yang kering.

    Perbedaan ciri pada tumbuhan monokotil dan dikotil berdasarkan ciri fisik pembeda yang dimiliki :

    1. Bentuk akar
    – Monokotil : Memiliki sistem akar serabut
    – Dikotil : Memiliki sistem akar tunggang
    2. Bentuk sumsum atau pola tulang daun
    – Monokotil : Melengkung atau sejajar
    – Dikotil : Menyirip atau menjari
    3. Kaliptrogen / tudung akar
    – Monokotil : Ada tudung akar / kaliptra
    – Dikotil : Tidak terdapat ada tudung akar
    4. Jumlah keping biji atau kotiledon
    – Monokotil : satu buah keping biji saja
    – Dikotil : Ada dua buah keping biji
    5. Kandungan akar dan batang
    – Monokotil : Tidak terdapat kambium
    – Dikotil : Ada kambium
    6. Jumlah kelopak bunga
    – Monokotil : Umumnya adalah kelipatan tiga
    – Dikotil : Biasanya kelipatan empat atau lima
    7. Pelindung akar dan batang lembaga
    – Monokotil : Ditemukan batang lembaga / koleoptil dan akar
    lembaga / keleorhiza
    – Dikotil : Tidak ada pelindung koleorhiza maupun koleoptil
    8. Pertumbuhan akar dan batang
    – Monokotil : Tidak bisa tumbuh berkembang menjadi membesar
    – Dikotil : Bisa tumbuh berkembang menjadi membesar

    Dari sumber informasi yang saya dapat tanaman pepaya merupakan tumbuhan dikotil karena memiliki sistem akar tunggang, bentuk sumsum atau tulang daun menyirip atau menjari, Pertumbuhan akar dan batangnya bisa tumbuh berkembang menjadi membesar. Tanaman pepaya bisa diperbanyak dengan stek yaitu stek batang. Tetapi hasil tanaman dari stek ini menghasilkan akar tanaman serabut sehingga tanaman pepaya mudah roboh pada kondisi yang kurang menguntungkan. Sehingga perbanyakan pepaya banyak dilakukan dengan mengunakan biji.
    Demikian tanggapan saya atas pertanyaan yg ibu berikan. Sukses buat blognya ya bu……..! Thank you before^^
    Ganbate Kodasai…….!!!

  13. Ghia Tegar Pamungkas

    Selamat malam bu..

    Ini tgas pembiakan vegetatif saya.
    Dari buku terbitan kanisius yank saya baca, d jelas kan bhwa tanaman pepaya termasuk k dalam kelas cotiledonae. Hal ini jg dapat d buktikan dari bentuk m0rfologi tanamam pepaya ini seperti memiliki akar tunggang,daun bercangap menjari,memili bunga berumah satu dll.
    Sehingga d buku ini d jelaskan bahwa pepaya dapat di kembangbiakan secara vegetatif, seperti stek,cangkok dan sambung. Namun cara ini di rasakan sangat sulit karena membutuh kan waktu dan biaya yang banyak..
    Sehingga kebanyakan orang lebih memilih mengembangbiakan dengan cara generatif,walaupun dengan resiko kemungkinan produksi yang d hasil kan tidak sama dengan induk ny.. Namun ini adalah cara yang aman agar pepaya dapat tumbuh dengan cara yang mudah.

    Makasih bu..

  14. selamat siang ibu,
    ini jawaban tugas yang ibu berikan.
    pepaya merupakan tanaman dikotil
    dari buku yang saya baca, tanaman pepaya dapat bikembangbiakkan secara vegetatif dengan cangkok namun teknik pencangkokannya sedikit berbeda dengan tanaman lain. pepaya dapat pula diperbanyak dengan stek. namun dengan cara cangkok dan stek sulit dilakukan.

    sumber:
    1. warisno.budidaya pepaya. kanisius. yogyakarta.

  15. met siang bu…
    ini tugas titi saftiyah ya bu…
    yang pertanyaan nya tanaman pepaya dapat atau tidak diperbanyak secara vegetatif!!!
    jawaban:
    pada zaman dahulu,perbanyakan tanaman pepaya dilakukan secara generatif yaitu dengan bijinya yang berwarna hitam..yang mana tanaman pepaya itu sendiri merupakan tanaman dikotil yang memiliki struktur dan morfologi seperti : akar tunggang dan tidak memiliki cabang, dibagian tengah berongga dan tidak berkayu. untuk itu,perbanyakan tanaman pepaya selain secara generatif dapat dilakukan pula secara vegetatif, seperti:
    1.Mencangkok batang tak berkayu umumnya dengan memanfaatkan luka tanaman dengan memberi media tumbuh pada luka tanaman. Luka tanaman tersebut diharapkan akan menghasilkan akar. Untuk melukai tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, pada papaya dimanfaatkan patahan dari cabang, pada dieffenbachia(sri rejeki) diadakan goresan pada ruas tanaman.
    2. tunas batang, dapat pula dipergunakan untuk perbanyakan tanaman pepaya, namun pada saat ini pula tengah berkembang bahan tanman yang dipergunakan sebagai bahan tanaman induk, yaitu stek dan kultur jaringan pepaya.

  16. selamat siang bu.
    saya irvan zulasman mahasiswa ibu.
    saya mau kumpulkan tugas vegetatif.

    1.Pepaya termasuk kedalam tanaman dikotil apa monokotil ?
    jawab :
    Tanaman pepaya termasuk kedalam tanaman dikotil karena tanaman pepaya memiliki akar tunggang,daun Tunggal, bulat, ujung runcing, pangkal bertoreh, tepi
    bergerigi, diameter 25-75 cm, pertulangan menjari,
    panjang tangkai 25-100 cm, hijau dan bijinya berkeping dua.

    2.Apakah tanaman pepaya bisa diperbanyak dengan vegetatif ?
    jawab :
    Bisa,perbanyakan pohon pepaya dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan cara sambung, cangkok, atau dengan biji. Namun dengan cara sambung dan cangkok jarang dilakukan orang karena dirasakan sangat sulit. Cara yang paling mudah untuk perbanyakan adalah dengan biji, ini menjadi alternatif untuk mengembangbiakan tanaman pepaya yang banyak dilakukan para petani pepaya saat ini.(Fresh Fruit Pepaya)

  17. Rajjitha Handayani

    Selamat siang ibu.
    ini jawaban dari tugas yang ibu berikan
    menurut yang saya baca,
    Tanaman pepaya termasuk jenis tanaman tropis basah, oleh karenanya dimana pun hampir di seluruh wilayah tanah air kita dapat ditanami tanaman pepaya, namun demikian untuk idealnya kita bisa mencari daerah-daerah yang sangat cocok untuk membudidayakan tanaman pepaya agar tanaman pepaya dapat menghasilkan buah yang maksimal dan berkualitas baik, yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat atau keuntungan bagi kita. Oleh karena itu sebelum memulai membudidayakan tanaman pepaya kiranya perlu memperhatikan hal-hal sbb:
    1. Tanaman pepaya memiliki adaptasi terhadap lingkungan sehingga pepaya dapat tumbuh mulai 0-1.000 m dpl bahkan sampai ketinggian 1.500 m dpl, namun idealnya ketinggian tanah tidak kurang atau lebih antara 600-700 m dpl, umumnya pepaya yang dihasilkan diatas 700 m dpl buahnya kurang baik demikian lupa yang ditanam di bawah 600 m dpl. Seperti terlihat pada gambar di bawah.
    2. Tinggi air tanah tidak lebih dari 50-150 cm dari permukaan tanah, oleh karena itu hindari menanam pepaya di bekas persawahan ini akan mengakibatkan akar akan tergenang air terus menurus dan akar akan membusuk yang pada akhirnya tanaman akan mati. Akar bila tergenang 2-3 hari mengakibatkan pohon pepaya akan mati.
    3. Keadaan tanah yang ideal adalah tanah-tanah latosol/laterit merah, ringan dan gembur dengan pH mendekati netral (6-7) serta subur banyak mengandung bahan organik (humus). Tanah yang lembab akan baik untuk pertumbuhan pohon pepaya.
    4. Iklim. Tanaman pepaya sangat peka terhadap iklim kritis terutama terhadap suhu dan kelembaban. Tanaman pepaya memerlukan pencahayaan penuh 100%, artinya harus langsung terkena sinar matahari/tempat terbuka, suhu udara berkisar 22-26°C.
    5. Curah hujan antara 1.000-2.000 mm pertahun. Daerah yang lembab dan curah hujan cukup tinggi produksi buah akan baik demikian pula terhadap daerah yang mempunyai curah hujan merata sepanjang tahun akan lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman pepaya.
    6. Angin sangat berperan dalam penyerbukan tanaman pepaya karena akan menerbangkan tepung sari. Namun demikian angin yang terlalu keras akan mengakibatkan pohon tumbang. Oleh karena itu harus ada pohon-pohon pelindung pepaya dari terpaan angin kencang.

    Pembiakan vegetatif bisa dilakukan dalam membudidayakan tanaman pepaya (Carica papaya, L.),misalnya dengan cara stek,okulasi,cangkok,kultur jaringan,karena tanaman pepaya (Carica papaya, L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae,yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:sistem perakaran tunggang dan akar-akar cabang yang tumbuh mendatar ke semua arah pada kedalamam 1 meter atau lebih dan menyebar sekitar 60-150 cm atau lebih dari pusat batang tanaman,batang tanaman pepaya berbentuk bulat lurus berbuku-buku,di bagian tengahnya berrongga dan tidak berkayu,daun pepaya bertulang menjari (palminervus).
    Adapun keuntungan pembiakan papaya secara vegetatif adalah :
    1. kemurnian sifat tanaman dapat dipertahankan
    2. umur panen lebih cepat
    3. sifat yang diturunkan sama dengan induknya
    4. cocok ditanam didaerah yang memliki air tanah dangkal

    sumber :
    *Rukmana, rahmat. 1994. Seri Budi Daya : Pepaya. Yogyakarta : Kanisius
    *made8.wordpress.com
    *www.aagos.ristek.go.id
    * Warisno. 2003. Budi Daya Pepaya. Yogyakarta : Kanisius

  18. Akbar Wira Hadikusuma

    Selamat malam bu’ made…,
    Nama saya Akbar wira hadikusuma saya salah satu mahasiswa Mata Kuliah Pembiakan Vegetatif, mengenai tugas yg ibu berikan kepada saya, mengenai apakah tanaman papaya dapa dikembangbiakkan dengan cara vegetatif, menurut pendapat saya adalah.

    Deskripsi : Pepaya (Carica papaya) merupakan tumbuhan yang berbatang tegak dan basah. Pepaya menyerupai palma, bunganya berwarna putih dan buahnya yang masak berwarna kuning kemerahan, rasanya seperti buah melon. Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 8 sampai 10 meter dengan akar yang kuat. Helaian daunnya menyerupai telapak tangan manusia. Apabila daun pepaya tersebut dilipat menjadi dua bagian persis di tengah, akan nampak bahwa daun pepaya tersebut simetris. Rongga dalam pada buah pepaya berbentuk bintang apabila penampang buahnya dipoting melintang. Tanaman ini juga dibudidayakan di kebun-kebun luas karena buahnya yang segar dan bergizi.
    Distribusi/Penyebaran : Di Indonesia tanaman pepaya tersebar dimana-mana bahkan telah menjadi tanaman perkarangan. Sentra penanaman buah pepaya di Indonesia adalah daerah Jawa barat (kabupaten Sukabumi), Jawa Timur (kabupaten Malang), Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi Selatan (Toraja), Sulawesi Utara (Manado).
    Habitat : Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan (sampai1000 m dpl).

    Klasifikasi tanaman papaya adalah:
    Kerajaan : Plantae
    Divisio : Magnoliophyta
    Kelas : Magnoliopsida
    Ordo :Brassisales
    Famili :caricaceae
    Genus : Carica
    Species : Carica papaya

    Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji
    Manfaat tumbuhan : Daun yang kering atau masih segar dapat digunakan sebagai pengusir serangga. Daun tersebut disemprotkan ke tanaman agar serangga menjauh.
    Perbanyakan pohon pepaya dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan cara sambung, cangkok, atau dengan biji. Namun dengan cara sambung dan cangkok jarang dilakukan orang karena dirasakan sangat sulit. Cara yang paling mudah untuk perbanyakan adalah dengan biji, ini menjadi alternatif untuk mengembangbiakan tanaman pepaya yang banyak dilakukan para petani pepaya saat ini.
    Penyiapan Bibit
    Saat ini bibit sangat mudah didapat di toko-toko benih pepaya, namun demikian ini masih harus dibuktikan terlebih dahulu. Apakah bisa beradaptasi dengan iklim setempat, mengingat sifat tanaman pepaya sangat peka terhadap pengaruh suhu dan kelembaban. Oleh karena itu para petani lebih senang membuatnya sendiri benih pepaya atau paling tidak untuk pemuliaan membeli bibit yang terpercaya hasil penangkaran di balai penangkaran.
    Cara Penyiapan Bibit
    Bibit kita ambil dari pohon pepaya yang besifat unggul, produktif dan berkualitas serta dalam satu tahun berbuah pada dua kali musim terus menerus. Buah pepaya yang akan dijadikan benih adalah yang masak pohon atau yang telah tua betul dam dalam keadaan baik dengan bentuk bulat panjang. Makin tua atau makin masak ini akan mempercepat perkecambahannya.
    Biji yang akan dijadikan benih diambil dari 2/3 bagian buah, 1/3 bagian pangkal tidak digunakan. Sebaiknya sebelum di potong buah pepaya diguncang-gunjangkan terlebih dahulu dan biji yang rontok tidak dipakai.
    Ambil biji-biji dari 2/3 bagian pepaya yang masih melekat pada buah dan letakkan pada wadah seperti waskom yang berisi air, Untuk mendapatkan benih yang baik, terhadap biji-biji ini masih perlu melakukan pemilihan kembali dengan memasukan biji pepaya kedalam wadah yang telah berisi air.
    Di dalam wadah biji akan terlihat ada sebagian yang mengambang dan ada yang tenggelam. Maka kita lakukan pemisahan kembali, yang mengambang kita sisihkan atau dibuang karena tidak akan kita jadikan bibit. Terhadap yang tenggelam kita pindahkan ke sebuah wadah, inilah biji-biji pepaya yang nantinya kita akan jadikan benih.
    Langkah selanjutnya biji-biji hasil pilihan tersebut di bersihkan dari lapisan yang lunak dan berwarna putih bening dengan membiarkan 2-3 di tempat yang teduh (jangan langsung terkena sinar matahari) lalu dicuci dengan air sampai bersih.
    Penyimpanan Bibit
    Apabila biji-biji tadi tidak digunakan langsung maka perlu disimpan atau diawetkan dengan baik dengan cara: setelah dicuci dan dikeringkan biji dicampur dengan abu dapur secukupnya lalu disimpan dalam botol berwarna hijau/biru (warna gelap), atau kantong plastik dan masukan dalam kaleng yang tertutup rapat.

    Daftar pustaka yang saya ambil adalah ….yahooanswer.com
    ….blog.agroprima.com…wikipedia.com….google.com…IPTEKnet
    Terima kasih bu’ made.
    Selamat Malam

  19. selamat siang ibu,
    selamat malam ibu
    ini jawaban tugas yang ibu berikan.
    pepaya merupakan tanaman dikotil
    dari buku yang saya baca, tanaman pepaya dapat bikembangbiakkan secara vegetatif dengan cangkok namun teknik pencangkokannya sedikit berbeda dengan tanaman lain. pepaya dapat pula diperbanyak dengan stek. namun dengan cara cangkok dan stek sulit dilakukan.
    sumber:
    1. warisno.budidaya pepaya. kanisius. yogyakarta.

  20. met malam bu…
    ini tugas titi saftiyah ya bu…
    yang pertanyaan nya tanaman pepaya dapat atau tidak diperbanyak secara vegetatif!!!
    jawaban:
    pada zaman dahulu,perbanyakan tanaman pepaya dilakukan secara generatif yaitu dengan bijinya yang berwarna hitam..yang mana tanaman pepaya itu sendiri merupakan tanaman dikotil yang memiliki struktur dan morfologi seperti : akar tunggang dan, tidak memiliki cabang, dibagian tengah berongga dan tidak berkayu. untuk itu,perbanyakan tanaman pepaya selain secara generatif dapat dilakukan pula secara vegetatif, seperti:
    1.Mencangkok batang tak berkayu umumnya dengan memanfaatkan luka tanaman dengan memberi media tumbuh pada luka tanaman. Luka tanaman tersebut diharapkan akan menghasilkan akar. Untuk melukai tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, pada papaya dimanfaatkan patahan dari cabang, pada dieffenbachia(sri rejeki) diadakan goresan pada ruas tanaman.
    2. tunas batang, dapat pula dipergunakan untuk perbanyakan tanaman pepaya, namun pada saat ini pula tengah berkembang bahan tanman yang dipergunakan sebagai bahan tanaman induk, yaitu stek dan kultur jaringan pepaya.

  21. Selamat malam bu….
    Mengenai tugas yang ibu berikan tentang tanaman pepaya apakah bisa dikembang biakan secara vegetatif atau tidak? Saya akan mencoba memberi pendapat…
    Menurut sumber yang saya baca……Tanaman perlu pembiakan dalam rangka mempertahankan jenisnya dan peningkatan produksinya. Ada dua cara pembiakan tanaman ialah: (1) Secara generatif/reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman; (2) Secara vegetatif (secara tak kawin) dengan menggunakan organ vegetatif.
    Pembiakan Generatif
    Pembentukan biji melalui proses penyerbukan (jatuhnya tepung sari pada kepala putik) kemudian dilanjutkan dengan pembuahan (peleburan antara gamet jantan dari tepung sari dan gamet betina dari putik).
    Dalam kontek agronomi, benih sebagai bahan tanaman merupakan biji yang diproduksi, diproses, dan diuji dengan metode standar sehingga memenuhi persyaratan sebgai bahan tanaman. Peran teknologi benih (merupakan rangkaian kegiatan sejak produksi, pemanenan, pengeringan, pengolahan/prosesing, pengujian sampai dengan sertifikasi benih) sangat strategis dalam rangka penyediaan benih bermutu dalam jumlah dan saat yang dibutuhkan.(WIKIPEDIA GOOGLE.)
    Sungguh disayangkan di Indonesia sampai dewasa ini perhatian sebagian besar masih terbatas pada benih ortodok, sedangkan perhatian pada benih rekalsitran masih reatif terbatas. Padahal mengingat keanekaragaman tanaman buah-buahan tropik yang ada, sangat potensial untuk dikembangkan.
    Pembiakan Vegetatif
    Pembiakan vegetatif adalah sejenis pembiakan aseks bagi tumbuhan. Melalui proses ini, tumbuhan dapat berkembang biak tanpa memerlukan biji benih atau spora. Contoh pembiakan vegetatif ialah seperti:batang rayap, bebawang, umbisi, rizom, tuber, sulur. Struktur vegetatif tersebut adalah batang tumbuhan yang telah diubahsuai untuk berfungsi sebagai organ pembiakanCara pembiakan vegetatif meliputi: (1) Secara alami dengan penggunaan biji apomiktik (terbentuk tanpa pembuahan dan merupakan bentuk vegetatif) dan penggunaan organ-organ khusus tanaman (hasil modifikasi batang atau akar, misalnya: bulb, tuber, rhizome, dll); (2) Secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas adventif ialah ”layerage”, ”cuttage”, atau setek, penyambungan tanaman dan kultur jaringan.
    Pada ”layerage” stimulasi saat organ vegetatif masih bersatu dengan tanaman, misalnya, ”layerage” di atas tanah (cangkokan). Stimulasi pada setek saat organ vegetatif sudah dipisahkan dari tanaman, misalnya setek akar, setek batang, setek daun, dan setek tunas/mata tunas.
    Pengertian penyambungan adalah menyambung suatu bagian tanaman (pupuk/mata tunas) pada bagian tanaman lain sehingga menyatu dan tumbuh menjadi tanaman baru. Penyambungan tanaman bisa dalam bentuk ”grafting” (batang atas berupa pucuk), ”budding atau okulasi” (batang atas berupa mata tunas), susuan (saat penyambungan batang bawah dan atas masih pada tanaman masing-masing.
    Salah satu keuntungan penyusuan tanaman adalah tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Dibandingkan pada ”grafting” dan okulasi. Disamping itu daya adaptasi tanaman batang atas dapat lebih luas. Dibanding tanda batang bawah spesies tanaman lain. Apabila dalam budidaya tanaman ada kesulitan dalam menggunakan benih dan berbagai cara perbanyakan vegetatif, maka penggunaan bibit dari kultur jaringan dianggap jalan keluar yang perlu ditempuh.(WIKIPEDIA Google.com)
    Tanaman ini termasuk familia Caricaceae. Tumbuhan ini banyak tumbuh di dataran rendah hingga 1.000 meter di atas permukaan laut, terutama di daerah yang subur. Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan melalui biji yang disemaikan (15-25 cm) lalu dipindahkan ke pekarangan.
    Batang pepaya tidak berkayu, silindris, berongga putih kotor, bulat, ujung runcing, pangkal bertoreh, tepi bergerigi, diameter 25-75 cm, pertulangan menjari, pangkal tangkai 25-100 cm, hijau. Bunga tunggal, bentuk bintang diketiak daun, berkelamin satu atau berumah dua. Bunga jantan terletak pada landan yang menyerupai malai, kelopak kecil, mahkota berbentuk kerucut. Buah buni, bulat memanjang, berdaging, masih muda hijau setelah tua jingga atau kuning. Biji bulat atau bulat panjang, kecil, bagian luar dibungkus selaput yang berisi cairan, masih muda putih setelah tua hitam. Akar tunggang, bercabang bulat putih kekuningan (google.com). Karena tanaman papaya memiliki cirri-ciri sebagai tanaman dikotil maka pada dasarnya tanaman papaya dapat di kembangbiakkan secara vegetatif antara lain dengan cara sanbung, ataupun dengan culture jaringan. Namun pembiakan vegetatif papaya masih juarang dilakukan karena tingkat keberhasilannya sangat kecil. Demikian tugas dari saya jika ada kekurangan saya mohon bantuan dari ibu….

    .

  22. Selamat malam bu….
    Mengenai tugas yang ibu berikan tentang tanaman pepaya apakah bisa dikembang biakan secara vegetatif atau tidak? Saya akan mencoba memberi pendapat…
    Menurut sumber yang saya baca……Tanaman perlu pembiakan dalam rangka mempertahankan jenisnya dan peningkatan produksinya. Ada dua cara pembiakan tanaman ialah: (1) Secara generatif/reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman; (2) Secara vegetatif (secara tak kawin) dengan menggunakan organ vegetatif.
    Pembiakan Generatif
    Pembentukan biji melalui proses penyerbukan (jatuhnya tepung sari pada kepala putik) kemudian dilanjutkan dengan pembuahan (peleburan antara gamet jantan dari tepung sari dan gamet betina dari putik).
    Dalam kontek agronomi, benih sebagai bahan tanaman merupakan biji yang diproduksi, diproses, dan diuji dengan metode standar sehingga memenuhi persyaratan sebgai bahan tanaman. Peran teknologi benih (merupakan rangkaian kegiatan sejak produksi, pemanenan, pengeringan, pengolahan/prosesing, pengujian sampai dengan sertifikasi benih) sangat strategis dalam rangka penyediaan benih bermutu dalam jumlah dan saat yang dibutuhkan.(WIKIPEDIA GOOGLE.)
    Sungguh sangat disayangkan di Indonesia sampai dewasa ini perhatian sebagian besar masih terbatas pada benih ortodok, sedangkan perhatian pada benih rekalsitran masih reatif terbatas. Padahal mengingat keanekaragaman tanaman buah-buahan tropik yang ada, sangat potensial untuk dikembangkan.
    Pembiakan Vegetatif
    Pembiakan vegetatif adalah sejenis pembiakan aseks bagi tumbuhan. Melalui proses ini, tumbuhan dapat berkembang biak tanpa memerlukan biji benih atau spora. Contoh pembiakan vegetatif ialah seperti:batang rayap, bebawang, umbisi, rizom, tuber, sulur. Struktur vegetatif tersebut adalah batang tumbuhan yang telah diubahsuai untuk berfungsi sebagai organ pembiakanCara pembiakan vegetatif meliputi: (1) Secara alami dengan penggunaan biji apomiktik (terbentuk tanpa pembuahan dan merupakan bentuk vegetatif) dan penggunaan organ-organ khusus tanaman (hasil modifikasi batang atau akar, misalnya: bulb, tuber, rhizome, dll); (2) Secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas adventif ialah ”layerage”, ”cuttage”, atau setek, penyambungan tanaman dan kultur jaringan.
    Pada ”layerage” stimulasi saat organ vegetatif masih bersatu dengan tanaman, misalnya, ”layerage” di atas tanah (cangkokan). Stimulasi pada setek saat organ vegetatif sudah dipisahkan dari tanaman, misalnya setek akar, setek batang, setek daun, dan setek tunas/mata tunas.
    Pengertian penyambungan adalah menyambung suatu bagian tanaman (pupuk/mata tunas) pada bagian tanaman lain sehingga menyatu dan tumbuh menjadi tanaman baru. Penyambungan tanaman bisa dalam bentuk ”grafting” (batang atas berupa pucuk), ”budding atau okulasi” (batang atas berupa mata tunas), susuan (saat penyambungan batang bawah dan atas masih pada tanaman masing-masing.
    Salah satu keuntungan penyusuan tanaman adalah tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Dibandingkan pada ”grafting” dan okulasi. Disamping itu daya adaptasi tanaman batang atas dapat lebih luas. Dibanding tanda batang bawah spesies tanaman lain. Apabila dalam budidaya tanaman ada kesulitan dalam menggunakan benih dan berbagai cara perbanyakan vegetatif, maka penggunaan bibit dari kultur jaringan dianggap jalan keluar yang perlu ditempuh.(WIKIPEDIA GOOGLE.)
    Tanaman ini termasuk familia Caricaceae. Tumbuhan ini banyak tumbuh di dataran rendah hingga 1.000 meter di atas permukaan laut, terutama di daerah yang subur. Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan melalui biji yang disemaikan (15-25 cm) lalu dipindahkan ke pekarangan.
    Batang pepaya tidak berkayu, silindris, berongga putih kotor, bulat, ujung runcing, pangkal bertoreh, tepi bergerigi, diameter 25-75 cm, pertulangan menjari, pangkal tangkai 25-100 cm, hijau. Bunga tunggal, bentuk bintang diketiak daun, berkelamin satu atau berumah dua. Bunga jantan terletak pada landan yang menyerupai malai, kelopak kecil, mahkota berbentuk kerucut. Buah buni, bulat memanjang, berdaging, masih muda hijau setelah tua jingga atau kuning. Biji bulat atau bulat panjang, kecil, bagian luar dibungkus selaput yang berisi cairan, masih muda putih setelah tua hitam. Akar tunggang, bercabang bulat putih kekuningan (google.com). Karena tanaman papaya memiliki cirri-ciri sebagai tanaman dikotil maka pada dasarnya tanaman papaya dapat di kembangbiakkan secara vegetatif antara lain dengan cara sanbung, ataupun dengan culture jaringan. Namun pembiakan vegetatif papaya masih juarang dilakukan karena tingkat keberhasilannya sangat kecil. Demikian tugas dari saya jika ada kekurangan saya mohon bantuan dari ibu….

    .

  23. Selamat malam bu….
    Mengenai tugas yang ibu berikan tentang tanaman pepaya apakah bisa dikembang biakan secara vegetatif atau tidak? Saya akan mencoba memberi pendapat…
    Menurut sumber yang saya baca………Tanaman perlu pembiakan dalam rangka mempertahankan jenisnya dan peningkatan produksinya. Ada dua cara pembiakan tanaman ialah: (1) Secara generatif/reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman; (2) Secara vegetatif (secara tak kawin) dengan menggunakan organ vegetatif.
    Pembiakan Generatif
    Pembentukan biji melalui proses penyerbukan (jatuhnya tepung sari pada kepala putik) kemudian dilanjutkan dengan pembuahan (peleburan antara gamet jantan dari tepung sari dan gamet betina dari putik).
    Dalam kontek agronomi, benih sebagai bahan tanaman merupakan biji yang diproduksi, diproses, dan diuji dengan metode standar sehingga memenuhi persyaratan sebgai bahan tanaman. Peran teknologi benih (merupakan rangkaian kegiatan sejak produksi, pemanenan, pengeringan, pengolahan/prosesing, pengujian sampai dengan sertifikasi benih) sangat strategis dalam rangka penyediaan benih bermutu dalam jumlah dan saat yang dibutuhkan.(WIKIPEDIA GOOGLE.)
    Sungguh sangat disayangkan di Indonesia sampai dewasa ini perhatian sebagian besar masih terbatas pada benih ortodok, sedangkan perhatian pada benih rekalsitran masih reatif terbatas. Padahal mengingat keanekaragaman tanaman buah-buahan tropik yang ada, sangat potensial untuk dikembangkan.
    Pembiakan Vegetatif
    Pembiakan vegetatif adalah sejenis pembiakan aseks bagi tumbuhan. Melalui proses ini, tumbuhan dapat berkembang biak tanpa memerlukan biji benih atau spora. Contoh pembiakan vegetatif ialah seperti:batang rayap, bebawang, umbi, rizom, tuber, sulur. Struktur vegetatif tersebut adalah batang tumbuhan yang telah diubahsuai untuk berfungsi sebagai organ pembiakanCara pembiakan vegetatif meliputi: (1) Secara alami dengan penggunaan biji apomiktik (terbentuk tanpa pembuahan dan merupakan bentuk vegetatif) dan penggunaan organ-organ khusus tanaman (hasil modifikasi batang atau akar, misalnya: bulb, tuber, rhizome, dll); (2) Secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas adventif ialah ”layerage”, ”cuttage”, atau setek, penyambungan tanaman dan kultur jaringan.
    Pada ”layerage” stimulasi saat organ vegetatif masih bersatu dengan tanaman, misalnya, ”layerage” di atas tanah (cangkokan). Stimulasi pada setek saat organ vegetatif sudah dipisahkan dari tanaman, misalnya setek akar, setek batang, setek daun, dan setek tunas/mata tunas.
    Pengertian penyambungan adalah menyambung suatu bagian tanaman (pupuk/mata tunas) pada bagian tanaman lain sehingga menyatu dan tumbuh menjadi tanaman baru. Penyambungan tanaman bisa dalam bentuk ”grafting” (batang atas berupa pucuk), ”budding atau okulasi” (batang atas berupa mata tunas), susuan (saat penyambungan batang bawah dan atas masih pada tanaman masing-masing.
    Salah satu keuntungan penyusuan tanaman adalah tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Dibandingkan pada ”grafting” dan okulasi. Disamping itu daya adaptasi tanaman batang atas dapat lebih luas. Dibanding tanda batang bawah spesies tanaman lain. Apabila dalam budidaya tanaman ada kesulitan dalam menggunakan benih dan berbagai cara perbanyakan vegetatif, maka penggunaan bibit dari kultur jaringan dianggap jalan keluar yang perlu ditempuh.(WIKIPEDIA GOOGLE.)
    Tanaman ini termasuk familia Caricaceae. Tumbuhan ini banyak tumbuh di dataran rendah hingga 1.000 meter di atas permukaan laut, terutama di daerah yang subur. Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan melalui biji yang disemaikan (15-25 cm) lalu dipindahkan ke pekarangan.
    Batang pepaya tidak berkayu, silindris, berongga putih kotor, bulat, ujung runcing, pangkal bertoreh, tepi bergerigi, diameter 25-75 cm, pertulangan menjari, pangkal tangkai 25-100 cm, hijau. Bunga tunggal, bentuk bintang diketiak daun, berkelamin satu atau berumah dua. Bunga jantan terletak pada landan yang menyerupai malai, kelopak kecil, mahkota berbentuk kerucut. Buah buni, bulat memanjang, berdaging, masih muda hijau setelah tua jingga atau kuning. Biji bulat atau bulat panjang, kecil, bagian luar dibungkus selaput yang berisi cairan, masih muda putih setelah tua hitam. Akar tunggang, bercabang bulat putih kekuningan (google.com). Karena tanaman papaya memiliki cirri-ciri sebagai tanaman dikotil maka pada dasarnya tanaman papaya dapat di kembangbiakkan secara vegetatif antara lain dengan cara sanbung, ataupun dengan culture jaringan. Namun pembiakan vegetatif papaya masih juarang dilakukan karena tingkat keberhasilannya sangat kecil. Demikian tugas dari saya jika ada kekurangan saya mohon bantuan dari ibu….

    .

  24. Selamat malam bu…….
    Mengenai tugas yang ibu berikan tentang tanaman pepaya apakah bisa dikembang biakan secara vegetatif atau tidak? Saya akan mencoba memberi pendapat…..,
    Menurut sumber yang saya baca……Tanaman perlu pembiakan dalam rangka mempertahankan jenisnya dan peningkatan produksinya. Ada dua cara pembiakan tanaman ialah: (1) Secara generatif/reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman; (2) Secara vegetatif (secara tak kawin) dengan menggunakan organ vegetatif.
    Pembiakan Generatif
    Pembentukan biji melalui proses penyerbukan (jatuhnya tepung sari pada kepala putik) kemudian dilanjutkan dengan pembuahan (peleburan antara gamet jantan dari tepung sari dan gamet betina dari putik).
    Dalam kontek agronomi, benih sebagai bahan tanaman merupakan biji yang diproduksi, diproses, dan diuji dengan metode standar sehingga memenuhi persyaratan sebgai bahan tanaman. Peran teknologi benih (merupakan rangkaian kegiatan sejak produksi, pemanenan, pengeringan, pengolahan/prosesing, pengujian sampai dengan sertifikasi benih) sangat strategis dalam rangka penyediaan benih bermutu dalam jumlah dan saat yang dibutuhkan.(WIKIPEDIA GOOGLE.)
    Sungguh disayangkan di Indonesia sampai dewasa ini perhatian sebagian besar masih terbatas pada benih ortodok, sedangkan perhatian pada benih rekalsitran masih reatif terbatas. Padahal mengingat keanekaragaman tanaman buah-buahan tropik yang ada, sangat potensial untuk dikembangkan.
    Pembiakan Vegetatif
    Pembiakan vegetatif adalah sejenis pembiakan aseks bagi tumbuhan. Melalui proses ini, tumbuhan dapat berkembang biak tanpa memerlukan biji benih atau spora. Contoh pembiakan vegetatif ialah seperti:batang rayap, bebawang, umbisi, rizom, tuber, sulur. Struktur vegetatif tersebut adalah batang tumbuhan yang telah diubahsuai untuk berfungsi sebagai organ pembiakanCara pembiakan vegetatif meliputi: (1) Secara alami dengan penggunaan biji apomiktik (terbentuk tanpa pembuahan dan merupakan bentuk vegetatif) dan penggunaan organ-organ khusus tanaman (hasil modifikasi batang atau akar, misalnya: bulb, tuber, rhizome, dll); (2) Secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas adventif ialah ”layerage”, ”cuttage”, atau setek, penyambungan tanaman dan kultur jaringan.
    Pada ”layerage” stimulasi saat organ vegetatif masih bersatu dengan tanaman, misalnya, ”layerage” di atas tanah (cangkokan). Stimulasi pada setek saat organ vegetatif sudah dipisahkan dari tanaman, misalnya setek akar, setek batang, setek daun, dan setek tunas/mata tunas.
    Pengertian penyambungan adalah menyambung suatu bagian tanaman (pupuk/mata tunas) pada bagian tanaman lain sehingga menyatu dan tumbuh menjadi tanaman baru. Penyambungan tanaman bisa dalam bentuk ”grafting” (batang atas berupa pucuk), ”budding atau okulasi” (batang atas berupa mata tunas), susuan (saat penyambungan batang bawah dan atas masih pada tanaman masing-masing.
    Salah satu keuntungan penyusuan tanaman adalah tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Dibandingkan pada ”grafting” dan okulasi. Disamping itu daya adaptasi tanaman batang atas dapat lebih luas. Dibanding tanda batang bawah spesies tanaman lain. Apabila dalam budidaya tanaman ada kesulitan dalam menggunakan benih dan berbagai cara perbanyakan vegetatif, maka penggunaan bibit dari kultur jaringan dianggap jalan keluar yang perlu ditempuh.(WIKIPEDIA GOOGLE.)
    Tanaman ini termasuk familia Caricaceae. Tumbuhan ini banyak tumbuh di dataran rendah hingga 1.000 meter di atas permukaan laut, terutama di daerah yang subur. Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan melalui biji yang disemaikan (15-25 cm) lalu dipindahkan ke pekarangan.
    Batang pepaya tidak berkayu, silindris, berongga putih kotor, bulat, ujung runcing, pangkal bertoreh, tepi bergerigi, diameter 25-75 cm, pertulangan menjari, pangkal tangkai 25-100 cm, hijau. Bunga tunggal, bentuk bintang diketiak daun, berkelamin satu atau berumah dua. Bunga jantan terletak pada landan yang menyerupai malai, kelopak kecil, mahkota berbentuk kerucut. Buah buni, bulat memanjang, berdaging, masih muda hijau setelah tua jingga atau kuning. Biji bulat atau bulat panjang, kecil, bagian luar dibungkus selaput yang berisi cairan, masih muda putih setelah tua hitam. Akar tunggang, bercabang bulat putih kekuningan (google.com). Karena tanaman papaya memiliki cirri-ciri sebagai tanaman dikotil maka pada dasarnya tanaman papaya dapat di kembangbiakkan secara vegetatif antara lain dengan cara sanbung, ataupun dengan culture jaringan. Namun pembiakan vegetatif papaya masih juarang dilakukan karena tingkat keberhasilannya sangat kecil. Demikian tugas dari saya jika ada kekurangan saya mohon bantuan dari ibu….

    .

  25. Gia Tegar Pamungkas

    selamat malam ibu…………

    dari sumber :Rukmana, rahmat. 1994. Seri Budi Daya : Pepaya. Yogyakarta : Kanisius. Di tuliskan bahwa klasifikasi tanaman pepaya termasuk kedalam kelas dikotiledon,yaitu tanaman yang memiliki morfologi seperti akar tunggang, berdaun bercangap menjari,biji berkeping dua,dapat tumbuh berkembang menjadi meninggi dan membesar.Dari ciri-ciri tersebut,semakin menjelaskan bahwa pepaya merupakan tanaman dikotil.

    Pembiakan vegetatif bisa dilakukan dalam membudidayakan tanaman pepaya (Carica papaya, L.),misalnya dengan cara stek,okulasi,cangkok,kultur jaringan,karena tanaman pepaya (Carica papaya, L.). namun cara ini sangat jarang digunakan karena membutuhkan waktu dan biaya yang banyak, juga sangat sulit dilakukan oleh hobiss dan pemula.
    sehingga banyak petani mengembangbiakan dengan cara generatif atau melalui biji, walaupun sifat tanaman yang dihasilkan tidak sama dengan induknya, tetapi cara ini adalah cara yang efektif dan terjangkau untuk mendapatkan tanaman baru.

    terima kasih ibu..

  26. Malam Ibu…

    Tanaman pepaya umumnya diperbanyak secara generatif dengan biji yang dihasilkan setelah tanaman berbuah. Kelemahan dari perbanyakan pepaya dengan biji ini antara lain keseragaman tanaman asal biji tidak dapat diperoleh tanpa dilakukan seleksi. Sementara itu, petani pada umumnya masih awam dengan cara seleksi untuk mendapatkan tanaman asal biji yang seragam.
    Pohon pepaya memiliki tunas batang yang dapat digunakan untuk
    perbanyakan tanaman. Namun hingga saat ini belum ada informasi yang memadai mengenai perbanyakan pepaya secara vegetatif dengan tunas batang. Padahal dengan perbanyakan vegetatif umumnya akan memberikan keseragaman yang lebih tinggi. Untuk itu perlu dikaji kualitas pertumbuhan tanaman, periode berbuah dan kualitas buah yang dihasilkan. Saat ini sedang dilakukan persiapan bahan tanaman yang akan digunakan sebagai tanaman induk untuk perbanyakan
    secara vegetatif (stek) dan kultur jaringan pepaya.
    Sumber : https://made8.wordpress.com/2009/06/09/bahan-ajar-pembiakan-vegetatif/#comment-89

  27. retna desfira lestari

    siang ibu,,,maaf bu saya mengganggu…
    nama saya Retna Desfira Lestari

    Saya ingin mengirimkan tugas yang ibu berikan tentang perbanyakan pepaya serta penggolongan tanaman pepaya.
    1. Tanaman pepaya termasuk tanaman dikotil atau monokotil dan bagaimana cara pembiakannya (vegetatif/generati).
    jawab : menurut saya, tanaman pepaya termasuk kedalam tanaman di kotil, alasannya karena tanaman pepaya berkeping dua pada bijinya, dan pada akarnya tanaman pepaya memiliki akar berjenis akar tunggang.
    sedangakan untuk pembiakannya, tanaman pepaya bisa di kembang biakan secara generatif maupun vegetatif. untuk pengembangbiakan secara vegetatif, dapat di lakukan dengan cara di sambung batang maupun cangkok. akan tetapi dengan cara ini masih jarang di lakukan karena sangat sulit. sedangkan pengembangbiakan dengan menggunakan biji sangat mudah di lakukan. sehingga kebanyakan petani pepaya mengembangkan tanaman pepaya dengan menggunakan biji.

    maaf saya telat mengirmkan tugasnya, karena kemarin saya kirim selalu gagal ibu..

    terima kasihh ibu

  28. selamat siang ibu,,,

    saya ingin mengucapkan terimaksih atas bahan ajar yang ibu berikan di dalam blog ibu…

  29. gimana ya bu, kok tugas saya belum mask ya ke blok ibu, padahal sudah saya kirim berkali-kali dan tempatnya / warnetnya juga berbeda-beda. mohon petunjuk dan jalan keluarnya ya bu… makasih..

  30. Syalom Bu.

    Dari hasil penelusuran jurnal maupun blog yg saya baca, dapat saya simpulkan bahwa pepaya termasuk tanaman dikotil karena bijinya berkeping dua. Pepaya dapat diperbanyak dengan beberapa cara, misalnya : sambung, cangkok, okulasi, atau dengan biji. Namun pepaya lebih sering diperbanyak dengan biji karena lebih mudah dibandingkan perbanyakan cara lain yang dirasa cukup sulit oleh petani.

    *pepaya.dagdigdug.com/2009/02/24/membuat-bibit-pepaya-sendiri/#more-13.

    *www.aagos.ristek.go.id/pertanian/pepaya.pdf

    Terimakasih

  31. met sore bu…
    ini tugas saya mengenai perbanyakan Mawar dengan cara dicangkok ya bu…
    Mencangkok adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm.
    – Tumbuhan dikotil yang dicangkok akan memiliki akar serabut,bukan akar tunggang.
    – Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan
    induknya. Akan tetapi, tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji.oleh sebab itu saya akan membahas tentang perbanyakan bunga mawar yang dilakukan secara vegetatif yaitu mencangkok bagian batangnya , namun sebelum membahas bagaimana cara mencangkok mawar , ada baiknya kita mengetahui selukbeluk tentang mawar itu sendiri, yaitu :
    a. Pendahuluan
    Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri.Mawar yang dikenal nama bunga ros atau “Ratu Bunga” merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia.Mawar berasal dari dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya, menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis).
    b. Jenis-jenis mawar
    Beberapa varietas mawar yang digemari adalah: – Hybrid tea; jenis bunga potong bertangkai panjang bunga tunggalnya diujung sehingga tampak megah dan cantik
    – Floribunda; jenis bunga potong dan tanaman taman yang bunganya cukup besar dengan warna bervariasi dan tangkai tegak panjang
    – Grandiflora; bunganya berukuran raksasa dengan diameter dapat mencapai 7.5-12.5cm
    – Climbing rose; diameter
    bunga berkisar antara 5- 15cm dan tumbuh merunduk karena beratnya cabang serta tersusun dalam tandan yang jarang. Kelompok mawar ini
    pertumbuhannya sangat lambat dibandingkan dengan kelompok lainnya dan rata-rata baru dapat berbunga setelah umurnya lebih dari dua
    tahun
    – Polyantha; jenis mawar
    ini warna bunganya sangat beraneka ragam, bunganya kecil dengan garis tengah sekitar 5 cm dan didekat pucuk cabangnya terdapat banyak ranting yang masing-masing memiliki sekuntum bunga.
    – Hybrid perpetual; jenis
    mawar yang dimater bunganya sangat lebar(15cm) dan juga 390 merupakan kelopak mawar yang sudah sulit ditemukan
    – Mawar tea; merupakan nenek moyang mawar, disebut juga mawar kuno, aromanya sangat wangi
    – Special purpose; mawar
    yang dibedakan atas 3 golongan yaitu mawar pohon, mawar perdu dan mawar mini.
    c. Syarat Tumbuh
    Iklim
    Bunga mawar dapat tumbuh sampai ketinggian 900mdpl.Dibawah ketinggian ini kuncup bunga menjadi lebih kecil. Kisaran tumbuh bunga mawar adalah 700-1200 mdpl. Suhu dan kelembaban udara Bunga mawar membutuhkan suhu berkisar 15-300C, dengankelembabanudara rata-rata 50-60%. Sinar matahari Tanaman mawarmembutuhkancahaya/penyinaran matahari penuh sepanjang hari, karena bila tempatnya terlindung akanmudah terserang cendawan dan
    pertumbuhannya kurang baik.TanahLingkungan tumbuh mawar yang
    cocok adalah tanah bertekstur dan drainase yang baik, gembur, cukup bahan organik dan tidak terlalu masam (pH6-7).
    d.Pedoman teknis budidaya
    Pembibitan
    Bibit bunga mawar dapat berasal dari perbanyakan vegetatif dan
    generatif (biji). Umumnya di Indonesia perbanyakan mawar dengan menggunakan okulasi, cangkok, sambung, maupun stek.Perbanyakan generatif jarang dilakukan karena disamping tanaman baru yang diperoleh sering tidak sama dengan induknya, juga karena pengerjaannya cukup sukar.
    Bahan bahannya :
    1 Pohon .
    2 Pisau tajam.
    3 Kantong plastik .
    4 Tanah gembur.
    5 Air.

    Cara mencangkok:
    1. Pilih cabang atau ranting yang tidak terlalu tua ataupun
    terlalu muda.
    2. Kuliti hingga bersih cabang atau ranting tersebut
    sepanjang 5-10 cm.
    3. Kerat kambiumnya hingga bersih, dan angin-anginkan.
    4. Tutup dengan tanah, kemudian dibungkus dengan
    plastik atau sabut kelapa. Ikat pada kedua ujungnya
    seperti membungkus permen. Bila menggunakan
    plastik, lubangi plastiknya terlebih dahulu.
    5. Jaga kelembaban tanah dengan cara menyiramnya
    setiap hari.
    6. Setelah banyak akar yang tumbuh, potong cabang atau
    ranting tersebut, dan tanamlah di dalam tanah.
    Pemeliharaan
    Pemeliharaan mawar meliputi penyiraman, penyiangan, pemangkasan dan pemupukan,serta pengendalian hama dan penyakit.Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yang disesuaikan dengan kondisi curah hujan atau air.

  32. Selamat sore Bu,,
    berikut ini tugas pembiakan vegetatif saya!
    P A L A
    ( Myristica Fragan Haitt )
    1.SEJARAH SINGKAT
    Pala (Myristica Fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi asli
    Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala
    menyebar ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang
    melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala
    terus meluas sampai Sumatera.
    2.JENIS TANAMAN
    Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain: 1) Myristica fragrans Houtt, 2)
    Myristica argentea Ware, 3) Myristica fattua Houtt, 4) Myristica specioga Ware, 5)
    Myristica Sucedona BL, 6) Myristica malabarica Lam.TTG BUDIDAYA PERTANIAN
    Jenis pala yang banyak diusahakan adalah terutama Myristica fragrans, sebab
    jenis pala ini mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya. Disusul
    jenis Myristica argentea dan Myristica fattua. Jenis Myristica specioga, Myristica
    sucedona, dan Myristica malabarica produksinya rendah sehingga nilai ekonomisnya
    pun rendah pula.
    3.MANFAAT TANAMAN
    Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil
    minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan
    kosmetik.
    1)Kulit batang dan daun
    Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai
    kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri
    2)Fuli
    Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti
    anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak
    dijual didalam negeri.
    3)Biji pala
    Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah-
    rempah. Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa
    nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan
    usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-
    muntah dan lain-lainya.
    4)Daging buah pala
    Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah
    diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala,
    marmelade, selai pala, kKristal daging buah pala.
    4.SENTRA PENANAMAN
    Jika dilihat data pada tahun 1971 lalu, luas tanaman pala di Indonesia sekitar 22.809
    hektar dengan daerah penyebaran yang terpusat di Sulawesi, Irian Jaya. Aceh dan
    Maluku.
    5.SYARAT TUMBUH
    5.1.Iklim
    1)Tanaman pala juga membutuhkan iklim yang panas dengan curah hujan yang
    tinggi dan agak merata/tidak banyak berubah sepanjang tahun.TTG BUDIDAYA PERTANIAN
    2)Suhu udara lingkungan 20-30 derajat C sedangkan, curah hujan terbagi secara
    teratur sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong jenis tanaman yang tahan
    terhadap musim kering selama beberapa bulan.
    5.2.Media Tanam
    1)Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat cocok pada
    tanah vulkasnis yang mempunyai pembuangan air yang baik. Tanaman pala
    tumbuh baik di tanah yang bertekstur pasir sampai lempung dengan kandungan
    bahan organis yang tinggi.
    2)Sedangkan pH tanah yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5 – 6,5. Tanaman
    ini peka terhadap gangguan air, maka untuk tanaman ini harus memiliki saluran
    drainase yang baik.
    3)Pada tanah-tanah yang miring seperti pada lereng pegunungan, agar tanah tidak
    mengalami erosi sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka perlu dibuat
    teras-teras melintang lereng.
    5.3.Ketinggian Tempat
    Tanaman pala dapat tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian 500-700 m
    dpl. Sedangkan pada ketinggian di atas 700 m, produksitivitas tanaman akan rendah.
    6.PEDOMAN BUDIDAYA
    6.1.Pembibitan
    1)Perbanyakan Cara Generatif (Biji)
    a)Pemilihan Biji
    Perbanyakan dengan biji dapat dilakukan dengan mengecambahkan biji. Dalam
    hal ini biji yang digunakan berasal dari:
    1.Biji sapuan: biji yang dikumpulkan begitu saja tanpa diketahui secara jelas
    dan pasti mengenai pohon induknya.
    2.Biji terpilih: biji yang asalnya atau pohon induknya diketahui dengan jelas.
    Dalam hal ini ada 3 macam biji terpilih, yaitu: (1) biji legitiem, yaitu biji yang
    diketahui dengan jelas pohon induknya (asal putiknya jelas diketahui); (2) biji
    illegitiem, yaitu biji yang berasal dari tumpang sari tidak diketahui, tetapi asal
    putiknya jelas diketahui; (3) biji Propellegitiem, yaitu biji yang terjadi hasil
    persilangan dalam satu kebun yang terdiri dua klon atau lebih.
    Biji-biji yang akan digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yang
    benar-benar masak. Buah pala bijinya akan digunakan sebagai benih
    hendaknya berasal dari pohon pala yang mempunyai sifat-sifat: (1) pohonTTG BUDIDAYA PERTANIAN
    dewasa yang tumbuhnya sehat; (2) mampu berproduksi tinggi dan kwalitasnya
    baik.
    Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor: KB.
    010/42/SK/ DJ. BUN/9/1984, telah ditetapkan dan dipilih pohon induk yang
    dapat dipergunakan sebagai sumber benih yang tersebar di 4 propinsi, yaitu:
    Sumatera Barat, Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Maluku. Biji-biji dari pohon
    induk terpilih yang akan digunakan sebagai benih harus diseleksi, yaitu dipilih
    biji-biji yang ukurannya besar dengan bobot minimum 50 gram/biji, berbentuk
    agak bulat dan simetris, kulit biji berwarna coklat kehitam-hitaman dan
    mengkilat, tidak terserang oleh hama dan penyakit.
    Buah pala yang dipetik dari pohon dan akan dijadikan benih harus segera
    diambil bijinya, paling lambat dalam waktu 24 jam biji-biji tersebut harus sudah
    disemaikan. Hal ini disebabkan oleh sifat biji pala yang daya berkecambahnya
    dapat cepat menurun.
    b)Penyemaian
    Tanah tempat penyemaian harus dekat sumber air untuk lebih memudahkan
    melakukan penyiraman pesemaian. Tanah yang akan dipakai untuk
    penyemaian harus dipilih tanah yang subur dan gembur. Tanah diolah dengan
    cangkul dengan kedalaman olakan sekitar 20 cm dan dibuat bedengan dengan
    ukuran lebar sekitar 1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm, tergantung biji pala yang
    akan disemaikan. Bedengan dibuat membujur Utara-Selatan. Kemudian tanah
    yang sudah diolah tersebut dicampuri dengan pupuk kandang yang sudah jadi
    (sudah tidak mengalami fermentasi) secara merata secukupnya supaya tanah
    bedengan tersebut menjadi gembur. Sekeliling bedengan dibuka selokan kecil
    yang berfungsi sebagai saluran drainase.
    Bedengan diberi peneduh dari anyaman daun kelapa/jerami dengan ukuran
    tinggi sebelah Timur 2 m dan sebelah Barat 1 m. maksud pemberian peneduh
    ini adalah agar pesemaian hanya terkena sinar matahari pada pagi sampai
    menjelang siang hari dan pada siang hari yang panas terik itu persemaian itu
    terlindungi oleh peneduh.
    Tanah bedengan disiram air sedikit demi sedikit sehingga kebasahannya
    merata dan tidak sampai terjadi genangan air pada bedengan. Kemudian biji-biji
    pala disemaikan dengan membenamkan biji pala sampai sedalam sekiat 1 cm
    di bawah permukaan tanah bedengan. Jarak persemaian antar-biji adalah
    15X15 cm. Posisi dalam membenamkan biji/benih harus rapat, yakni garis putih
    pada kulit biji terletak di bawah. Pemeliharaan pesemaian terutama adalah
    menjaga tanah bedengan tetap dalam keadaan basah (disiram dengan air) dan
    menjaga agar tanah bedengan tetap bersih dari gulma).
    Setelah biji berkecambah yaitu sudah tumbuh bakal batangnya. Maka bibit
    pada pesemaian tersebut dapat dipindahkan ke kantong polybag yang berisiTTG BUDIDAYA PERTANIAN
    media tumbuh berupa tanah gembur yang subur dicampur dengan pupuk
    kandang. Pemindahan bibit dari pesemaian ke kantong polybag harus
    dilakukan secara hati-hati agar perakarannya tidak rusak.
    Polybag yang sudah berisi bibit tanaman harus diletakkan pada tempat yang
    terlindung dari sinar matahari/diletakkan berderet-deret dan diatasnya diberi
    atap pelindung berupa anyaman daun kelapa/jerami.
    Pemeliharaan dalam polybag terutama adalah menjaga agar media tumbuhnya
    tetap bersih dari gulma dan menjaga media tumbuh dalam keadaan tetap
    basah namun tidak tergantung air. Agar tidak tergenang air, bagian bawahnya
    dari polybag harus diberi lubang untuk jalan keluar air siraman/air hujan.
    Bibit-bibit tersebut dapat dilakukan pemupukan ringan, yakni dengan pupuk
    TSP dan urea masing-masing sektar 1 gram tiap pemupukan. Pupuk ditaruh di
    atas permukaan media tumbuh kemudian langsung disiram. Pemupukan
    dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada awal musim hujan dan pada akhir
    musim hujan. Setelah bibit tanaman mempunyai 3–5 batang cabang, maka bibit
    ini dapat dipindahkan/ditanam di lapangan.
    2)Perbanyakan Cara Cangkok (Marcoteren)
    Perbanyakan tanaman pala dengan cara mencangkok bertujuan untuk
    mendapatkan tanaman yang mempunyai sifat-sifat asli induknya (pohon yang
    dicangkok).
    Hal yang diperhatikan dalam memilih batang/cabangyang akan dicangkok adalah
    dari pohon yang tumbuhnya sehat dan mampu memproduksi buah cukup banyak,
    pohon yang sudah berumur 12–15 tahun. Batang/cabang yang sudah berkayu,
    tetapi tidak terlalu tua/terlalu muda.
    Cara mencangkok (marcotern):
    a)Batang/cabang dikelupas kulitnya dengan pisau tajam secara melingkar
    sepanjang 3–4 cm. Posisi cangkokan sekitar 25 cm dari pangkal
    batang/cabang. Lendir/kambium yang melapisi kayu dihilangkan dengan cara
    disisrik kambiumnya, batang yang akan dicangkok tersebut dibiarkan selama
    beberapa jam sampai kayunya yang tampak itu kering benar.
    b)Ambillah tanah yang gembur dan sudah dicampuri dengan pupuk kandang
    dalam keadaan basah dan menggumpal. Kemudian tanah tersebut
    ditempelkan/dibalutkan pada bagian batang yang telah dikuliti berbentuk
    gundukan tanah. Gundukan tanah tersebut kemudian dibalut dengan sabut
    kelapa/plastik. Agar tanah dapat melekat erat pada batang yang sudah dikuliti,
    maka sabut kelapa/plastik pembalut itu diikat dengan tali secara kuat pada
    bagian bawa, bagian tengah dan bagian atas. Bila menggunakan pembalut dari
    palstik, maka bagian atas dan bagian bawah harus diberi lubang kecil untuk
    memasukkan air siraman (lubang bagian atas) dan sebagai saluran drainase
    (lubang bagian bawah).TTG BUDIDAYA PERTANIAN
    Bila pencangkokkan ini berhasil dengan baik, maka setelah 2 bulan akan tumbuh
    perakarannya. Jika perakaran cangkokkan itu sudah siap untuk dipotong dan
    dipindahkan keranjang atau ditanam langsung di lapangan.
    3)Perbanyakan Cara Peyambungan (Enten Dan Okulasi)
    Sistem penyambungan ini adalah menempatkan bagian tanaman yang dipilih
    pada bagian tanaman lain sebagai induknya sehingga membentuk satu tanaman
    bersama. Sistem penyambungan ini ada dua cara, yakni:
    a)Penyambungan Pucuk (entern, grafting)
    Penyambungan pucuk ini ada tiga macam yaitu :
    1.Enten celah (batang atas dan batang bawah sama besar)
    2.Enten pangkas atau kopulasi
    3.Enten sisi (segi tiga)
    b)Penyambungan mata (okulasi)
    Penyambungan mata ada tiga macam yaitu :
    1.Okulasi biasa (segi empat)
    2.Okulasi “T”
    3.Forkert
    Setelah 3-4 bulan sejak penyambungan dengan sistem enten atau okulasi itu
    dilakukan dan jika telah menunjukkan adanya pertumbuhan batang atas (pada
    penyambungan enten) dan mata tunas (pada penyambungan okulasi), tanaman
    sudah dapat ditanam di lapangan.
    4)Perbanyakan Cara Penyusuan (Inarching Atau Approach Grafting)
    Dalam sistem penyusuan ini, ukuran batang bawah dan batang atas harus sama
    besar (kurang lebih besar jari tangan orang dewasa). Cara melakukannya adalah
    sebagai berikut:
    a)Pilihlah calon bawah dan batang atas yang mempunyai ukuran sama.
    b)Lakukanlah penyayatan pada batang atas dan batang bawah dengan bentuk
    dan ukuran sampai terkena bagian dari kayu.
    c)Tempelkan batang bawah tersebut pada batang atas tepat pada bekas sayatan
    tadi dan ikatlah pada batang atas tepat pada bekas sayatan dan ikat dengan
    kuat tali rafia.
    Setelah beberapa waktu, kedua batang tersebut akan tumbuh bersama-sama
    seolah-olah batang bawah menyusu pada batang atas sebagai induknya. Dalam
    waktu 4–6 minggu, penyusuan ini sudah dapat dilihat hasilnya. Jika batang atas
    daun-daunnya tidak layu, maka penyusuan itu dapat dipastikan berhasil. Setelah 4
    bulan, batang bagian bawah dan bagian atas sudah tidak diperlukan lagi dan
    boleh dipotong serta dibiarkan tumbuh secara sempurna. Jika telah tumbuh
    sempurna, maka bibit dari hasil penyusuan tersebut sudah dapat ditanam di
    lapangan.TTG BUDIDAYA PERTANIAN
    5)Perbanyakan Cara Stek
    Tanaman pala dapat diperbanyak dengan stek tua dan muda yang dengan 0,5%
    larutan hormaon IBA. Penyetekan menggunakan hormon IBA 0,5%, biasanya
    pada umur 4 bulan setelah dilakukan penyetekan sudah keluar akar-akarnya.
    Kemudian tiga bulan berikutnya sudah tumbuh perakaran yang cukup banyak.
    Percobaan lain adalah dengan menggunakan IBA 0,6% dalam bentuk kapur.
    Penyetekan dengan menggunakan IBA 0,6%, biasanya setelah 8 minggu sudah
    terbentuk kalus di bagian bawah stek. Kemudian jika diperlukan untuk kedua
    kalinya dengan larutan IBA 0,5%, maka setelah 9 bulan kemudian sudah tampak
    perakaran.
    6.2.Pengolahan Media Tanam
    Kebun untuk tanaman pala perlu disiapkan sebaik-baiknya, di atas lahan masih
    terdapat semak belukar harus dihilangkan. Kemudian tanah diolah agar menjadi
    gembur sehingga aerasi (peredaran udara dalam tanah) berjalan dengan baik.
    Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau supaya proses
    penggemburan tanah itu dapat lebih efektif.
    Pengolahan tanah pada kondisi lahan yang miring harus dilakukan menurut arah
    melintang lereng. Pengolahan tanah dengan cara ini akan membentuk alur yang
    dapat mencegah aliran permukaan tanah/menghindari erosi.
    Pada tanah yang kemiringan 20% perlu dibuat teras-teras dengan ukuran lebar
    sekitar 2 m, dapat pula dibuat teras tersusun dengan penanaman sistem kountur,
    yaitu dapat membentuk teras guludan, teras kredit/teras bangku.
    6.3.Teknik Penanaman
    Penanaman bibit dilakukan pada awal musim hujan. Hal ini untuk mencegah agar
    bibit tanaman tidak mati karena kekeringan, bibit tanaman yang berasal dari biji dan
    sudah mempunyai 3–5 batang cabang biasanya sudah mampu beradaptasi dengan
    kondisi lingkungan sehingga pertumbuhannya dapat baik.
    Penanaman yang berasal dari biji dilakukan dengan cara sebagai berikut: polybag
    (kantong pelastik) di lepaskan terlebih dahulu, bibit dimasukkan kedalam lubang
    tanam dan permukaan tanah pada lubang tanam tersebut dibuat sedikit dibawah
    permukaan lahan kebun. Setelah bibit-bibit tersebut ditanam, kemudian lubang
    tanam tersebut disiram dengan air supaya media tumbuh dalam lubang menjadi
    basah.
    Bila bibit pala yang berasal dari cangkok, maka sebelum ditanam daun-daunnya
    harus dikurangi terlebih dahulu untuk mencegah penguapan yang cepat. Lubang
    tanam untuk bibit pala yang berasal dari cangkang perlu dibuat lebih dalam. Hal ini
    dimaksudkan agar setelah dewasa tanaman tersebut tidak roboh karena sistemTTG BUDIDAYA PERTANIAN
    akaran dari bibit cangkokan tidak memiliki akar tunggang. Setelah bibit di tanam,
    lubang tanam harus segera disiram supaya media tumbuhan menjadi basah.
    Penanaman bibit pala yang berasal dari enten dan okulasi dapat dilakukan seperti
    menanam bibit-bibit pala yang berasal dari biji. Lubang tanaman perlu dipersiapkan
    satu bulan sebelum bibit ditanam. Hal ini bertujuan agar tanah dalam lubangan
    menjadi dayung (tidak asam), terutama jika pembuatannya pada musim hujan,
    lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm untuk jenis tanah ringan dan
    ukuran 80x80x80 cm untuk jenis tanah liat.
    Dalam menggali lubang tanam, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan dengan
    lapisan tanah bagian bawah, sebab kedua lapisan tanah ini mengandung unsur yang
    berbeda. Setelah beberapa waktu, tanah galian bagian bawah di masukkan lebih
    dahulu, kemudian menyusul tanah galian bagian atas yang telah dicampur dengan
    pupuk kandang secukupnya.
    Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala adalah: pada lahan datar adalah 9×10
    m. Sedangkan pada lahan bergelombang adalah 9×9 m.
    6.4.Pemeliharaan Tanaman
    Untuk mencegah kerusakan atau bahkan kematian tanaman, maka perlu di
    usahakan tanaman pelindung yang pertumbuhannya cepat, misalnya tanaman jenis
    Clerisidae atau jauh sebelumnya bibit pala di tanam, lahan terlebih dahulu di tanami
    jenis tanaman buah-buahan/tanaman kelapa.
    1)Penyulaman harus dilakukan dilakukan jika bibit tanaman pala itu
    mati/pertumbuhannya kurang baik.
    2)Pada akhir musim hujan, setelah pemupukan sebaiknya segera dilakukan
    penyiraman agar pupuk dapat segera larut dan diserap akar. Pada waktu tanaman
    masih muda, pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk organik (pupuk kandang)
    dan pupuk anorganik ( pupuk kimia sama dengan pupuk buatan) yaitu berupa
    TSP, Urea dan KCl. Namun jika tanaman sudah dewasa/sudah tua, pemupukan
    yang dan lebih efektif adalah pupuk anorganik. Pemupukan dilakukan dua kali
    dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan.
    3)Sebelum pemupukan dilakukan, hendaknya dibuat parit sedalam 10 cm dan lebar
    20 cm secara melingkar di sekitar batang pokok tanaman selebar kanopi (tajuk
    pohon), kemudian pupuk TSP, Urea dan KCl ditabur dalam parit tersebut secara
    merata dan segera ditimbun tanah dengan rapat. Jika pemupukan di lakukan pada
    awal musim hujan, setelah dilakuakan pada akhir musim hujan, maka untuk
    membantu pelarutan pupuk dapat dilakukan penyiraman, tetapi jika kondisinya
    masih banyak turun hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.TTG BUDIDAYA PERTANIAN
    7.HAMA DAN PENYAKIT
    7.1.Hama
    1)Penggerek batang (Batocera sp)
    Tanaman pala yang terserang oleh hama ini dalam waktu tertentu dapat
    mengalami kematian. Gejala: terdapat lubang gerekan pada batang diameter 0,5–
    1 cm, di mana didapat serbuk kayu. Pengendalian: (1) menutup lubang gerekan
    dengan kayu/membuat lekukan pada lubang gerekan dan membunuh hamanya.
    (2) memasukkan/menginjeksikan (menginfuskan) racun serangga seperti Dimicron
    199 EC dan Tamaran 50 EC sistemik ke dalam batang pohon pala menggunakan
    alat bor, dosis yang dimasukkan sebanyak 15–20 cc dan lubang tersebut segera
    ditutup kembali.
    2)Anai-Anai / Rayap
    Hama anai-anai mulai menyerang dari akar tanaman, masuk ke pangkal batang
    dan akhirnya sampai ke dalam batang. Gejala: terjadinya bercak hitam pada
    permukaan batang, jika bercak hitam itu dikupas, maka sarang dan saluran yang
    dibuat oleh anai-anai (rayap) akan kelihatan. Pengendalian: menyemprotkan
    larutan insektisida pada tanah di sekitar batang tanaman yang diserang,
    insektisida disemprotkan pada bercak hitam supaya dapat merembes kedalam
    sarang dan saluran-saluran yang dibuat oleh anai-anai tersebut.
    3)Kumbang Aeroceum fariculatus
    Hama kumbang berukuran kecil dan sering menyerang biji pala. Imagonnya
    menggerek biji dan meletakkan telur di dalamnya. Di dalam biji tersebut, telur akan
    menetas dan menjadi larva yang dapat menggerek biji pala secara keseluruhan.
    Pengendalian: mengeringkan secepatnya biji pala setelah diambil dari buahnya.
    7.2.Penyakit
    1)Kanker batang
    Gejala: terjadinya pembengkakan batang, cabang atau ranting tanaman yang
    diserang. Pengendalian: membersihkan kebun dari semak belukar, memangkas
    bagian yang terserang dan dibakar.
    2)Belah putih
    Penyebab: cendawan coreneum sp. yang dapat menyebabkan buah terbelah dan
    gugur sebelum tua. Gejala: terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklat-
    coklatan pada bagian kuliat buah. Bercak-bercak tersebut membesar dan
    berwarna hitam. Pengendalian: (1) membuat saluran pembuangan air (drainase)TTG BUDIDAYA PERTANIAN
    yang baik; (2) pengasapan dengan belerang di bawah pohon dengan dosis 100
    gram/tanaman.
    3)Rumah Laba-Laba
    Menyerang cabang, ranting dan daun. Gejala: daun mengering dan kemudian
    diikuti mengeringnya ranting dan cabang. Pengendalian: memangkas cabang,
    ranting dan daun yang terserang, kemudian dibakar.
    4)Busuk buah kering
    Penyebab: jamur Stignina myristicae. Gejala: berupa bercak berwarna coklat,
    bentuk bulat dan cekung dengan ukuran bercak bervariasi, yakni dari yang
    berukuran sangat kecil sampai sekitar 3 cm; pada kulit buah tampak gugusan-
    gugusan jamur berwarna hijau kehitam-hitaman dan akhirnya bercak-bercak
    tersebut terjadi kering dan keras. Pengendalian: (1) kondisi kelembaban di sekitar
    pohon pala perlu dikurangi, misalnya dengan mengurang kerimbunan pohon-
    pohon lain di sekitar pala dengan memangkas sebagian cabang-cabangnya yang
    berdaun rimbun, kemudian tanah di sekitar pohon dibersihkan, tidak terdapat
    gulma atau tanaman-tanaman perdu lainnya; (2) buah pala dan daun yang
    terserang penyakit ini segera dipetik dan dipendam dalam tanah; (3) dapat
    dilakukan dengan penyemprotan fungisida secara yang rutin, yakni 2–4 minggu
    sekali, baik pada saat ada serangan maupun tidak ada serangan dari penyakit ini,
    fungsida yang dapat digunakan adalah yang mengandung bahan aktif mancozeb,
    karbendazim dan benomi.
    5)Busuk buah basah
    Penyebab: jamur Collectotrichum gloeosporiodes, yang menyerang atau
    menginfeksi buah yang luka. Gejala: buah pala tampak busuk warna coklat yang
    sifatnya lunak dan basah; gejala ini timbul pada sekitar tangkai buah yang melekat
    pada buah sehingga buah mudah gugur. Pengendalian: dengan busuk buah
    kering.
    6)Gugur buah muda
    Gejala: adanya buah muda yang gugur. Penyebab: penyakit ini belum diketahui
    dengan jelas. Pengendalian: dengan mengkombinasikan (memadukan) antara
    pemupukan dan pemberian fungisida.TTG BUDIDAYA PERTANIAN
    8.PANEN
    8.1.Ciri dan Umur Panen
    Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun
    telah berproduksi secara menguntungkan. Produksi pada akan terus meningkat dan
    pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon pala terus berproduksi
    sampai umur 60–70 tahun. Buah pala dapat dipetik (dipanen) setelah cukup masak
    (tua), yakni yaitu sekitar 6–7 bulan sejak mulai bunga dengan tanda-tanda buah pala
    yang sudah masak adalah jika sebagian dari buah tersebut tersebut murai merekah
    (membelah) melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli warna
    merah. Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3
    hari, maka pembelahan buah menjadi sempurna (buah berbelah dua) dan bijinya
    akan jatuh di tanah.
    Di Daerah Banda, dikenal 3 macam waktu panen tiap tahun, yaitu: (1) panen
    raya/besar (pertengahan musim hujan); panen lebih sedikit (awal musim hujan) dan
    panen kecil (akhir musim hujan). Panen buah pala pada permulaan musim hujan
    memberikan hasil paling baik (berkualitas tinggi) dan bunga pala (fuli) yang paling
    tebal.
    8.2.Cara Pemetikan
    Pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan galah bambu yang ujungnya
    diberi/dibentuk keranjang (jawa: sosok). Selain itu dapat pula dilakukan dengan
    memanjat dan memilih serta memetik buah-buah pala yang sudah masak benar.
    9.PASCAPANEN
    9.1.Pemisahan Bagian Buah
    Setelah buah-buah pala masak dikumpulkan, buah yang sudah masak dibelah dan
    antara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala tersebut
    ditaruh pada wadah yang kondisinya bersih dan kering. Biji-biji yang terkumpul perlu
    disortir dan dipilah-pilahkan menjadi 3 macam yaitu: (1) yang gemuk dan utuh; (2)
    yang kurus atau keriput; dan (3) yang cacat.
    9.2.Pengeringan Biji
    Biji pala yang diperoleh dari proses ke-I tersebut segera dijemur untuk menghindari
    serangan hama dan penyakit. Biji dijemur dengan panas matahari pada lantai
    jemur/tempat lainnya. Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas yang lebih
    tinggi akan mengakibatkan biji pala pecah. Biji pala yang telah kering ditandai
    dengan terlepas bagian kulit biji (cangkang), jika digolongkan akan kocak dan kadar
    airnya sebesar 8–10 %.TTG BUDIDAYA PERTANIAN
    Biji-biji pala yang sudah kering, kemudian dipukul dengan kayu supaya kulit buijinya
    pecah dan terpisah dengan isi biji. Isi biji yang telah keluar dari cangkangnya
    tersebut disortir berdasarkan ukuran besar kecilnya isi biji:
    a)Besar: dalam 1 kg terdapat 120 butir isi biji.
    b)Sedang: dalam 1 kg terdapat sekitar 150 butir isi biji.
    c)Kecil: dalam 1 kg terdapat sekitar 200 butir isi biji.
    Isi biji yang sudah kering, kemudian dilakukan pengapuran. Pengapuran biji pala
    yang banyak dilakukan adalah pengapuran secara basah, yaitu:
    a)Kapur yang sudah disaring sampai lembut dibuat larutan kapur dalam bak
    besar/bejana (seperti yang digunakan untuk mengapur atau melabur
    dinding/tembok).
    b)Isi biji pala ditaruh dalam keranjang kecil dan dicelupkan dalam larutan kapur
    sampai 2–3 kali dengan digoyang-goyangkan demikian rupa sehingga air kapur
    menyentuh semua isi biji.
    c)Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi tumpukan dalam gudang untuk diangin-
    anginkan sampai kering.
    Setelah proses pengapuran perlu diadakan pemeriksaaan terakhir untuk mencegah
    kemungkinan biji-biji pala tersebut cacat, misalnya pecah yang sebelumnya tidak
    diketahui.
    Pengawetan biji pala juga dapat dilakukan dengan teknologi baru, yakni dengan
    fumigasi dengan menggunakan zat metil bromida (CH3 B1) atau karbon bisulfida
    (CS2)
    9.3.Pengeringan Bunga Pala (Fuli)
    Fuli dijemur pada panas matahari secara perlahan-lahan selama beberapa jam,
    kemudian diangin-anginkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli itu kering.
    Warna fuli yang semula merah cerah, setelah dikeringkan menjadi merah tua dan
    akhirnya menjadi jingga. Dengan pengeringan seperti ini dapat menghasilkan fuli
    yang kenyal (tidak rapuh) dan berkualitas tinggi sehingga nilai ekonomisnya pun
    tinggi pula.
    9.4.Pemecahan Tempurung Biji
    Pemecahan tempurung biji pala dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
    a) Dengan tenaga manusia
    Cara memecah tempurung dari biji pala dilakukan dengan cara memukulnya
    dengan kayu sampai tempurung tersebut pecah. Cara memecah tempurung biji
    pala memerlukan keterampilan khusus, sebab kalau tidak isi biji akan banyak yang
    rusak (pecah) sehingga kulitasnya turun.
    b) Dengan mesin
    Cara ini banyak digunakan petani pala. Secara sederhana dapat diterangkan
    bahwa mekanisme kerja dan alat ini sama dengan yang dilakukan oleh manusia,TTG BUDIDAYA PERTANIAN
    yakni bagian tertentu dari mesin menghancurkan kulit buah pala sehingga yang
    tinggal adalah isi bijinya. Keuntungan dari penggunaan mesin adalah tenaga,
    waktu dan biaya operasionalnya dapat ditekan. Disamping itu kerusakan mekanis
    dari isi biji juga lebih kecil.
    10.ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
    10.1.Analisis Usaha Budidaya

    10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
    Produksi pala (biji dan fuli) setiap tahun terus meningkat. Produksi pala pada tahun
    1962 sebesar 3.200 ton meningkat menjadi 10.327 ton pada tahun 1971. Dalam
    jangka waktu 10 tahun tersebut, kenaikan produksi pada rata-rata 22% pertahun luas
    areal pala nasional pada tahun 1985 diperkirakan 70,192 hektar dengan jumlah
    produksi sekitar 18.649 ton pertahun kenaikan produksi itu terutama disebabkan
    untuk perluasan tanaman pala yang sekiatar 90% merupakan pertanaman rakyat.
    Peranan ekspor pala itu cukup besar bagi petani, terutama di daerah-daerah Maluku,
    Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Irian Jaya. Jawa Barat dan Aceh.
    Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan dipasaran dunia karena memiliki aroma
    yang khas dan memiliki rendaman minyak yang tinggi. Hanya sekitar 40% kebutuhan
    pala dunia dipenuhi dari Granada, India dan beberapa negara penghasil pala lainya
    sedangkan 60% kebutuhan pala dunia dipenuhi Indonesia, yakni berupa biji pala dan
    selaput biji (fuli) kering yang dapat menghasilkan devisa cukup besar.
    11.STANDAR PRODUKSI
    11.1.Ruang Lingkup
    Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan
    contoh dan cara pengemasan.
    11.2.Diskripsi
    …TTG BUDIDAYA PERTANIAN
    11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
    Untuk menentukan kualitas dari inti biji pala yang dihasilkan, kriteria yang harus
    diperhatikan adalah sebagai berikut:
    1)Pala kupas ABCD:
    1.bji relatif berat
    2.bentuknya sempurna dan tidak keriput
    3.tidak diserang hama/penyakit
    4.tidak pecah/rusak mekanis.
    2)Pala kupas RIMPEL:
    1.biji relatif berat
    2.berkeriput
    3.tidak pecah
    4.tidak diserang hama/penyekit
    3)Pala kupas B.W.P.
    1.berkeriput
    2.ada kerusakan mekanis
    3.diserang hama dan penyakit
    4.ringan
    Dari hasil penyortiran kualitas biji tersebut, kita akan mendapatkan berat rata-rata
    yang berbeda, yakni:
    a)Pala kupas ABCD dalam satu sak berat (90 kg).
    b)Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat (80 kg).
    c)Pala kupas B.W.P. dalam satu sak berat (75 kg).
    Kriteria untuk menentukan standar kualitas fuli didasarkan pada warna, bentuk serta
    kematangan dari fuli. Kriteria kualitas fuli adalah:
    a)Fuli I (moce one): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli utuh; warnanya bagus
    (merah).
    b)Fuli II (moce two): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli tidak utuh lagi;
    c)Gruis I dan II: fuli hancur; lapuk dan mudah pecah; warnanya hitam.
    Khusus untuk Gruise II digunakan mesin penghancur untuk lebih menghaluskan
    fuli.
    Kualitas biji pala ditentukan oleh:
    a)Jarak tanam: jarak tanam bukan saja mempengaruhi kuantitas, tetapi menentukan
    kualitas pala yang dihasilkan. Dengan jarak tanam yang rapat biasanya kita akan
    dapatkan buah-buah yang kecil.
    b)Pemeliharaan: pemeliharaan juga mempengaruhi kualitas pala yang dihasilkan.
    Akibat dari pemeliharaan yang tidak baik buah pala mudah diserang oleh hama
    atau penyakit (terbelah putih) sehingga kualitas buah kurang baik.
    c)Cara pemetikan dan prosesing: buah yang dipetik pada waktu masih muda, biji
    dan fuli yang kita dapatkan kualitasnya akan rendah. Demikian pula dengan
    prosesing yang kurang baik, misalnya penjemuran yang dilakukan secara tergesa-
    gesa, biji pala yang dihasilkan tentu akan banyak yang pecah.TTG BUDIDAYA PERTANIAN
    11.4.Pengambilan Contoh
    Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah dan
    bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian
    dibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali
    sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.
    a)Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang
    diambil 5.
    b)Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yang
    diambil 7.
    c)Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yang
    diambil 9.
    d)Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yang
    diambil 10.
    e)Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yang
    diambil 15.
    Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang
    berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan
    hukum.
    11.5.Pengemasan
    Tujuan pengemasan adalah mencegah kerusakan produk hingga ke tangan
    konsumen. Pengemasan yang umum adalah dengan karung plastik karena dapat
    mencegah kerusakan dalam waktu yang relatif lama.
    Pengepakan biji dan fuli pala dilakukan secara sederhana. Pala yang telah disortir
    dipak dengan menggunakan karung goni berlapis dua. Rata-rata dari setiap kualitas
    pala adalah sebagai berikut:
    a)Pala kupas ABCD dalam satu sak berat 90 kg.
    b)Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat 80 kg.
    c)Pala kupas B.W.P. dalam satu sak berat 75 kg.
    Khusus untuk pengepakan fuli biasanya dilakukan dalam peti kayu (triplek) dengan
    berat rata-rata 70-75 kg/peti. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan
    pengepakan adalah: fuli yang akan dipak harus difumigasi terlebih dahulu.
    Pemberian fumigant pada biji pala dan fuli harus dilakukan di suatu ruang yang
    tertutup rapat selama 2 x 24 jam. Fumigant yang biasa digunakan adalah Methyl
    Bromida.TTG BUDIDAYA PERTANIAN
    12.DAFTAR PUSTAKA
    1)Sunanto,Hatta. Budidaya Pala Komoditas Ekspor . Yogyakarta: kanisius.1993.
    Jakarta, Februari 2000

  33. met sore bu…
    ini tugas saya mengenai perbanyakan Mawar dengan cara dicangkok ya bu…
    Mencangkok adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm.
    – Tumbuhan dikotil yang dicangkok akan memiliki akar serabut,bukan akar tunggang.
    – Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan
    induknya. Akan tetapi, tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji.oleh sebab itu saya akan membahas tentang perbanyakan bunga mawar yang dilakukan secara vegetatif yaitu mencangkok bagian batangnya , namun sebelum membahas bagaimana cara mencangkok mawar , ada baiknya kita mengetahui selukbeluk tentang mawar itu sendiri, yaitu :
    a. Pendahuluan
    Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri.Mawar yang dikenal nama bunga ros atau “Ratu Bunga” merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia.Mawar berasal dari dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya, menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis).
    b. Jenis-jenis mawar
    Beberapa varietas mawar yang digemari adalah: – Hybrid tea; jenis bunga potong bertangkai panjang bunga tunggalnya diujung sehingga tampak megah dan cantik
    – Floribunda; jenis bunga potong dan tanaman taman yang bunganya cukup besar dengan warna bervariasi dan tangkai tegak panjang
    – Grandiflora; bunganya berukuran raksasa dengan diameter dapat mencapai 7.5-12.5cm
    – Climbing rose; diameter
    bunga berkisar antara 5- 15cm dan tumbuh merunduk karena beratnya cabang serta tersusun dalam tandan yang jarang. Kelompok mawar ini
    pertumbuhannya sangat lambat dibandingkan dengan kelompok lainnya dan rata-rata baru dapat berbunga setelah umurnya lebih dari dua
    tahun
    – Polyantha; jenis mawar
    ini warna bunganya sangat beraneka ragam, bunganya kecil dengan garis tengah sekitar 5 cm dan didekat pucuk cabangnya terdapat banyak ranting yang masing-masing memiliki sekuntum bunga.
    – Hybrid perpetual; jenis
    mawar yang dimater bunganya sangat lebar(15cm) dan juga 390 merupakan kelopak mawar yang sudah sulit ditemukan
    – Mawar tea; merupakan nenek moyang mawar, disebut juga mawar kuno, aromanya sangat wangi
    – Special purpose; mawar
    yang dibedakan atas 3 golongan yaitu mawar pohon, mawar perdu dan mawar mini.
    c. Syarat Tumbuh
    Iklim
    Bunga mawar dapat tumbuh sampai ketinggian 900mdpl.Dibawah ketinggian ini kuncup bunga menjadi lebih kecil. Kisaran tumbuh bunga mawar adalah 700-1200 mdpl. Suhu dan kelembaban udara Bunga mawar membutuhkan suhu berkisar 15-300C, dengankelembabanudara rata-rata 50-60%. Sinar matahari Tanaman mawarmembutuhkancahaya/penyinaran matahari penuh sepanjang hari, karena bila tempatnya terlindung akanmudah terserang cendawan dan
    pertumbuhannya kurang baik.TanahLingkungan tumbuh mawar yang
    cocok adalah tanah bertekstur dan drainase yang baik, gembur, cukup bahan organik dan tidak terlalu masam (pH6-7).
    d.Pedoman teknis budidaya
    Pembibitan
    Bibit bunga mawar dapat berasal dari perbanyakan vegetatif dan
    generatif (biji). Umumnya di Indonesia perbanyakan mawar dengan menggunakan okulasi, cangkok, sambung, maupun stek.Perbanyakan generatif jarang dilakukan karena disamping tanaman baru yang diperoleh sering tidak sama dengan induknya, juga karena pengerjaannya cukup sukar.
    Bahan bahannya :
    1 Pohon .
    2 Pisau tajam.
    3 Kantong plastik .
    4 Tanah gembur.
    5 Air.

    Cara mencangkok:
    1. Pilih cabang atau ranting yang tidak terlalu tua ataupun
    terlalu muda.
    2. Kuliti hingga bersih cabang atau ranting tersebut
    sepanjang 5-10 cm.
    3. Kerat kambiumnya hingga bersih, dan angin-anginkan.
    4. Tutup dengan tanah, kemudian dibungkus dengan
    plastik atau sabut kelapa. Ikat pada kedua ujungnya
    seperti membungkus permen. Bila menggunakan
    plastik, lubangi plastiknya terlebih dahulu.
    5. Jaga kelembaban tanah dengan cara menyiramnya
    setiap hari.
    6. Setelah banyak akar yang tumbuh, potong cabang atau
    ranting tersebut, dan tanamlah di dalam tanah.
    Pemeliharaan
    Pemeliharaan mawar meliputi penyiraman, penyiangan, pemangkasan dan pemupukan,serta pengendalian hama dan penyakit.Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yang disesuaikan dengan kondisi curah hujan atau air.

    • Malam bu…
      Ini tugas saya mengenai perbanyakan Mawar dengan cara dicangkok ya bu…
      Mencangkok adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm.
      – Tumbuhan dikotil yang dicangkok akan memiliki akar serabut,bukan akar tunggang.
      – Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan
      induknya. Akan tetapi, tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji.oleh sebab itu saya akan membahas tentang perbanyakan bunga mawar yang dilakukan secara vegetatif yaitu mencangkok bagian batangnya , namun sebelum membahas bagaimana cara mencangkok mawar , ada baiknya kita mengetahui selukbeluk tentang mawar itu sendiri, yaitu :
      a. Pendahuluan
      Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri.Mawar yang dikenal nama bunga ros atau “Ratu Bunga” merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia.Mawar berasal dari dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya, menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis).
      b. Jenis-jenis mawar
      Beberapa varietas mawar yang digemari adalah: – Hybrid tea; jenis bunga potong bertangkai panjang bunga tunggalnya diujung sehingga tampak megah dan cantik
      – Floribunda; jenis bunga potong dan tanaman taman yang bunganya cukup besar dengan warna bervariasi dan tangkai tegak panjang
      – Grandiflora; bunganya berukuran raksasa dengan diameter dapat mencapai 7.5-12.5cm
      – Climbing rose; diameter
      bunga berkisar antara 5- 15cm dan tumbuh merunduk karena beratnya cabang serta tersusun dalam tandan yang jarang. Kelompok mawar ini
      pertumbuhannya sangat lambat dibandingkan dengan kelompok lainnya dan rata-rata baru dapat berbunga setelah umurnya lebih dari dua
      tahun
      – Polyantha; jenis mawar
      ini warna bunganya sangat beraneka ragam, bunganya kecil dengan garis tengah sekitar 5 cm dan didekat pucuk cabangnya terdapat banyak ranting yang masing-masing memiliki sekuntum bunga.
      – Hybrid perpetual; jenis
      mawar yang dimater bunganya sangat lebar(15cm) dan juga 390 merupakan kelopak mawar yang sudah sulit ditemukan
      – Mawar tea; merupakan nenek moyang mawar, disebut juga mawar kuno, aromanya sangat wangi
      – Special purpose; mawar
      yang dibedakan atas 3 golongan yaitu mawar pohon, mawar perdu dan mawar mini.
      c. Syarat Tumbuh
      Iklim
      Bunga mawar dapat tumbuh sampai ketinggian 900mdpl.Dibawah ketinggian ini kuncup bunga menjadi lebih kecil. Kisaran tumbuh bunga mawar adalah 700-1200 mdpl. Suhu dan kelembaban udara Bunga mawar membutuhkan suhu berkisar 15-300C, dengankelembabanudara rata-rata 50-60%. Sinar matahari Tanaman mawarmembutuhkancahaya/penyinaran matahari penuh sepanjang hari, karena bila tempatnya terlindung akanmudah terserang cendawan dan
      pertumbuhannya kurang baik.TanahLingkungan tumbuh mawar yang
      cocok adalah tanah bertekstur dan drainase yang baik, gembur, cukup bahan organik dan tidak terlalu masam (pH6-7).
      d.Pedoman teknis budidaya
      Pembibitan
      Bibit bunga mawar dapat berasal dari perbanyakan vegetatif dan
      generatif (biji). Umumnya di Indonesia perbanyakan mawar dengan menggunakan okulasi, cangkok, sambung, maupun stek.Perbanyakan generatif jarang dilakukan karena disamping tanaman baru yang diperoleh sering tidak sama dengan induknya, juga karena pengerjaannya cukup sukar.
      Bahan bahannya :
      1 Pohon .
      2 Pisau tajam.
      3 Kantong plastik .
      4 Tanah gembur.
      5 Air.

      Cara mencangkok:
      1. Pilih cabang atau ranting yang tidak terlalu tua ataupun
      terlalu muda.
      2. Kuliti hingga bersih cabang atau ranting tersebut
      sepanjang 5-10 cm.
      3. Kerat kambiumnya hingga bersih, dan angin-anginkan.
      4. Tutup dengan tanah, kemudian dibungkus dengan
      plastik atau sabut kelapa. Ikat pada kedua ujungnya
      seperti membungkus permen. Bila menggunakan
      plastik, lubangi plastiknya terlebih dahulu.
      5. Jaga kelembaban tanah dengan cara menyiramnya
      setiap hari.
      6. Setelah banyak akar yang tumbuh, potong cabang atau
      ranting tersebut, dan tanamlah di dalam tanah.
      Pemeliharaan
      Pemeliharaan mawar meliputi penyiraman, penyiangan, pemangkasan dan pemupukan,serta pengendalian hama dan penyakit.Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yang disesuaikan dengan kondisi curah hujan atau air.

  34. JAYANTRI MARSELIA

    Selamat Siang Buk Made
    Saya Jayantri,
    Ini Adalah jawaban atas tugas yang ibu berikan

    Bardasarkan Penemuan Melalui Google:

    MELINJO
    Family GNETACEAE
    A. PENDAHULUAN
    Deskripsi
    Melinjo berperawakan pohon yang ramping, berkelamin dua dan selalu hijau, dengan batang yang lurus sekali, tingginya 5-10 m; kulit batangnya berwarna kelabu, ditandai oleh gelang-gelang menonjol secara nyata; cabang-cabangnya berbagai ukuran dan letaknya melingkari batang, terus sampai di pangkal bacang. Cabang itu menebal di pangkalnya. Daun-daunnya berhadapan, berbencuk jorong, berukuran (7,5-20) cm x (2,5-10) cm; tulang daun sekunder melengkung dan bersatu di ujungnya. Perbungaannya menyendiri dan keluar dari ketiak daun, juga dari batang yang celah tua, panjangnya 3-6 cm, dengan bunga-bunganya tersusun dalam bentuk lingkaran di buku-bukunya.
    Bunga betina sebanyak 5-8 kuntum pada setiap buku perbungaan, bentuknya bundar dan melancip ke ujungnya. Buahnya mirip buah geluk, berbentuk jorong, panjangnya 1-3>5 cm, berembang (apiculate) pendek, berbulu halus, mula-mula berwarna kuning, kemudian berubah menjadi merah sampai lembayung jika macang. Bijinya satu butir per buah, berukuran besar dan berkulit tanduk.
    B. Manfaat
    Daun muda, perbungaan, buah muda, dan buah tua melinjo dimasak sebagai sayur (terutama sayur asem). Bijinya merupakan bagian yang terpenting; buahnya tidak lain dari biji yang terbungkus oleh kulit dalam yang kaku (kulit biji) dan kulit luar yang tipis dan dapat dimakan. Biji melinjo dapat dimakan mentah, tetapi umumnya direbus atau dijadikan emping dan digoreng.
    Emping ini merupakan industri rumah tangga yang penting di Jawa. Setelah kulit biji dibuang, biji disangrai secara hati-hati, kulit bijinya dipecahkan dan bijinya selagi panas ditumbuk, dijadikan emping. Emping basah kemudian dikeringkan, dipilahpilah dan dikemas untuk dijual di pasar. Emping goreng (sebagai makanan kecil) diolah dengan cara menggorengnya dalam minyak yang mendidih. Suatu macam serat yang berkualitas tinggi dihasilkan dari kulit batang bagian dalam; kulit ini dimanfaatkan sebagai tali panah yang terkenal di pulau Sumba, juga untuk tali pancing atau jaring, berkat ketahanannya terhadap air laut. Kayu melinjo tak ada manfaatnya yang khusus, mungkin alasannya ialah karena kambium sekundernya membentuk struktur batang yang tidak normal.

    C. Syarat Tumbuh
    Pohon melinjo tumbuh liar di hutan-hutan hujan, pada ketinggian sampai 1200 m dpl.; umum dijumpai di pinggiran sungai di Niugini. Lahan yang mengalami musim kering yang nyata tampaknya disenangi untuk pembudidayaan melinjo, barangkali karena panennya dapat sekaligus pada lingkungan yang demikian itu. Rupa-rupanya tidak ada persyaratan khusus mengenai kualitas tanah dan kedalamannya, tetapi diperlukan retensi kelembapan yang memadai, demikian juga air rembesan atau irigasi, untuk menjembatani musim kemarau. Pohon melinjo dianjurkan untuk program penghijauan wilayah.
    D. Pedoman Budidaya
    Pohon melinjo diperbanyak dengan benih atau cangkokan, juga dapat dilakukan perbanyakan dengan setek atau sambungan.. Penggunaan cangkokan memiliki keuntungan, bahwa kita dapat memilih pohon induk terbaik, juga tanaman mudanya dapat berbuah dalam 2-3 tahun setelah penanaman, dan hanya pohon betina (yang mampu menghasilkan biji) yang akan diperoleh.
    Keberhasilan pencangkokan bergantung kepada letak tempat pengirisan (cincturing): bagian atas dari cincin kulit luar yang akan dibuang harus berada di ujung buku yang membengkak. Tumbuhnya perakaran berlangsung 2 bulan atau lebih. Cangkokan itu harus dipelihara selama beberapa waktu setelah dipisahkan dari pohon induknya sebelum ditanam di lapangan. Cangkokan hendaknya dipangkas untuk menjadikan seimbang antara bagian atas dan perakarannya, dan ditumbuhkan dalam pot, serta disimpan di bawah naungan. Melinjo biasa dipelihara sebagai pohon pekarangan atau ditanam di batas-batas lahan, juga dijadikan kebun buah-campuran (seperci halnya dijumpai di sekitar Jakarta), dan bahkan sebagai tanaman monokultur (seperti dijumpai di dekat Batang, Jawa Tengah). Pohon melinjo ditanam dengan jarak 5 m, dan setelah tumbuh dengan baik praktis tidak memerlukan pemeliharaan, selain penyiangan sewaktu-waktu.
    E. Pemeliharaan
    Pohon melinjo dapat segera pulih dari pemangkasan yang dilakukan untuk membatasi tinggi pohon, dengan maksud untuk merangsang terjadinya pucuk secara serempak, yang akan dimanfaatkan sebagai sayuran, atau untuk memperbaiki bentuk pohon setelah berulang-ulang dipanen pucuknya.
    F. Hama dan Penyakit
    Tak ada laporan mengenai hama dan penyakit, kecuali adanya penggerek dan semacam serangga pengisap yang dijumpai di kabupaten Batang, yang kadang-kadang menghancurkan panen. Pohon melinjo mungkin perlu dijaga dari serangan tikus dan bajing.
    G. Panen dan Pasca Panen
    Di Sumatra Barat tidak jelas adanya musim panen, dan pohon melinjo yang besar-besar dilaporkan menghasilkan 20.000-25.000 butir buah per tahun. Di Filipina, buah melinjo masak lebih awal, yaitu pada musim hujan (JuniJuli).

  35. Rajjitha Handayani

    Perbanyakan Mangrove dengan Sistem Cangkok dalam
    Upaya Regenerasi Mangrove
    Oleh:
    Sumedi (Peneliti KeSEMaT)

    Hutan mangrove memegang peranan sangat penting dalam suatu ekosistem pantai.
    Fungsinya antara lain sebagai penahan abrasi/erosi pantai, pencegah intrusi, tempat
    berkembang biak ikan dan udang, bahkan hutan mangrove memiliki peluang untuk
    dijadikan sebagai alternatif perlindungan pantai dari bahaya tsunami.
    Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi,
    dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis
    palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya terdapat
    kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak di dalam
    hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan seperti
    Rhizophora, Avecinia, Bruguiera, Excoecaria, Aegiceras dan Lumnitzera.
    Jenis mangrove tertentu seperti Rhizophora dan Avecinia memiliki daur hidup yang
    khusus. Benih yang ada pada tumbuhan induk akan berkecambah dan mulai tumbuh di
    dalam semaian tanpa istirahat. Selama waktu ini, semaian memanjang dan distribusi
    beratnya berubah, sehingga akan menjadi lebih berat pada bagian terlarut dan akhirnya
    lepas. Selanjutnya semaian ini jatuh dari pohon induk dan selanjutnya mengapung
    diperairan atau menancap pada sedimen. Secara bertahap akan tumbuh menjadi pohon.
    Selain proses penanaman alami tadi, juga untuk jenis-jenis mangrove tsb dapat dilakukan
    melalui persemaian bibit. Yaitu dengan cara disemaikan langsung ke kantong-kantong
    plastik atau ke dalam botol air mineral bekas yang sudah berisi media tanah. Sebelumnya
    bagian bawah plastik atau botol air mineral bekas diberi lubang sebagai tempat keluarnya
    air yang berlebih.
    Namun untuk jenis mangrove yang mempunyai buah sedikit dan kecil-kecil seperti
    Excoecaria agallocha, Aegiceras corniculatum, Bruguiera cylindrica dan Lumnitzera
    racemosa sangat sulit dilakukan penanaman melalui persemaian bibit maupun secara
    alami. Untuk mengatasi hal tersebut, perbanyakan dapat dilakukan secara Vegetatif yaitu
    sistem cangkok. Penulis telah berhasil melakukan pencangkokan mangrove dari jenis
    Excoecaria agallocha, Aegiceras corniculatum, Bruguiera cylindrica dan Lumnitzera
    racemosa.
    Cara mencangkok tumbuhan mangrove hampir sama dengan mencangkok tumbuhan
    darat seperti tumbuhan mangga atau rambutan. Tahap-tahap mencangkok tumbuhan
    mangrove adalah sebagai berikut:

    a. Memilih ranting
    Ranting yang akan dicangkok berdiameter kurang lebih 0,5 cm, usia sedang dengan tanda
    warna kulit kayu keabu-abuan, tidak hijau dan tidak coklat.
    b. Mengupas kulit kayu
    Letakan sayatan atas tepat di atas ruas ranting. Sayatan bawah dibuat dengan jarak 3 – 5
    cm dari sayatan atas. Untuk menyayat gunakan pisau yang tajam, yang terbaik gunakan
    pisau okulasi.
    c. Mengerok kambium
    Setelah dibuat sayatan akan tampak jaringan kayu dengan lapisan kambium di bagian
    luarnya. Untuk menghilangkan lapisan kambium lakukan pengerokan dengan
    menggunakan kertas. Setelah dikerok biarkan ranting selama 3 hari (untuk jenis
    Bruguiera cylindrica dan Lumnitzera racemosa). Ssedangkan untuk jenis Excoecaria
    agallocha dan Aegiceras corniculatum selama 4 hari karena mangrove jenis ini
    mempunyai getah.
    d. Membungkus cangkokan
    Sebelum dibungkus bekas sayatan diberi hormon perangsang pertumbuhan akar (ZPT).
    Media pembungkus cangkokan pada tumbuhan mangrove berbeda dengan media yang
    digunakan pada pencangkokan darat. Bila pada tumbuhan darat medianya menggunakan
    tanah lembab yang dicampur pupuk kandang, sedangkan pada pencangkokan mangrove
    digunakan media dari tanah (sedimen) yang sesuai dengan sedimen tempat hidup
    induknya dengan ditambah rumput laut agar sedimen lebih subur. Media ditutup dengan
    menggunakan plastik agar tetap basah. Untuk mengurangi penguapan, dapat dilakukan
    dengan mengurangi daun-daun di ranting.
    Akar cangkok mangrove dimulai pada bulan ke tiga. Selama proses perkecambahan akar
    muncul dengan warna putih. Warna berubah jadi coklat keabuan setelah cangkokan
    berumur empat bulan dan berubah lagi menjadi coklat setelah cangkokan berumur lima
    bulan. Secara umum bentuk akar cangkokan mangrove sama dengan bentuk akar
    cangkokan tumbuhan lain, yaitu tidak mempunyai bentuk akar yang sama dengan
    tumbuhan induknya. Akar cangkokan tidak mempunyai akar utama (primer), dia hanya
    mempunyai akar sekunder. Bentuk umum dari akar cangkokan mangrove adalah kerucut
    memanjang. Dengan bentuk ini memudahkan akar cangkokan untuk menyerap air dan
    mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan.
    Tingkat keberhasilan suatu cangkokan dapat kita ketahui dari tumbuhnya akar. Pada
    penelitian ini digunakan dengan metode perhitungan kecepatan pertumbuhan panjang
    akar. Dengan metode tersebut didapatkan nilai kecepatan pertumbuhan untuk jenis
    Excoecaria agallocha sebesar 9,369 x 10-7 m/s, Lumnitzera racemosa sebesar 7,628 x 10-
    7 m/s, Aegiceras corniculatum sebesar 5,534 x 10-7 m/s dan untuk Bruguiera cylindrica

    sebesar 4,145 x 10-7 m/s. Nilai kecepatan pertumbuhan akar pada cangkokan mangrove
    berbeda-beda dari jenis yang satu dengan jenis yang lain, hal ini dipengaruhi oleh faktorfaktor
    genotip dan bentuk akar.
    Dari nilai kecepatan pertumbuhan akar tersebut dapat kita ketahui tingkat kesuburan dan
    keberhasilan cangkokan. Jenis Excoecaria agallocha merupakan jenis mangrove yang
    tingkat keberhasilannya paling tinggi dan merupakan jenis mangrove yang paling mudah
    untuk dicangkok. Lumnitzera racemosa menduduki tingkat kedua, Aegiceras
    corniculatum menduduki tingkat ketiga sedangkan untuk tingkat keempat diduduki oleh
    jenis Bruguiera cylindrica.
    Excoecaria agallocha merupakan jenis mangrove yang paling mudah untuk diperbanyak
    dengan cara vegetatif buatan dengan sistem cangkok. Hal ini dikarenakan lokasi tumbuh
    jenis ini berada di darat, oleh karena itu karakteristiknya hampir sama dengan tumbuhan
    dikotil darat biasa.
    Bentuk akar cangkokan dari Excoecaria agallocha adalah kerucut memanjang dengan
    banyak cabang dan mempunyai rambut akar. Dengan bentuk tersebut memudahkan akar
    untuk menyerap air dan mineral bagi pertumbuhannya.
    Pada penelitian Lumnitzera racemosa diambil di lokasi yang berada di daratan bila
    perairan mengalami surut terendah dan berada di air bila perairan mengalami pasang
    tertinggi. Dengan demikian sifat perakaran yang dimiliki mangrove jenis ini tidak jauh
    beda dengan sifat yang dimiliki oleh Excoecaria agallocha. Hal ini menyebabkan
    kecepatan pertumbuhan akar pada pencangkokan nilainya tidak jauh beda dengan
    Excoecaria agallocha.
    Bentuk akar cangkokan dari Lumnitzera racemosa hampir sama dengan bentuk akar
    Excoecaria agallocha, yaitu kerucut memanjang dengan cabang dan serabut yang lebih
    sedikit daripada Excoecaria agallocha. Ukuran diameternya lebih besar daripada
    Excoecaria agallocha.
    Aegiceras corniculatum mempunyai bentuk akar kerucut memanjang, ukuran
    diameternya lebih besar daripada Lumnitzera racemosa. Nutrisi yang berada di media
    cangkok banyak digunakan untuk pertumbuhan pelebaran akar daripada perpanjangan
    akar. Hal ini membuat perpanjangan akarnya lebih lambat.
    Bruguiera cylindrica merupakan jenis mangrove yang paling sulit untuk dilakukan
    perbanyakan dengan cara vegetatif buatan dengan sistem cangkok. Sifat dari akar yang
    terdapat pada Bruguiera cylindrica merupakan kebalikan dari yang dimiliki oleh
    Excoecaria agallocha. Batang utama Bruguiera cylindrica mempunyai akar yang paling
    pendek dibandingkan dengan jenis mangrove yang lain. Selain itu ukurannya paling
    besar. Nutrisi yang ada pada media cangkok lebih banyak digunakan untuk pelebaran
    daripada perpanjangan.
    Perbanyakan tumbuhan mangrove dengan sistem cangkok mempunyai kelebihan
    dibanding perbanyakan dengan sistem alami atau melalui persemaian bibit. Kelebihankelebihan
    tersebut adalah:
    1. tanaman memiliki sifat seperti induknya
    2. bebas menentukan spesies yang kita kehendaki
    3. waktu yang diperlukan untuk perbanyakan relatif singkat
    4. jumlah perbanyakan bibit dapat lebih banyak
    5. murah dan mudah dilakukan
    6. bebas dari ancaman kepiting dan gastropoda
    7. tumbuhan mangrove yang mempunyai buah sedikit dan kecil-kecil yang
    sulit diperbanyak dengan sistem perbanyakan alami atau persemaian bibit
    akan mudah dilakukan dengan sistem cangkok
    8. dapat dilakukan kapan saja
    Dengan berhasilnya penelitian pencangkokan terhadap tumbuhan mangrove dari jenis
    Bruguira cylindrica, Lumnitzera racemosa, Excoecaria agallocha dan Aegiceras
    corniculatum maka rehabilitasi kawasan mangrove di wilayah pesisir akan lebih dapat
    terlaksana, sehingga garis pantai akan berkurang dari ancaman abrasi yang disebabkan
    oleh arus dan gelombang.

  36. Rajjitha Handayani

    Perbanyakan Mangrove dengan Sistem Cangkok dalam
    Upaya Regenerasi Mangrove
    Oleh:
    Sumedi

    Hutan mangrove memegang peranan sangat penting dalam suatu ekosistem pantai.
    Fungsinya antara lain sebagai penahan abrasi/erosi pantai, pencegah intrusi, tempat
    berkembang biak ikan dan udang, bahkan hutan mangrove memiliki peluang untuk
    dijadikan sebagai alternatif perlindungan pantai dari bahaya tsunami.
    Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi,
    dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis
    palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya terdapat
    kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak di dalam
    hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan seperti
    Rhizophora, Avecinia, Bruguiera, Excoecaria, Aegiceras dan Lumnitzera.
    Jenis mangrove tertentu seperti Rhizophora dan Avecinia memiliki daur hidup yang
    khusus. Benih yang ada pada tumbuhan induk akan berkecambah dan mulai tumbuh di
    dalam semaian tanpa istirahat. Selama waktu ini, semaian memanjang dan distribusi
    beratnya berubah, sehingga akan menjadi lebih berat pada bagian terlarut dan akhirnya
    lepas. Selanjutnya semaian ini jatuh dari pohon induk dan selanjutnya mengapung
    diperairan atau menancap pada sedimen. Secara bertahap akan tumbuh menjadi pohon.
    Selain proses penanaman alami tadi, juga untuk jenis-jenis mangrove tsb dapat dilakukan
    melalui persemaian bibit. Yaitu dengan cara disemaikan langsung ke kantong-kantong
    plastik atau ke dalam botol air mineral bekas yang sudah berisi media tanah. Sebelumnya
    bagian bawah plastik atau botol air mineral bekas diberi lubang sebagai tempat keluarnya
    air yang berlebih.
    Namun untuk jenis mangrove yang mempunyai buah sedikit dan kecil-kecil seperti
    Excoecaria agallocha, Aegiceras corniculatum, Bruguiera cylindrica dan Lumnitzera
    racemosa sangat sulit dilakukan penanaman melalui persemaian bibit maupun secara
    alami. Untuk mengatasi hal tersebut, perbanyakan dapat dilakukan secara Vegetatif yaitu
    sistem cangkok. Penulis telah berhasil melakukan pencangkokan mangrove dari jenis
    Excoecaria agallocha, Aegiceras corniculatum, Bruguiera cylindrica dan Lumnitzera
    racemosa.
    Cara mencangkok tumbuhan mangrove hampir sama dengan mencangkok tumbuhan
    darat seperti tumbuhan mangga atau rambutan. Tahap-tahap mencangkok tumbuhan
    mangrove adalah sebagai berikut:

    a. Memilih ranting
    Ranting yang akan dicangkok berdiameter kurang lebih 0,5 cm, usia sedang dengan tanda
    warna kulit kayu keabu-abuan, tidak hijau dan tidak coklat.
    b. Mengupas kulit kayu
    Letakan sayatan atas tepat di atas ruas ranting. Sayatan bawah dibuat dengan jarak 3 – 5
    cm dari sayatan atas. Untuk menyayat gunakan pisau yang tajam, yang terbaik gunakan
    pisau okulasi.
    c. Mengerok kambium
    Setelah dibuat sayatan akan tampak jaringan kayu dengan lapisan kambium di bagian
    luarnya. Untuk menghilangkan lapisan kambium lakukan pengerokan dengan
    menggunakan kertas. Setelah dikerok biarkan ranting selama 3 hari (untuk jenis
    Bruguiera cylindrica dan Lumnitzera racemosa). Ssedangkan untuk jenis Excoecaria
    agallocha dan Aegiceras corniculatum selama 4 hari karena mangrove jenis ini
    mempunyai getah.
    d. Membungkus cangkokan
    Sebelum dibungkus bekas sayatan diberi hormon perangsang pertumbuhan akar (ZPT).
    Media pembungkus cangkokan pada tumbuhan mangrove berbeda dengan media yang
    digunakan pada pencangkokan darat. Bila pada tumbuhan darat medianya menggunakan
    tanah lembab yang dicampur pupuk kandang, sedangkan pada pencangkokan mangrove
    digunakan media dari tanah (sedimen) yang sesuai dengan sedimen tempat hidup
    induknya dengan ditambah rumput laut agar sedimen lebih subur. Media ditutup dengan
    menggunakan plastik agar tetap basah. Untuk mengurangi penguapan, dapat dilakukan
    dengan mengurangi daun-daun di ranting.
    Akar cangkok mangrove dimulai pada bulan ke tiga. Selama proses perkecambahan akar
    muncul dengan warna putih. Warna berubah jadi coklat keabuan setelah cangkokan
    berumur empat bulan dan berubah lagi menjadi coklat setelah cangkokan berumur lima
    bulan. Secara umum bentuk akar cangkokan mangrove sama dengan bentuk akar
    cangkokan tumbuhan lain, yaitu tidak mempunyai bentuk akar yang sama dengan
    tumbuhan induknya. Akar cangkokan tidak mempunyai akar utama (primer), dia hanya
    mempunyai akar sekunder. Bentuk umum dari akar cangkokan mangrove adalah kerucut
    memanjang. Dengan bentuk ini memudahkan akar cangkokan untuk menyerap air dan
    mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan.
    Tingkat keberhasilan suatu cangkokan dapat kita ketahui dari tumbuhnya akar. Pada
    penelitian ini digunakan dengan metode perhitungan kecepatan pertumbuhan panjang
    akar. Dengan metode tersebut didapatkan nilai kecepatan pertumbuhan untuk jenis
    Excoecaria agallocha sebesar 9,369 x 10-7 m/s, Lumnitzera racemosa sebesar 7,628 x 10-
    7 m/s, Aegiceras corniculatum sebesar 5,534 x 10-7 m/s dan untuk Bruguiera cylindrica

    sebesar 4,145 x 10-7 m/s. Nilai kecepatan pertumbuhan akar pada cangkokan mangrove
    berbeda-beda dari jenis yang satu dengan jenis yang lain, hal ini dipengaruhi oleh faktorfaktor
    genotip dan bentuk akar.
    Dari nilai kecepatan pertumbuhan akar tersebut dapat kita ketahui tingkat kesuburan dan
    keberhasilan cangkokan. Jenis Excoecaria agallocha merupakan jenis mangrove yang
    tingkat keberhasilannya paling tinggi dan merupakan jenis mangrove yang paling mudah
    untuk dicangkok. Lumnitzera racemosa menduduki tingkat kedua, Aegiceras
    corniculatum menduduki tingkat ketiga sedangkan untuk tingkat keempat diduduki oleh
    jenis Bruguiera cylindrica.
    Excoecaria agallocha merupakan jenis mangrove yang paling mudah untuk diperbanyak
    dengan cara vegetatif buatan dengan sistem cangkok. Hal ini dikarenakan lokasi tumbuh
    jenis ini berada di darat, oleh karena itu karakteristiknya hampir sama dengan tumbuhan
    dikotil darat biasa.
    Bentuk akar cangkokan dari Excoecaria agallocha adalah kerucut memanjang dengan
    banyak cabang dan mempunyai rambut akar. Dengan bentuk tersebut memudahkan akar
    untuk menyerap air dan mineral bagi pertumbuhannya.
    Pada penelitian Lumnitzera racemosa diambil di lokasi yang berada di daratan bila
    perairan mengalami surut terendah dan berada di air bila perairan mengalami pasang
    tertinggi. Dengan demikian sifat perakaran yang dimiliki mangrove jenis ini tidak jauh
    beda dengan sifat yang dimiliki oleh Excoecaria agallocha. Hal ini menyebabkan
    kecepatan pertumbuhan akar pada pencangkokan nilainya tidak jauh beda dengan
    Excoecaria agallocha.
    Bentuk akar cangkokan dari Lumnitzera racemosa hampir sama dengan bentuk akar
    Excoecaria agallocha, yaitu kerucut memanjang dengan cabang dan serabut yang lebih
    sedikit daripada Excoecaria agallocha. Ukuran diameternya lebih besar daripada
    Excoecaria agallocha.
    Aegiceras corniculatum mempunyai bentuk akar kerucut memanjang, ukuran
    diameternya lebih besar daripada Lumnitzera racemosa. Nutrisi yang berada di media
    cangkok banyak digunakan untuk pertumbuhan pelebaran akar daripada perpanjangan
    akar. Hal ini membuat perpanjangan akarnya lebih lambat.
    Bruguiera cylindrica merupakan jenis mangrove yang paling sulit untuk dilakukan
    perbanyakan dengan cara vegetatif buatan dengan sistem cangkok. Sifat dari akar yang
    terdapat pada Bruguiera cylindrica merupakan kebalikan dari yang dimiliki oleh
    Excoecaria agallocha. Batang utama Bruguiera cylindrica mempunyai akar yang paling
    pendek dibandingkan dengan jenis mangrove yang lain. Selain itu ukurannya paling
    besar. Nutrisi yang ada pada media cangkok lebih banyak digunakan untuk pelebaran
    daripada perpanjangan.
    Perbanyakan tumbuhan mangrove dengan sistem cangkok mempunyai kelebihan
    dibanding perbanyakan dengan sistem alami atau melalui persemaian bibit. Kelebihankelebihan
    tersebut adalah:
    1. tanaman memiliki sifat seperti induknya
    2. bebas menentukan spesies yang kita kehendaki
    3. waktu yang diperlukan untuk perbanyakan relatif singkat
    4. jumlah perbanyakan bibit dapat lebih banyak
    5. murah dan mudah dilakukan
    6. bebas dari ancaman kepiting dan gastropoda
    7. tumbuhan mangrove yang mempunyai buah sedikit dan kecil-kecil yang
    sulit diperbanyak dengan sistem perbanyakan alami atau persemaian bibit
    akan mudah dilakukan dengan sistem cangkok
    8. dapat dilakukan kapan saja
    Dengan berhasilnya penelitian pencangkokan terhadap tumbuhan mangrove dari jenis
    Bruguira cylindrica, Lumnitzera racemosa, Excoecaria agallocha dan Aegiceras
    corniculatum maka rehabilitasi kawasan mangrove di wilayah pesisir akan lebih dapat
    terlaksana, sehingga garis pantai akan berkurang dari ancaman abrasi yang disebabkan
    oleh arus dan gelombang.

  37. Rajjitha Handayani

    selamat siang ibu..
    ini tugas pembiakan vegetatif saya mengenai mencangkok

    Perbanyakan Mangrove dengan Sistem Cangkok dalam
    Upaya Regenerasi Mangrove
    Oleh:
    Sumedi (Peneliti KeSEMaT)

    Hutan mangrove memegang peranan sangat penting dalam suatu ekosistem pantai.
    Fungsinya antara lain sebagai penahan abrasi/erosi pantai, pencegah intrusi, tempat
    berkembang biak ikan dan udang, bahkan hutan mangrove memiliki peluang untuk
    dijadikan sebagai alternatif perlindungan pantai dari bahaya tsunami.
    Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi,
    dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis
    palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya terdapat
    kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak di dalam
    hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan seperti
    Rhizophora, Avecinia, Bruguiera, Excoecaria, Aegiceras dan Lumnitzera.
    Jenis mangrove tertentu seperti Rhizophora dan Avecinia memiliki daur hidup yang
    khusus. Benih yang ada pada tumbuhan induk akan berkecambah dan mulai tumbuh di
    dalam semaian tanpa istirahat. Selama waktu ini, semaian memanjang dan distribusi
    beratnya berubah, sehingga akan menjadi lebih berat pada bagian terlarut dan akhirnya
    lepas. Selanjutnya semaian ini jatuh dari pohon induk dan selanjutnya mengapung
    diperairan atau menancap pada sedimen. Secara bertahap akan tumbuh menjadi pohon.
    Selain proses penanaman alami tadi, juga untuk jenis-jenis mangrove tsb dapat dilakukan
    melalui persemaian bibit. Yaitu dengan cara disemaikan langsung ke kantong-kantong
    plastik atau ke dalam botol air mineral bekas yang sudah berisi media tanah. Sebelumnya
    bagian bawah plastik atau botol air mineral bekas diberi lubang sebagai tempat keluarnya
    air yang berlebih.
    Namun untuk jenis mangrove yang mempunyai buah sedikit dan kecil-kecil seperti
    Excoecaria agallocha, Aegiceras corniculatum, Bruguiera cylindrica dan Lumnitzera
    racemosa sangat sulit dilakukan penanaman melalui persemaian bibit maupun secara
    alami. Untuk mengatasi hal tersebut, perbanyakan dapat dilakukan secara Vegetatif yaitu
    sistem cangkok. Penulis telah berhasil melakukan pencangkokan mangrove dari jenis
    Excoecaria agallocha, Aegiceras corniculatum, Bruguiera cylindrica dan Lumnitzera
    racemosa.
    Cara mencangkok tumbuhan mangrove hampir sama dengan mencangkok tumbuhan
    darat seperti tumbuhan mangga atau rambutan. Tahap-tahap mencangkok tumbuhan
    mangrove adalah sebagai berikut:

    a. Memilih ranting
    Ranting yang akan dicangkok berdiameter kurang lebih 0,5 cm, usia sedang dengan tanda
    warna kulit kayu keabu-abuan, tidak hijau dan tidak coklat.
    b. Mengupas kulit kayu
    Letakan sayatan atas tepat di atas ruas ranting. Sayatan bawah dibuat dengan jarak 3 – 5
    cm dari sayatan atas. Untuk menyayat gunakan pisau yang tajam, yang terbaik gunakan
    pisau okulasi.
    c. Mengerok kambium
    Setelah dibuat sayatan akan tampak jaringan kayu dengan lapisan kambium di bagian
    luarnya. Untuk menghilangkan lapisan kambium lakukan pengerokan dengan
    menggunakan kertas. Setelah dikerok biarkan ranting selama 3 hari (untuk jenis
    Bruguiera cylindrica dan Lumnitzera racemosa). Ssedangkan untuk jenis Excoecaria
    agallocha dan Aegiceras corniculatum selama 4 hari karena mangrove jenis ini
    mempunyai getah.
    d. Membungkus cangkokan
    Sebelum dibungkus bekas sayatan diberi hormon perangsang pertumbuhan akar (ZPT).
    Media pembungkus cangkokan pada tumbuhan mangrove berbeda dengan media yang
    digunakan pada pencangkokan darat. Bila pada tumbuhan darat medianya menggunakan
    tanah lembab yang dicampur pupuk kandang, sedangkan pada pencangkokan mangrove
    digunakan media dari tanah (sedimen) yang sesuai dengan sedimen tempat hidup
    induknya dengan ditambah rumput laut agar sedimen lebih subur. Media ditutup dengan
    menggunakan plastik agar tetap basah. Untuk mengurangi penguapan, dapat dilakukan
    dengan mengurangi daun-daun di ranting.
    Akar cangkok mangrove dimulai pada bulan ke tiga. Selama proses perkecambahan akar
    muncul dengan warna putih. Warna berubah jadi coklat keabuan setelah cangkokan
    berumur empat bulan dan berubah lagi menjadi coklat setelah cangkokan berumur lima
    bulan. Secara umum bentuk akar cangkokan mangrove sama dengan bentuk akar
    cangkokan tumbuhan lain, yaitu tidak mempunyai bentuk akar yang sama dengan
    tumbuhan induknya. Akar cangkokan tidak mempunyai akar utama (primer), dia hanya
    mempunyai akar sekunder. Bentuk umum dari akar cangkokan mangrove adalah kerucut
    memanjang. Dengan bentuk ini memudahkan akar cangkokan untuk menyerap air dan
    mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan.
    Tingkat keberhasilan suatu cangkokan dapat kita ketahui dari tumbuhnya akar. Pada
    penelitian ini digunakan dengan metode perhitungan kecepatan pertumbuhan panjang
    akar. Dengan metode tersebut didapatkan nilai kecepatan pertumbuhan untuk jenis
    Excoecaria agallocha sebesar 9,369 x 10-7 m/s, Lumnitzera racemosa sebesar 7,628 x 10-
    7 m/s, Aegiceras corniculatum sebesar 5,534 x 10-7 m/s dan untuk Bruguiera cylindrica

    sebesar 4,145 x 10-7 m/s. Nilai kecepatan pertumbuhan akar pada cangkokan mangrove
    berbeda-beda dari jenis yang satu dengan jenis yang lain, hal ini dipengaruhi oleh faktorfaktor
    genotip dan bentuk akar.
    Dari nilai kecepatan pertumbuhan akar tersebut dapat kita ketahui tingkat kesuburan dan
    keberhasilan cangkokan. Jenis Excoecaria agallocha merupakan jenis mangrove yang
    tingkat keberhasilannya paling tinggi dan merupakan jenis mangrove yang paling mudah
    untuk dicangkok. Lumnitzera racemosa menduduki tingkat kedua, Aegiceras
    corniculatum menduduki tingkat ketiga sedangkan untuk tingkat keempat diduduki oleh
    jenis Bruguiera cylindrica.
    Excoecaria agallocha merupakan jenis mangrove yang paling mudah untuk diperbanyak
    dengan cara vegetatif buatan dengan sistem cangkok. Hal ini dikarenakan lokasi tumbuh
    jenis ini berada di darat, oleh karena itu karakteristiknya hampir sama dengan tumbuhan
    dikotil darat biasa.
    Bentuk akar cangkokan dari Excoecaria agallocha adalah kerucut memanjang dengan
    banyak cabang dan mempunyai rambut akar. Dengan bentuk tersebut memudahkan akar
    untuk menyerap air dan mineral bagi pertumbuhannya.
    Pada penelitian Lumnitzera racemosa diambil di lokasi yang berada di daratan bila
    perairan mengalami surut terendah dan berada di air bila perairan mengalami pasang
    tertinggi. Dengan demikian sifat perakaran yang dimiliki mangrove jenis ini tidak jauh
    beda dengan sifat yang dimiliki oleh Excoecaria agallocha. Hal ini menyebabkan
    kecepatan pertumbuhan akar pada pencangkokan nilainya tidak jauh beda dengan
    Excoecaria agallocha.
    Bentuk akar cangkokan dari Lumnitzera racemosa hampir sama dengan bentuk akar
    Excoecaria agallocha, yaitu kerucut memanjang dengan cabang dan serabut yang lebih
    sedikit daripada Excoecaria agallocha. Ukuran diameternya lebih besar daripada
    Excoecaria agallocha.
    Aegiceras corniculatum mempunyai bentuk akar kerucut memanjang, ukuran
    diameternya lebih besar daripada Lumnitzera racemosa. Nutrisi yang berada di media
    cangkok banyak digunakan untuk pertumbuhan pelebaran akar daripada perpanjangan
    akar. Hal ini membuat perpanjangan akarnya lebih lambat.
    Bruguiera cylindrica merupakan jenis mangrove yang paling sulit untuk dilakukan
    perbanyakan dengan cara vegetatif buatan dengan sistem cangkok. Sifat dari akar yang
    terdapat pada Bruguiera cylindrica merupakan kebalikan dari yang dimiliki oleh
    Excoecaria agallocha. Batang utama Bruguiera cylindrica mempunyai akar yang paling
    pendek dibandingkan dengan jenis mangrove yang lain. Selain itu ukurannya paling
    besar. Nutrisi yang ada pada media cangkok lebih banyak digunakan untuk pelebaran
    daripada perpanjangan.
    Perbanyakan tumbuhan mangrove dengan sistem cangkok mempunyai kelebihan
    dibanding perbanyakan dengan sistem alami atau melalui persemaian bibit. Kelebihankelebihan
    tersebut adalah:
    1. tanaman memiliki sifat seperti induknya
    2. bebas menentukan spesies yang kita kehendaki
    3. waktu yang diperlukan untuk perbanyakan relatif singkat
    4. jumlah perbanyakan bibit dapat lebih banyak
    5. murah dan mudah dilakukan
    6. bebas dari ancaman kepiting dan gastropoda
    7. tumbuhan mangrove yang mempunyai buah sedikit dan kecil-kecil yang
    sulit diperbanyak dengan sistem perbanyakan alami atau persemaian bibit
    akan mudah dilakukan dengan sistem cangkok
    8. dapat dilakukan kapan saja
    Dengan berhasilnya penelitian pencangkokan terhadap tumbuhan mangrove dari jenis
    Bruguira cylindrica, Lumnitzera racemosa, Excoecaria agallocha dan Aegiceras
    corniculatum maka rehabilitasi kawasan mangrove di wilayah pesisir akan lebih dapat
    terlaksana, sehingga garis pantai akan berkurang dari ancaman abrasi yang disebabkan
    oleh arus dan gelombang.

  38. Akbar wira hadikusuma

    Selamat Malam bu’ Made…
    Saya Akbar wira hadikusuma salah satu mahasiswa ibu mata kuliah pembiakan vegetatf…
    Mengenai tugas yg ibu berikan kepada saya mengenai mencangkok…., saya akan membahas cangkok dengan menggunakan tanaman jambu biji…
    Berikut penjelasan saya bu’…
    JAMBU BIJI / JAMBU BATU ( Psidium guajava L. )
    Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS, Jakarta, Februari 2000
    Editor : Kemal Prihatman
    1. SEJARAH SINGKAT
    Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebarke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah Jawa. Jambu biji sering disebut
    juga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian dilakukan persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain, sehingga akhirnya mendapatkan hasil yang lebih besar dengan keadaan biji yang lebih sedikit bahkan tidak berbiji yang diberi nama jambu Bangkok karena proses terjadinya dari Bangkok.
    2. JENIS TANAMAN
    Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi diantaranya:
    1) Jambu sukun (jambu tanpa biji yang tumbuh secara partenokarpi dan bila tumbuh dekat dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali).
    2) Jambu bangkok (buahnya besar, dagingnya tebal dan sedikit bijinya, rasanya agak hambar). Setelah diadakan percampuran dengan jambu susu rasanya berubah asam-asam manis.

    Jambu merah getas.
    3. MANFAAT TANAMAN
    1) Sebagai makanan buah segar maupun olahan yang mempunyai gizi dan mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambu biji mempunyai rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa eugenol.
    2) Sebagai pohon pembatas di pekarangan dan sebagai tanaman hias.
    3) Daun dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat tadisional.
    4) Kayunya dapat dibuat berbagai alat dapur karena memilki kayu yang kuat dan keras.
    4. SENTRA PENANAMAN
    Jambu biji dibudidayakan di negara-negara seperti Jepang, Malaysia, Brazilia dan lain-lain. Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan sentra penanaman buah jambu terbesar antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sentra produksi yang lain adalah Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun-tahun terakhir ini jambu biji telah berkembang dan kemudian muncul jambu Bangkok yang dibudidayakan di kota Kleri, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
    5. SYARAT TUMBUH
    5.1. Iklim
    1) Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga.
    2) Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
    3) Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang ideal musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli- September sedang musim buahnya terjadi bulan Nopember-Februari bersamaan musim penghujan.
    4) Kelembaban udara sekeliling cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu bij.
    5.2. Media Tanam
    1) Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah.
    2) Jambu biji dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir.
    3) Derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman lainnya, yaitu antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari pH tersebut maka perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
    5.3. Ketinggian Tempat
    Jambu biji dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian antara 5-1200 m dpl.
    6. PEDOMAN BUDIDAYA
    6.1. Pembibitan
    Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencangkokan dan okulasi, walaupun dapat juga dilakukan dengan cara menanam biji dengan secara langsung.
    1) Persyaratan Benih
    Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat konsumen yang merupakan bibit unggulan seperti jambu bangkok. Bibit yang baik antara lain yang berasal dari:
    a) Buah yang sudah cukup tua.
    b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
    c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.
    2) Penyiapan Benih
    Setelah buah dikupas dan diambil bijinya, lalu disemaikan dengan jalan fermentasi biasa (ditahan selama 1-2 hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam). Biji tersebut direndam dengan larutan asam dengan perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl) 25% Asam Sulfat (H2S04) BJ : 1.84, caranya direndam selama 15 menit kemudian dicuci dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali berulang/dengan air yang mengalir selama 10 menit, kemudian dianginkan selama 24 jam. Untuk menghidari jamur, biji dapat dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP atau fungisida lainnya. Setelah batang pokok telah mencapai ketinggia 5-6 meter bibit yang disemaikan baru dapat dilakukan okulasi /cangkok yang kira-kira telah bergaris tengah 1cm dan tumbuh lurus, kemudian dengan menggunakan pisau okulasi dilakukan pekerjaan okulasi dan setelah selesai pencangkokan ditaruh dalam media tanah baik dalam bedengan maupun didalam pot/kantong plastik, setelah tanaman sudah cukup kuat baru dipindah kelokasi yang telah disiapkan.
    3) Teknik Penyemaian Benih
    Pilih lahan yang gembur dan sudah mendapat pengairan serta mudah dikeringkan disamping itu mudah diawasi untuk penyemaian. Cara penyemaian adalah sebagai berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya, kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan dibuat bedengan yang berukuran lebar 3-4 m dan tinggi sekitar 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan yang idel sekitar 6-7 m, dengan keadaan bedengan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari, dengan jarak antara bedeng 1 m, dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang sebanyak 40 kg dengan keadaan sudah matang dan benih siap disemaikan. Selain melalui proses pengecambahan biji juga dapat langsung ditunggalkan pada bedeng-bedang yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut ditanam pada bedeng-bedeng yang berjarak 20-30 cm setelah berkecambah sekitar umur 1-2 bulan, sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit dapat dipindahkan dari bedeng persemaian ke bedeng penanaman. Setelah mencapai keinggian 5-6 m, kurang lebih telah berumur 6-9 bulan pencangkokan atau okulasi dapat dimulai dengan mengerat cabang sepanjang 10-15 cm kemudian diberi media tanah yang telah diberi pupuk kandang, kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik yang telah diberi lubang-lubang sirkulasi, kemudian diikat dengan tali plastik supaya menjaga petumbuhan akar tidak mengalami hambatan. Akar akan tumbuh dengan cepat, sekitar 2-3 bulan. Mulai dlakukan okulasi dengan mata tangkai yang telah berumur 1 th, melalui cara Forkert yng disempurnakan, dengan lebar 0,8 cm setinggi 10 cm dari permukaan tanah, setelah dikupas kulitya sebesar 2/3 pada bagian bibir kulit dan setelah berumur 2-3 minggu tali dilepas jika kelihatan mata tetap konndisi hijau, okulasi dianggap berhasil dan pohon pangkal diatas okulasi setinggi 5 cm direndahakan supaya memberi kesempatan mata terebut untuk berkembang dan setelah itu pohon pangkal dipotong, bibit hasil okulasi dapat dipindah pada pot-pot atau kantong plastik, kemudian dilakukan pemotongan pada akar tunggang sedikit supaya akar akan lebih cepat berkebang. Setelah itu baru dilakukan penanaman dalam lobang-lobang bedengan yang telah dipersiapkan.
    4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
    Pemberian pupuk kandang sebelum disemaikan akan lebih mendorong pertumbuhan benih secara cepat dan merata, setelah bibit mulai berkecambah sekitar umur 1-1,5 bulan dilakukan penyiraman dengan menggunakan larutan Atoik 0,05-0,1% atau Gandasil D 0,2%, untuk merangsang secara langsung pada daun dan akar, sehingga memberikan kekuatan vital untuk kegiatan pertumbuhan sel. Setelah itu dilakukan penyiraman pagi-sore secara rutin, hingga kecambah dipindah ke bedeng pembibitan, penyiraman dilakukan cukup 1 kali tiap pagi hari sampai menjelang mata hari terbit, alat yang digunakan “gembor” supaya penyiraman dapat merata dan tidak merusak bedengan, diusahakan supaya air dapat menembus sedalam 3-4 cm dari permukaan. Selanjutnya dilakukan pendangiran bedengan supaya tetap gembur, dilakukan setiap 2-3 minggu sekali, rumput yang tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari serangan hama dan penyakit, sampai umur kurang lebih 1 tahun, baru setelah itu dapat dilakukan pengokulasian dengan sistem Fokert yang sudah disempurnakan, sebelum dilakukan okulasi daun-daun pohon induk yang telah dipilih mata kulitnya dirontokkan, kemudian setelah penempelan mata kulit dilakukan, ditunggu sampai mata kulit itu tumbuh tunas, setelah itu batang diatas tunas baru pada pohon induk di pangkas, kemudian rawat dengan penyiraman 2 kali sehari dan mendangir serta membersihkan rumput-rumput yang ada disekitarnya. pemberian pupuk daun dengan Gundosil atau Atonik diberikan setiap 2 minggu sekali selama 4 bulan dengan cara disemprotkan melalui daun, tiap tanaman disemprot 50 cc larutan.
    5) Pemindahan Bibit
    Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau telah di cangkok maupun diokulasi dapat dengan mencungkil atau membuka plastik yang melekat pada media penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak, dan pencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm, agar tumbuh akar lebih banyak maka dalam penanaman kembali akar tunggangnya dipotong sedikit untuk menjaga terjadinya penguapan yang berlebihan, kemudian lebar daun dipotong separuh. Ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m dan ditutupi dengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di timur, dengan harapan dapat lebih banyak kena sinar mata hari pagi. Dan dilakukan penyiraman secara rutin tiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada musim penghujan.
    6) Mencangkok
    Tehnik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada tehnik ini tidak dikenal
    istilah batang bawah dan batang atas.
    Tehnik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi,
    karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk.
    • Keuntungan pembibitan dengan sistem cangkok:
    o Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya.
    o Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di
    pematang kolam ikan.
    • Kerugian pembibitan dengan sistem cangkok:
    o Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering.
    o Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang.
    o Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong.
    o Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga
    perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini.
    • Media untuk mencangkok bisa menggunakan cocopit atau serbuk sabut kelapa ataupun
    cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/pupuk kandang dengan
    tanah (1:1). Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu, maka tanah di bawah bambu yang
    telah bercampur seresah daun bambu dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk
    media cangkok.
    • Waktu pelaksanaan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak
    akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu
    untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga.
    a.Tehnik mencangkok secara konvensional (biasa dilakukan)
    • Pertama-tama kita pilih cabang yang sudah sehat dan kuat atau sudah berkayu.
    • Ukuran diameternya sekitar 0,5-2 cm, tidak lebih kecil dari ukuran pensil.
    • Sebaiknya warna kulit cabang coklat muda atau hijau kecoklatan tergantung jenis
    tanaman buah-buahannya.
    • Cabang kemudian disayat dengan pisau secara melingkar dan dibuat memanjang ke
    bawah sepanjang 3-5 cm atau dua kali diameter cabang.
    • Kemudian kulitnya dikelupas sehingga bagian kambium yang seperti lendir tampak jelas.
    Kambium ini dihilangkan dengan cara dikerik dengan mata pisau sehingga bersih atau kering.
    • Setelah dikerik pada keratan bagian atas diolesi ataupun tanpa diolesi dengan hormon
    tumbuh. Sebagai hormon pertumbuhan atau vitamin, contoh Liquinox Start Vitamin B-1
    yang banyak dijual di toko pertanian dengan dosis 2 cc untuk 1 liter air. Kalau kesulitan
    mencari hormon tumbuh dapat menggunakan pupuk Urea yang dicairkan dengan kadar
    1 % atau 1 gr/1 lt air atau hormon tersebut ditambahkan pada media cangkok.
    • Siapkan dan atur lembaran plastik (kantong plastik yang sudah dibuka/dibelah) atau sabut
    kelapa melingkar menyelubungi batang di bagian bawah keratan (1-2 cm). Posisi lembaran
    plastik menghadap ke arah bawah, kemudian diikat dengan tali plastik atau rafia. Balik
    posisi kantong plastik ke arah berlawanan/keatas, sehingga akan diperoleh ikatan tali
    plastik di dalam kantong plastik (ikatan bagian bawah tidak kelihatan dari luar/lebih rapi).
    • Selanjutnya bekas sayatan ditutup dengan media cangkok, media diatur penempatannya
    agar rata menutupi luka keratan sampai melewati luka keratan bagian atas (1-2 cm).
    • Lakukan pengikatan bagian atas dan bagian tengah plastik(kalau dibutuhkan).
    • Cangkokan dirawat dengan cara disiram secara rutin agar tidak kering atau diposisi atas
    cangkokan diberi kantong plastik berisi air dengan satu lubang sekecil jarum untuk irigasi
    tetes.Atau irigasi tetes dengan menggunakan potongan batang bambu “bumbung” berdiameter
    5 cm diisi dengan air,tanpa dilubangi hanya dikerik/dikupas sedikit bagian kulit bawah yang
    nantinya dilekatkan diatas media cangkokan. Posisi bumbung digantung diatas cangkokan
    dengan posisi bawah bumbung merapat dengan posisi tengah cangkokan atau ditalikan
    melekat dicangkokan. Bumbung ini dapat bertahan selama 3 hari. Biasanya setelah 2-3
    bulan pada cangkokan yang berhasil akan tumbuh akar.
    • Pada cangkok akar keluar karena aliran zat makanan (karbohidrat) dan auksin (hormon
    tumbuh yang mendorong keluarnya akar) mengalir ke bawah melalui kulit kayu (phloem)
    dan tertahan di bagian keratan sebelah atas, sehingga pada keratan bagian atas ini
    penimbunan karbohidrat dan hormon jadi meningkat dan berbentuk kalus yang
    berubah menjadi akar tanaman.
    • Apabila akar sudah memenuhi media, hasil cangkokan dianggap berhasil. Daun pada
    cabang terlihat segar. Cangkokan sudah bisa dipotong atau disapih dari induknya.
    Pemotongan cangkokan yang sudah tumbuh ini dilakukan dengan menggunakan gunting
    stek atau gergaji di bawah ikatan cangkok.
    • Setelah dipotong dari induknya sebagian daun dikurangi untuk menghindari penguapan
    yang berlebihan. Potong 1/2 – 1/3 helai daun dari seluruh daun yang ada dengan gunting
    stek. Plastik pembungkus media dilepaskan. Setelah itu cangkok disemaikan dalam polybag.
    • Sebagai media cangkok di polybag bisa digunakan campuran pupuk kandang dan tanah
    dengan perbandingan 1: 2. Selanjutnya polybag ini ditempatkan di tempat yang terlindung
    sampai cangkokan menjadi segar kembali (biasanya 3-4 bulan). Setelah cukup besar
    cangkokan bisa dipindah ke kebun
    6.2. Pengolahan Media Tanam
    1) Persiapan
    Sebagai salah satu syarat dalam mempersiapkan lahan kebun buah-buahan khususnya Jambu biji dipilih tanah yang subur, banyak mengandung unsur nitrogen, meskipun pada daerah perbukitan tetapi tanahnya subur, dilakukan dengan cara membuat sengkedan (teras) pada bagian yang curam, kemudian untuk menggemburkan tanah perlu di bajak atau cukup dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm secara merata. Selanjutnya diberi pupuk kandang dengan dosis 40 kg/m persegi, kemudian dibuatkan bedengan dengan ukuran 1,20 m yang panjangnya disesuaikan dengan ukuran yang diperlukan.
    2) Pembukaan Lahan
    Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun jambu biji dikerjakan semua secara bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang mau ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam (30 cm), tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam (50 cm). Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1 m dan ke dalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurus dan kurang humus/ tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan dengan kondisi seperti ini dibiarkan selama kurang lebih 1 tahun sebelumnya. Kemudian dilakukan pemupukan sebanyak 2 kaleng minyak tanah (4 kg) per meter persegi. Dilanjutkan pembuatan bedengan sesuai dengan kebutuhan.
    3) Pembentukan Bedengan
    Tanah yang telah gembur, dibuatkan bedang-bedang yang berukuran 3 m lebar, panjang sesuai dengan kebutuhan, tinggi sekitar 30 cm. Bagian atas tanah diratakan guna menopang bibit yang akan ditanam. Idealnya jarak baris penanaman benih sekitar 4 m, dipersiapakan jarak didalam baris bedengan sepanjang 2,5 m dengan keadaan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari pagi, setelah diberi atap pelindung dengan jarak antara bedeng 1 m, untuk sarana lalu-lintas para pekerja dan dapat digunakan sebagai saluran air pembuangan, untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang yang sudah matang. Terkecuali apabila penanaman jenis jambu Bangkok menggunakan jarak tanaman antara 3 x 2 m.
    4) Pengapuran
    Pengapuran dilakukan apabila dataran yang berasal dari tambak dan juga dataran yang baru terbentuk tidak bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga belum terlalu subur. Caranya dengan menggali lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 m, dasar lobang ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap lobang, guna menetralkan pH tanah hingga encapai 4,5-8,2. Setelah 1 bulan dari penaburan kapur diberi pupuk kandang.
    5) Pemupukan
    Setelah jangka waktu 1 bulan dari pemberian kapur pada lubang-lubang yang ditentukan kemudian diberikan pupuk kandang dengan urutan pada bulan pertama diberi NPK dengan dosis 12:24:81 ons/pohon, bulan kedua dilakukan sama dengan bulan pertama, pada bulan ketiga diberi NPK dengan dosis 15:15:15 ons/pohon dan bulan ke 4 sampai tanaman berbuah, supaya jambu tetap bebuah gunakan pupuk kandang yang sudah matang dan ditanamkan sejauh 30 cm dari batang tanaman. Pemupukan merupakan bagian terpenting yang peggunaannya tidak dapat sembarangan, terlebih-lebih kalau menggunakan pupuk buatan seperti NPK, kalau dilakukan berlebihan akan berakibat adanya perubahan sifat dari pupuk menjadi racun yang akan membahayakan tanaman itu sendiri.
    6.3. Teknik Penanaman
    1) Penentuan Pola Tanaman
    Setelah terjadi proses perkecambahan biji yang telah cukup umur ditempatan pada bedeng-bedang yang telah siap. Juga penyiapan pohon pangkal sebaiknya melalui proses perkecambahan kemudian ditanam dengan jarak 20 x 30 cm setelah berkecambah dan berumur 1-2 bulan atau telah tumbuh daun sebanyak 2-3 helai maka bibit/zaeling dapat dipindahkan pada bedeng ke dua yang telah dibentuk selebar 3-4 m dengan jarak tanam 7-10 m dengan kedalaman sekitar 30-40 cm, jarak antara bedeng selebar 1 m, didahului perataan tanah ditengah bedengan guna pembuatan lubang-lubang penanaman. Untuk menghindari sengatan sinar matahari secara langsung dibuat atap yang berbentuk miring lebih tinggi ke timur dengan maksud supaya mendapatkan sinar matahari pagi hari secara penuh.
    2) Pembuatan Lubang Tanaman
    Pembuatan lubang pada bedeng-bedeng yang telah siap untuk tempat penanaman bibit jambu biji yang sudah jadi dilakukan setelah tanah diolah secara matang kemudian dibuat lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 x 0,8 m yang sebaiknya telah dipersiapkan 1 bulan sebelumnya dan pada waktu penggalian tanah yang diatas dan yang dibawah dipisahkan, nantinya akan dipergunakan untuk penutup kembali lubang yang telah diberi tanaman, pemisahan tanah galian tersebut dibiarkan selama 1 minggu dimaksudkan agar jasad renik yang akan mengganggu tanaman musnah; sedangkan jarak antar lubang sekitar 7-10 m.
    3) Cara Penanaman
    Setelah berlangsung selama 1 pekan lubang ditutup dengan susunan tanah seperti semula dan tanah di bagian atas dikembalikan setelah dicampur dengan 1 blek (1 blek ± 20 liter) pupuk kandang yang sudah matang, dan kira-kira 2 pekan tanah yang berada di lubang bekas galian tersebut sudah mulai menurun baru bibit jambu biji ditanam, penanaman tidak perlu terlalu dalam, secukupnya, maksudnya batas antara akar dan batang jambu biji diusahakan setinggi permukaan tanah yang ada disekelilingnya. Kemudian dilakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari (pagi dan sore), kecuali pada musim hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.
    4) Lain-lain
    Pada awal penanaman di kebun perlu diberi perlindungan yang rangkanya dibuat dari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah timur, agar tanaman mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, dan untuk atapnya dapat dibuat dari daun nipah, kelapa/tebu. Sebaiknya penanaman dilakukan pada awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat dipenuhi secara alamiah.
    6.4. Pemeliharaan Tanaman
    Meskipun penanaman jambu biji mampu tumbuh dan menghasilkan tanpa perlu diperhatikan keadaan tanah dan cuaca yang mempengaruhinya tetapi akan lebih baik apabila keberadaannya diperhatikan, karena tanaman yang diperhatikan dengan baik akan memberikan imbalan hasil yang memuaskan.
    1) Penjarangan dan Penyulaman
    Karena kondisi tanah telah gembur dan mudah tanaman lain akan tumbuh kembali terutama Gulma (tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan dan harus disiangi sampai radius 1,5-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tidak tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. Dan apabila tumbuh tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman dan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan penjarangan.
    2) Penyiangan
    Selama 2 minggu setelah bibit yang berasal dari cangkokan/ okulasi ditanam di lahan perlu penyiangan dilakukan hanya pada batang dahan tua (warna coklat) dengan dahan muda (warna hijau) dan apabila buah terlalu banyak, tunas yang ada dalam satu ranting bisa dikurangi, dengan dikuranginya tunas yang tidak diperlukan akan berakibat buah menjadi besar dan menjadi manis rasanya. Khusus jambu non biji dengan membatasi percabangan buahnya maksimal 3 buah setelah panjang 30-50 cm dilakukan pangkasan, dan setelah tumbuh
    cabang tersier segera dilenturkan ke arah mendatar, guna untuk merangsang tunas bunga dan buah yang akan tumbuh.
    3) Pembubunan
    Supaya tanah tetap gembur dan subur pada lokasi penanaman bibit jambu biji perlu dilakukan pembalikan dan penggemburan tanah supaya tetap dalam keadaan lunak, dilakukan setiap 1 bulan sekali hingga tanaman bisa dianggap telah kuat betul.
    4) Perempalan
    Agar supaya tanaman jambu biji mendapatkan tajuk yang rimbun, setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan perempelan/ pemangkasan pada ujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang juga berguna memberi bentuk tanaman, juga memperbanyak dan mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara dan pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir, dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya dengan hasil lebih meningkat atau tetap stabil keberadaannya.
    5) Pemupukan
    Untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman jambu biji tetap stabil perlu diberikan pupuk secara berkala dengan aturan:
    a) Pada tahun 0-1 umur penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan campuran 40 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 gram ZK dengan cara ditaburkan disekeliling pohon atau dengan jalan menggali di sekeliling pohon sedalam 30 cm dan lebar antara 40-50 cm, kemudian masukkan campuran tersebut dan tutup kembali dengan tanah galian sebelumnya. Tanaman bisa berbuah 2 kali setahun.
    b) Pemupukan tanaman umur 1-3 tahun, setelah tanaman berbuah 2 kali. Pemupukan dilakukan dengan NPK 250 gram/pohon, dan TSP 250 gram/pohon, dan seterusnya cara seperti ini dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan TSP dan NPK dengan takaran sama.
    c) Pemupukan tanaman umur 3 tahun keatas, Kalau pertumbuhan tanaman kurang sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan tuas hasil pemangkasan raning, berarti selain TSP dan NPK dengan ukuran yang sama tanaman memerlukan pupuk kandang sebanyak 2 kaleng minyak per pohon.
    Cara pemupukan dilakukan dengan membuat torakan yang mengelilingi tanaman persis di bawah ujung tajuk dengan kedalaman sekitar 30-40 cm dan pupuk segera di tanam dalam torakan tersebut dan ditutup kembali dengan bekas galian terdahulu.
    6) Pengairan dan Penyiraman
    Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan atau okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari. Apabila tanaman jambu biji telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukansaja. Dan bila turun hujan terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air. Sebaliknya pada musim kemarau tanah kelihatan merekah maka diperlukan penyiraman dengan menggunakan pompa air 3 PK untuk lahan seluas kurang lebih 3000 m2 dan dilakukan sehari sekali tiap sore hari.
    7) Waktu Penyemprotan Pestisida
    Guna menjaga kemungkinan tumbuhnya penyakit atau hama yang ditimbulkan baik karena kondisi cuaca dan juga dari hewan-hewan perusak, maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida pada umumnya dengan nogos, antara 15-20 hari sebelum panen dan juga perlu disemprot dengan sevin atau furadan terutama untuk menghindarkan adanya ulat jambu, tikus atau jenis semut-semutan, disamping itu penyemprotan dilakukan dengan fungisida jenis Delsene 200 MX guna memberantas cendawan yang akan mengundang hadirnya semut-semut. Disamping itu juga digunakan insektisida guna memberantas lalat buah dan kutu daun disemprot 2 x seminggu dan setelah sebulan sebelum panen penyemprotan dihentikan.
    Pemeliharaan Lain
    Untuk memacu munculnya bunga Jambu biji diperlukan larutan KNO3 (Kalsium Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak diberi KNO3 dan juga mempunyai keunggulan memperbanyak “dompolan” bunga (tandan) jambu biji pada setiap stadium (tahap perkembangan) dan juga mempercepat pertumbuhan buah jambu biji, cara pemberian KNO3 dengan jalan menyemprotkan pada pucuk-pucuk cabang dengan dosis antara 2-3 liter larutan KNO3 untuk setiap 10 pucuk tanaman dengan ukuran larutan KNO3 adalah 10 gram yang dilarutkan dengan 1 liter pengencer teknis.
    7. HAMA DAN PENYAKIT
    7.1. Hama
    1) Ulat daun (trabala pallida)
    Pengendalian: dengan menggunakan nogos.
    2) Ulat keket (Ploneta diducta)
    Pengendalian: sama dengan ulat daun.
    3) Semut dan tikus
    Pengendalian: dengan penyemprotan sevin dan furadan.
    4) Kalong dan Bajing
    Keberadaan serangga ini dipengaruhi faktor lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik. Yang termasuk faktor biotik seperti persediaan makanan, Pengendalian: dengan menggunakan musuh secara alami.
    5) Ulat putih
    Gejala: buah menjadi berwarna putih hitam, Pengendalian: dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang sesuai sebanyak 2 kali seminggu hingga satu bulan sebelum panen penyemprotan dihentikan.
    6) Ulat penggerek batang (Indrabela sp)
    Gejala: membuat kulit kayu dan mampu membuat lobang sepanjang 30 cm; Pengendalian: sama dengan ulat putih.
    7) Ulat jengkal (Berta chrysolineate)
    Ulat pemakan daun muda, berbentuk seperti tangkai daun berwarna cokelat dan beruas-ruas Gejala: pinggiran daun menjadi kering, keriting berwarna cokelat kuning. Pengendalian: sama dengan ulat putih.
    7.2. Penyakit
    1) Penyakit karena ganggang (Cihephaleusos Vieccons)
    Menyerang daun tua dan muncul pada musim hujan. Gejala: adanya bercakbercak kecil dibagian atas daun disertai serat-serat halus berwarna jingga yang merupakan kumpulan sporanya. Pengendalian: dengan menyempotakan fungisida seperti Dlsene 200 MX.
    2) Jamur Ceroospora psidil , Jamur karat poccinia psidil, Jamur allola psidil
    Gejala: bercak pada daun berwarna hitam. Pengendalian: dengan menyempotakan fungisida seperti Dlsene 200 MX.
    3) Penyakit karena cendawan (jamur) Rigidoporus Lignosus
    Gejala: rizom berwarna putih yang menempel pada akar dan apabila akar yang kena dikupas akan nampak warna kecoklatan. Pengendalian: dengan menyempotakan fungisida seperti Dlsene 200 MX.
    7.3. Gulma
    Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman jambu biji yang berbentuk rerumputan yang berada disekitar tanaman jambu biji yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bibit tanaman, oleh sebab itu perlu dilakukan penyiangan secara rutin.
    8. PANEN
    8.1. Ciri dan Umur Panen
    Buah jambu biji umumnya pada umur 2-3 tahun akan mulai berbuah, berbeda dengan jambu yang pembibitannya dilakukan dengan cangkok/stek umur akan lebih cepat kurang lebih 6 bulan sudah bisa buah, jambu biji yang telah matang dengan ciri-ciri melihat warna yang disesuikan dengan jenis jambu biji yang ditanam dan juga dengan mencium baunya serta yang terakhir dengan merasakan jambu biji yang sudah masak dibandingkan dengan jambu yang masih hijau dan belum masak, dapat dipastikan bahwa pemanenan dilakukan setelah jambu bewarna hijau pekat menjadi muda ke putih-putihan dalam kondisi ini maka jambu telah siap dipanen.
    8.2. Cara Panen
    Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik beserta tangkainya, yang sudah matang (hanya yang sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar tidak menjadi rusak, waktunya setelah 4 bulan umur buah kemudian dimasukkan ke dalam keranjang yang dibawa oleh pemetik dan setelah penuh diturunkan dengan tali yang telah disiapkan sebelumnya, hingga pemanenan selesai dilakukan. Pemangkasan dilakukan sekaligus panen supaya dapat bertunas kembali dengan baik dengan harapan dapat cepat berbuah kembali.
    8.3. Periode Panen
    Periode pemanenan setelah buah jambu biji dilakukan pembatasan buah dalam satu rantingnya kurang lebih 2-3 buah, hal ini dimaksudkan agar buah dapat berkembang besar dan merata. Dengan sistem ini diharapkan pemanenan buah dapat dilakukan dua kali dalam setahun (6 bulan) atau sekitar 2-3 bulan setelah berbuah, dengan dicari buah yang masak, dan yang belum masak supaya ditinggal dan kemudian dipanen kembali, catatan apabila buah sudah masak tetapi tidak dipetik maka akan berakibat datangnya binatang pemakan buah seperti kalong, tupai dll.
    8.4. Prakiraan Produksi
    Apabila penanganan dan pemeliharaan semenjak pembibitan hingga panen dilakukan secara baik dan benar serta memenuhi aturan yang ada maka dapat diperkirakan mendapatkan hasil yang diharapkan. Pada penanaman 400 pohon setelah 2-3 bulan dari pohon cangkokan setelah tanam sudah mulai berbunga dan 6 bulan sudah mulai dipanen, pemanenan dilakukan setiap 4 hari sekali dengan hasil setiap panenan seberat 100 kg buah jambu. Di Indonesia per tahunnya dapat mencapai 53.200 ton dengan luas tanaman selebar 17.100 hektar. Harga jual sekarang ke konsumen mencapai Rp. 650,- per ikat atau sampai Rp.750/ kg.
    9. PASCAPANEN
    9.1. Pengumpulan
    Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah jambu biji harus dikumpulkan secara baik, biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai pemanenan secara keseluruhan. Hasil panen selanjutnya dimasukkan dalam keranjang dengan diberi dedauan menuju ke tempat penampungan yaitu dalam gudang/gubug.
    9.2. Penyortiran dan Penggolongan
    Tujuan penyortiran buah jambu biji dimaksudkan jambu yang bagus mempunyai harga jualnya tinggi, biasanya dipilih berdasarkan ukuran dan mutunya, buah yang kecil tetapi baik mutunya dapat dicampur dengan buah yang besar dengan mutu sama, yang biasanya dijual dalam bentuk kiloan atau bijian dan perlu diingat bahwa dalam penyortiran diusahakan sama besar dan sama baik mutunya. Dan dilakukan sesuai dengan jenis jambu biji, jangan dicampur adukkan dengan jenis yang lain.
    9.3. Penyimpanan
    Penyimpanan jambu biji biasanya tidak terlalu lama mengingat daya tahan jambu biji tidak bisa terlalu lama dan sementara belum dapat dijual ke pasar ditampung dulu dalam gubug-gubug atau gudang dengan menggunakan kantong PE, suhu sekitar 23-25 derajat C dan jambu dapat bertahan hingga 15 hari dalam kantong PE dan ditambah 7 hari setelah dikeluarkan dari kantong PE, sehingga dapat meningkatkan daya simpan 4,40 kali dibandingkan tanpa perlakuan. Tekanan yang baik adalah – 1013 mbar dan dapat menghasilkan kondisi PE melengket dengan sempurna pada permukaan buah, konsentrasi C0² sebesar 5,21% dan kerusakan 13,33% setelah penyimpanan dalam kantong PE. Jalan yang terbaik untuk penyimpanan buah jambu dengan jalan diawetkan, biasanya dilakukan dengan jalan dibuat asinan atau manisan dan dimasukkan dalam kaleng atau botol atau dapat juga dengan menggunakan kantong plastik. Hal ini dapat menjaga kesterilan dan ketahanan sehingga dapat lama dalam penyimpanannya. Serta biasanya dibuat minuman atau
    koktail.
    9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
    Jambu biji dengan hasil jual dapat tinggi tidak tergantung dari rasanya saja, tetapi pada kenampakan dan cara pengikatannya, apa bilaakan di jual tidak jauh dari lokasi maka cukup dibawa dengan dimasukkan dalam keranjang dengan melalui sarana sepeda atau kendaraan bermotor. Untuk pengiriman dengan jarak yang agak jauh (antar pulau) yang membutuhkan waktu hingga 2-3 hari lamanya perjalanan buah jambu batu dilakukan dengan cara di pak dengan menggunakan peti yang berukuran persegi panjang 60 x 28,5 x 28,5 cm, keempat sudutnya yang panjang dengan jarak 1 cm, sisi yang pendek sebaiknya dibuat dari 1atau 2 lembar papan setebal 1cm, karena sisi ini dalam pengangkutan akan diletakkan di bagian bawah, sebaiknya pembuatan peti dilakukan jarang-jarang guna untuk memberi kebebasan udara untuk keluar masuk dalam peti. Sebelumnya buah jambu dipilih dan di pak. Setelah itu disusun berderet berbentuk sudut terhadap sisi peti, yang sebelumnya dialasi dengan lumut/sabut kelapa, atau bahan halus dan lembut lainnya. Kemudian setelah penuh lapisan atas dilapisi lagi dengan sabut kelapa yang terakhir ditutup dengan papan, sebaiknya kedua sisi panjang dibentuk agak gembung, biasanya penempatan peti bagian yang pendek ditempatkan dibawah didalam perjalanan.
    9.5. Penanganan Lain
    Agar hasil penyimpanan dapat bernilai tinggi maka perlu dilakukan pengolahan terlebih dulu. dan biasanya dengan cara pengawetan yang kemudian disimpan atau dikemas dalam botol/kaleng atau juga dengan kantong plastik, guna menghambat proses pembusukan buah didalam botol, dan dapat membuka peluang untuk menikmati buah jambu biji pada setiap saat tanpa menunggu musim berbuah berikutnya. Seperti berbentuk koktail jambu, manisan jambu dan jambu biji kalengan. Dengan membuka peluang untuk dilakukan eksport buah olahan dari buah jambu biji. Seperti jus jambu biji berbentuk cairan agak kental atau sirup.
    Beginilah penjelasan saya mengenai mencangkok dengan menggunakan tanaman jambu biji,
    Terima kasih bu’ Made, sudah menyempatkan waktunya untuk membaca coment saya..
    Selamat malam bu’…

  39. syaloom ibu,, smoga dalam keadaan sehat-sehat selalu ya ibu,,
    ini tugas yunus ibu,,

    MENCANGKOK :

    Zaman serba praktis dan cepat, ini ada tip dan trik cara cepat mencangkok. Hasil dijamin lebih cepat dan lebih mudah terutama jika mencangkok di dahan yg tinggi.
    Tehniknya hampir sama dengan cara mencangkok yang biasa, bedanya adalah media tanah sudah lebih dulu dimasukkan ke dalam kantong plastik. Media tadi dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran ¼ kg untuk diameter batang
    yang kecil dan ½ kg untuk diameter batang yang lebih besar (ukuran kantong plastik disesuiakan dengan diameter batang yang akan dicangkok).
    Pengisian media ke dalam lembaran plastik :
    Isikan media dan padatkan sampai ¾ plastik, kemudian tarik ujung kantong plastik dan ditalikan. Dari 2 kg media akan dihasilkan 15-20 media dalam kantong plastik. Media dalam kantong plastik tersebut tahan sampai dengan 1 bulan.
    Cara penggunaan media tersebut tinggal menyobek/mengiris memanjang satu sisi kantong plastik dan sisi sobekan tadi dimasukkan dari bagian bawah luka bila posisi batang melintang atau datar, pada posisi batang tegak memasukkan bebas, kemudian diselubungkan secara merata ke keratan batang tanaman. Lakukan pengikatan, agar media pada posisi yang benar (letak sobekan menghadap ke
    atas (bila posisi batang mendatar) dan media rata menyelubungi/menutup keratan/luka di batang tanaman).
    Dengan tehnik ini diperoleh keuntungan:
    1. Pencangkokan lebih cepat dan ringkas.
    2. Jumlah tanaman yang kita cangkok bisa lebih banyak per satuan waktu.
    3. Kita punya persediaan media dalam kantong plastik yang mudah dibawa kemana-mana dan mudah dipakai sewaktu-waktu.

    Catatan :
    Tambahkan hormon pertumbuhan atau vitamin, contoh Liquinox Start Vitamin B-1 yang banyak dijual di toko pertanian dengan dosis 2 cc untuk 1 liter air.Atau mudahnya 1 sendok makan = 1 tutup kemasan = 10 cc = 10 ml. Kalau kesulitan mencari hormon tumbuh dapat menggunakan pupuk Urea yang dicairkan dengan kadar 1 % atau 1 gr/1 lt air.
    Contoh penggunaan media: 2 kg serbuk kelapa kering dicampur dengan 1liter air yang sudah dicampur dengan 1-3 tetes hormon pertumbuhan, kemudian diratakan hingga diperoleh campuran yang basah.
    Mari Berkebun…!
    CU…!

  40. Selamat sore bu,
    Ini tugas pembiakan vegetatif suci, tolong dibaca ya bu

    Jelaskan perbedaan antara Mound Layering, Trench Layering dan Blanching Process ?
    Dari pertanyaan di atas, dapat di jelaskan bahwa :
    Mound Layering atu sering kita sebut dengan Perundukan Gundukan yaitu perundukan dengan melibatkan pemotongan tanaman sampai ke batas tanah selama musim dorman dan menggundukan tanah atau media lain di sekitar dasar dari pucung yang sedang berkembang untuk memacu pengakaran terbentuk pada pucuk – pucuk tersebut, biasanya perundukan ini di gunakan untuk batang tanaman yang kaku, tidak dapat dibengkokan dengan mudah dan yang mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah banyak dari mahkota dari tahun ketahun.

    Gambar 1. Mound Layering Gambar 2. Mound Layering

    Sedangkan, Trench Layering atau sering kita sebut dengan perundukan parit yaitu perundukan yang terdiri dari penanaman sebuah tanaman atau cabang tanaman dengan posisi horizontal di dalam dasar parit dan di tibun tanah di sekitar pucuk – pucuk baru pada saat mereka tumbuh sehingga dasar pucuk teretiolasi.,akar akan berkembang dari dasar pucuk baru ini.

    Gambar 1. Trench Layering Gambar 2. Trench Layering

    Dan yang di maksud dengan Blanching Process (Pemutihan) yaitu merupakan suatu proses/ akibat dari perundukan di mana di akibatkan karena pucuk baru yang baru berkembang pada saat mereka tumbuh di tutup sehingga bagian basal dari pucuk yang dirundukan tidak terekspos cahaya.

    Jelaskan perbedaan pemutihan dan etiolasi ?
    Pemutihan berbeda dari etiolasi, di mana pucuk di hasilkan di dalam kondisi gelap sama sekali dan tidak berdaun, pucuk yang di hasilkan dalam cahaya dan kemudian di tutup dapat mengalami pemutihan, tetapi tidak mengalami etiolasi. Banyaknya keberhasilan dalam mengakarkan tanaman yang sukar berakar, dengan metode perundukan ini ternyata di sebabkan oleh etiolasi dan pemutihan.

    Mengapa dalam peroses pelaksanaan perundukan di perlukannya eliminasi cahaya ?
    Karna eliminasi ini merupakan suatu langkah yang utama di lakukan pada saat kita melakukan perundukan, dengan adanya eliminasi cahaya ini akan mengakibatkan penghentian translokasi ke bawah dari bahan – bahan organik, karbohidrat, auksin dan faktor pertumbuhan lainnya dari daun ke ujung pucuk yang sedang tumbuh,bahan – bahan ini berakumulasi di dekat titik perlakuan dan pengakaran terjadi di bagian ini.

  41. Rajjitha handayani

    Selamat siang ibu…
    Saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari tugas yang ibu berikan. Dimana pertanyaannya adalah :
    • Mengapa dalam proses layering harus ada kegiatan mengeliminasi cahaya?
    • Apa perbedaan dari mound layering (gundukan tanah), trench layering (perundukan parit), dan blanching process (pemutihan)? (sertakan gambarnya)
    • Apa perbedaan etiolasi dan blanching (pemutihan)?

    Jawaban :
    • Menurut sumber yang saya baca, dalam proses layering harus ada kegiatan mengeliminasi cahaya karena pembiakan tanaman secara vegetatif yaitu layering (perundukan) pembentukan akarnya tergantung pada kelembaban. Kegiatan mengeliminasi cahaya bertujuan untuk membuat suhu menjadi rendah. Semakin rendah suhu, akan menaikkan nilai kelembaban. Dengan kata lain, suhu berbanding terbalik dengan kelembaban. Selain itu, kelembaban tanah merupakan faktor penting bagi peningkatan penyerapan unsur hara pada tanaman.
    • Berikut perbedaan dari mound layering (gundukan tanah), trench layering (perundukan parit), dan blanching process (pemutihan) :

    – Mound layering (gundukan tanah)

    Pada proses ini, bersumber lebih rendah cabang dari satu tanaman dirontokkan daun dengan kimia secara parsial. Ini kemudian adalah, ditekuk dekat dengan halus, dipancangkan dan meliputi dengan tanah lembab sedemikian yang ini menumbuh ujung tersisa di atas permukaan tanah. Setelah beberapa hari, bagian terliput pada cabang bersumber mengembangkan kebetulan memakukan scr. Cabang dengan akar kemudian adalah dilepaskan dari induk kebunkan dan tumbuh ke dalam satu pabrik independen. Ilmu pengetahuan tentang teknik ini diamalkan di Bunga Melati, arbei, buah beri angsa.

    Berguna dengan berat bersumber, lekat semak belukar bercagak dan rootstocks dari buah pohon. Potong pabrik kembali 1 inci di atas permukaan tanah pada musim tidur. Bertunas tidur akan menghasilkan tembakan lagi pada bersemi. Tanah gundukan tanah berlalu tembakan baru saat mereka tumbuh. Akar akan mengembangkan pada basis dari tembakan muda. Singkirkan lapisan pada musim tidur. Pekerjaan pelapisan gundukan tanah baik pada rootstocks apel, spirea, quince, daphne, bunga magnolia, dan cotoneaster

    Contoh gambar :

    – Trench layering (perundukan parit)

    Perundukan parit sangat serupa dengan perundukan sederhana. Yang terbesar perbedaannya adalah yang kamu mempergunakan satu bagian lebih panjang dari tanaman untuk menciptakan beberapa anak cucu agak dibandingkan sesuatu. Buat satu parit untuk cabang untuk terletak pada maka tempatkan cabang ke dalam ini dan sampul ini dengan tanah. Gemarlah dengan pelapisan sederhana kamu dapat berbelit bertunas untuk menganjurkan akar dan menerapkan hormon terakar kecuali banyak pabrik pantas ke pelapisan parit seperti buah dan buah frambus tidak memerlukan pertolongan.

    Contoh gambar :

    – blanching process (pemutihan)
    Proses pemutihan batang dilakukan dengan menimbun tanah ke batang secara bertahap. Contohnya pada:
    Bawang Bakung/Semprong
    (Japanese Bunching Onion/ Welsh Onion (Ingg.), A. fistulossum (Latin)) Famili: Alliaceae

     Menurut sumber yang saya baca, etiolasi adalah pertumbuhan yang cepat ditempat yang gelap. Selain itu tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya. Pemanjangan terjadi pada semua sel. Sedangakn pemutihan, pemanjangan selnya hanya terjadi pada bagian yang terkena tanah.

  42. Selamat malam Buk Made,
    Ini jawaban atas pertanyan yang Ibuk Berikan,

    Berdasarkan sumber wacana yang saya dapat dari google tentang layering,

    Pertanyaan ;
    1. Jelaskan perbedaan antara Mound Layering, Trench Layering dan Blanching Process ?
    2. Jelaskan perbedaan pemutihan dan etiolasi ?
    3. Mengapa dalam peroses pelaksanaan perundukan di perlukannya eliminasi cahaya ?

    Jawaban ;
    1. Perberdaan ;
    • Mound (stool) layering ( Perundukan Gundukan) yaitu perundukan dengan melibatkan pemotongan tanaman sampai ke batas tanah selama musim dorman dan menggundukan tanah atau media lain di sekitar dasar dari pucung yang sedang berkembang untuk memacu pengakaran terbentuk pada pucuk – pucuk tersebut, biasanya perundukan ini di gunakan untuk batang tanaman yang kaku, tidak dapat dibengkokan dengan mudah dan yang mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah banyak dari mahkota dari tahun ketahun.Contoh ; rootstocks apel, spirea, quince, daphne, bunga magnolia, dan cotoneaster

    Gambar. Mound layering
    • Trench layering ( Perunsukan Parit) yaitu perundukan yang terdiri dari cabang tanaman dengan posisi horizontal di dalam dasar parit dan di timbun tanah di sekitar pucuk – pucuk baru, sehingga pada saat mereka tumbuh dasar pucuk teretiolasi.,akar akan berkembang dari dasar pucuk baru ini.

    • Blaching (Pemutihan) ; merupakan suatu proses/ akibat dari perundukan di mana karena pucuk baru yang baru berkembang pada saat mereka tumbuh di tutup sehingga bagian basal dari pucuk yang dirundukan tidak terekspos cahaya
    2. Etiolasi adalah pertumbuhan yang cepat ditempat yang gelap. Tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya. Pemanjangan terjadi pada semua sel. Pemutihan, pemanjangan selnya hanya terjadi pada bagian yang terkena tanah.
    3. Karena pembentukan akarnya tergantung pada kelembaban. Kegiatan mengeliminasi cahaya bertujuan untuk membuat suhu menjadi rendah. Semakin rendah suhu, akan menaikkan nilai kelembaban. Maka, suhu berbanding terbalik dengan kelembaban. Kelembaban tanah merupakan faktor penting bagi peningkatan penyerapan unsur hara pada tanaman.

    terima kasih..

  43. selamat malam bu…
    saya titi , saya ingin menjawab pertanyaan yang ibu berikan pada hari selasa kemarin, yang mana pertanyaan nya :
    1.Apa perbedaan anatara etiolasi dan blanching (pemutihan)?
    2. Mengapa dalam proses layering harus ada kegiatan mengeliminasi cahaya?
    3. Apa perbedaan dari mound layering (gundukan tanah), trench layering (perundukan parit), dan blanching process (pemutihan)? (sertakan gambarnya)!
    jawaban :
    1. etiolasi merupakan suatu gejala yang diakibatkan oleh kurangnya pasokan cahaya kepada tanaman yang dapat ditandai dengan adanya pengecilan pada daun, pertumbuhan batang memanjang, dan kandungan klorofilnya berkurang , yang lam kelamaan menjadi kuning ataupun pucat. kondisi ini dapat mengakibatkan peningkatan pembentukan akar pada jaringan batang yang mengalami etiolasi. sedangkan pada proses pemutihan itu sendiri bagian sel yang menyentuh permuakaan tanah saja yang mengalami pemanjangan sel, sedangkan bagian lainnya tidak.
    2. adanya eliminasi cahaya dalam proses layering ini berperan didalam pembentukan akar adventif yang menjadi tolak ukur adanya kegiatan layering ini. dimana akar adventif itu sendiri menyukai kondisi suhu yang rendah dengan kelembapan yang tinggi, baik didalam penyerapan unsur hara maupun proses pertumbuhan akar adventif itu sendiri.
    3. gundukan tanah ( mound layering )
    yaitu suatu proses dari penanaman sebuah tanaman atau cabang tanaman dengan posisi horizontal di dalam dasar parit ataupun kedalam tanah yang kemudian akan dilakukan penimbunan di sekitar pucuk – pucuk baru yang nantinya dari pucuk ini akan mengalami etilolasi yang nantinya hasi dari gundukan tanah inilah yang akan dipakai.
    b.Blanching Process (Pemutihan)
    ialah suatu kegiatan dari perundukan yang mana pucuk baru yang dihasilakan,akan berkembang pada saat mereka tumbuh bila di tutup dan bagian pucuknya itu dapat kita rundukkan sehingga tidak terkena cahaya matahari dan kelembapannya juga dapat terjaga sehingga pada bagian yang menyentuh permukaan tanah akan mengalami pemanjangan sel, sedangkan bagian lainnya tidak.
    c.trench layering (perundukan parit)
    pada bagian perundukan parit ini hanya menggunakan beberapa bagian tanaman yang dianggap lebih , baik dari segi panjangnya, sehingga pada bagian ini, kita dapat menempelkan tanah ( membentuk ) sebuah parit baru sehingga dapat menghasilkan perundukan parit yang baik.

  44. Selamat malam bu…
    saya titi , saya ingin menjawab pertanyaan yang ibu berikan pada hari selasa kemarin, yang mana pertanyaan nya :
    1.Apa perbedaan anatara etiolasi dan blanching (pemutihan)?
    2. Mengapa dalam proses layering harus ada kegiatan mengeliminasi cahaya?
    3. Apa perbedaan dari mound layering (gundukan tanah), trench layering (perundukan parit), dan blanching process (pemutihan)? (sertakan gambarnya)!
    jawaban :
    1. etiolasi merupakan suatu gejala yang diakibatkan oleh kurangnya pasokan cahaya kepada tanaman yang dapat ditandai dengan adanya pengecilan pada daun, pertumbuhan batang memanjang, dan kandungan klorofilnya berkurang , yang lam kelamaan menjadi kuning ataupun pucat. kondisi ini dapat mengakibatkan peningkatan pembentukan akar pada jaringan batang yang mengalami etiolasi. sedangkan pada proses pemutihan itu sendiri bagian sel yang menyentuh permuakaan tanah saja yang mengalami pemanjangan sel, sedangkan bagian lainnya tidak.
    2. adanya eliminasi cahaya dalam proses layering ini berperan didalam pembentukan akar adventif yang menjadi tolak ukur adanya kegiatan layering ini. dimana akar adventif itu sendiri menyukai kondisi suhu yang rendah dengan kelembapan yang tinggi, baik didalam penyerapan unsur hara maupun proses pertumbuhan akar adventif itu sendiri.
    3. gundukan tanah ( mound layering )
    yaitu suatu proses dari penanaman sebuah tanaman atau cabang tanaman dengan posisi horizontal di dalam dasar parit ataupun kedalam tanah yang kemudian akan dilakukan penimbunan di sekitar pucuk – pucuk baru yang nantinya dari pucuk ini akan mengalami etilolasi yang nantinya hasi dari gundukan tanah inilah yang akan dipakai.
    b.Blanching Process (Pemutihan)
    ialah suatu kegiatan dari perundukan yang mana pucuk baru yang dihasilakan,akan berkembang pada saat mereka tumbuh bila di tutup dan bagian pucuknya itu dapat kita rundukkan sehingga tidak terkena cahaya matahari dan kelembapannya juga dapat terjaga sehingga pada bagian yang menyentuh permukaan tanah akan mengalami pemanjangan sel, sedangkan bagian lainnya tidak.
    c.trench layering (perundukan parit)
    pada bagian perundukan parit ini hanya menggunakan beberapa bagian tanaman yang dianggap lebih , baik dari segi panjangnya, sehingga pada bagian ini, kita dapat menempelkan tanah ( membentuk ) sebuah parit baru sehingga dapat menghasilkan perundukan parit yang baik.

  45. Selamat malam ibu…
    Saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari tugas yang telah ibu berikan. Dimana pertanyaannya adalah :

    • Apa perbedaan dari mound layering (gundukan tanah), trench layering (perundukan parit), dan blanching process (pemutihan)? (sertakan gambarnya)
    • Apa perbedaan etiolasi dan blanching (pemutihan)?
    • Mengapa dalam proses layering harus ada kegiatan mengeliminasi cahaya?

    #Mound layering (atau stooling)
    Mound layering (atau stooling) bisa menjadi teknik yang berguna untuk menyebarkan berat bertangkai, erat bercabang rootstocks semak dan pohon buah-buahan. Namun jarang digunakan oleh amatir tukang kebun, dan yang paling sering digunakan oleh petani komersial.
    . Pada musim terbengkalai, batang tanaman dipotong kembali sampai 8 cm (3 in) diatas permukaan tanah. . Ketika tunas baru yang muncul pada musim semi mencapai sekitar 15-20 cm (6 – 8 in), lapisan tanah liat berpasir harus mounded atas mereka sehingga mereka hanya menampilkan tips. . Ini harus diulang dua kali sebelum musim panas. . Akar akan berkembang pada basis tunas muda, yang bisa dihapus di musim terbengkalai akan dicangkokkan atau ditanam di dalam pot individu.

    Metode ini bekerja dengan baik untuk apel rootstocks, spirea, quince, Daphne, magnolia, dan cotoneaster. Mungkin juga digunakan untuk bumbu seperti thyme dan bijak, walaupun sebagai root herbal cenderung mudah, tidak perlu bagi mereka untuk dipotong kembali sebelum mounding.

    #Trench layering
    Juga dikenal sebagai etiolation layering, parit layering terutama digunakan untuk pohon buah yang sulit untuk menyebarkan metode lain, dan bekerja baik dengan tanaman yang kuncup akan istirahat dan tumbuh di bawah tanah, seperti pohon-pohon gandarusa, viburnum, anggur dan dogwoods.

    Tanaman induk ditanam pada sudut 30-40 ke tanah sehingga cabang dapat ditarik ke permukaan tanah dengan lebih mudah. Seorang muda, kuat cabang diletakkan horizontal dalam 5 cm (2 in) parit dan dipatok ke posisi. Hal ini kemudian ditutup dengan tanah untuk mendorong pembangunan beberapa tunas baru. Sebagai tunas ini berkembang, tanah penuh akar di sekitar mereka dan akhirnya berkembang. Tunas yang berakar kemudian dapat terlepas dari cabang dan ditanam asli keluar.

    #Blanching process
    merupakan suatu proses/ akibat dari perundukan di mana karena pucuk baru yang baru berkembang pada saat mereka tumbuh di tutup sehingga bagian basal dari pucuk yang dirundukan tidak terekspos cahaya

    #Etiolasi Dan Pemutihan
    merupakan pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap…
    tetapi perlu diingat bahwa etiolasi termasuk salah satu gangguan pertumbuhan pada tanaman yang kekurangan sinar matahari. Kerja auksin yang terlalu berlebihan menjadikan batang hanya bertumbuh secara apikal (bertumbuh memanjang) tanpa disertai pertumbuhan lateral (pertumbuhan ke samping yang membuat batang memiliki ukuran diameter tertentu untuk menyokong beban tubuh di bagian atas).

    Jika etiolasi terjadi, batang menjadi kutilang, kurus tinggi “gak” langsing… sehingga trasport sari makanan di antara organ tumbuhan tidak berjalan baik. Selain itu karena kurangnya cahaya, fotosintesis tidak berlangsung dengan baik, dengan tidak ada energi yang bisa dihasilkan tumbuhan untuk melakukan aktivitas pertumbuhan secara optimal. Dalam dunia pertanian, etiolasi harus dihindari agar hasil yang diperoleh pun optimal.
    Sedangkan Pemutihan
    Merupakan pertumbuhan dimana terjadinya pemanjangan sel pada Bagian tanaman dimana bagiian tersebut terkena tanah.

    #Perlunya Eliminasi Cahaya
    karena pembiakan tanaman secara layering (perundukan) tergantung pada mengeliminasi cahaya bertujuan untuk membuat suhu menjadi rendah.merupakan hal yang perlu dilakukan pada perundukan, dengan adanya eliminasi cahaya ini akan mengakibatkan penghentian translokasi ke bawah dari bahan – bahan yang Merupakan bahan bahan pertumbuhan tanaman,bahan – bahan ini berakumulasi di dekat titik perlakuan dan pengakaran terjadi di bagian ini

  46. Selamat malam ibu…
    Saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari tugas yang telah ibu berikan. Dimana pertanyaannya adalah :

    • Apa perbedaan dari mound layering (gundukan tanah), trench layering (perundukan parit), dan blanching process (pemutihan)? (sertakan gambarnya)
    • Apa perbedaan etiolasi dan blanching (pemutihan)?
    • Mengapa dalam proses layering harus ada kegiatan mengeliminasi cahaya?

    #Mound layering (atau stooling)
    Mound layering (atau stooling) bisa menjadi teknik yang berguna untuk menyebarkan berat bertangkai, erat bercabang rootstocks semak dan pohon buah-buahan. Namun jarang digunakan oleh amatir tukang kebun, dan yang paling sering digunakan oleh petani komersial.
    . Pada musim terbengkalai, batang tanaman dipotong kembali sampai 8 cm (3 in) diatas permukaan tanah. . Ketika tunas baru yang muncul pada musim semi mencapai sekitar 15-20 cm (6 – 8 in), lapisan tanah liat berpasir harus mounded atas mereka sehingga mereka hanya menampilkan tips. . Ini harus diulang dua kali sebelum musim panas. . Akar akan berkembang pada basis tunas muda, yang bisa dihapus di musim terbengkalai akan dicangkokkan atau ditanam di dalam pot individu.

    Metode ini bekerja dengan baik untuk apel rootstocks, spirea, quince, Daphne, magnolia, dan cotoneaster. Mungkin juga digunakan untuk bumbu seperti thyme dan bijak, walaupun sebagai root herbal cenderung mudah, tidak perlu bagi mereka untuk dipotong kembali sebelum mounding.

    #Trench layering
    Juga dikenal sebagai etiolation layering, parit layering terutama digunakan untuk pohon buah yang sulit untuk menyebarkan metode lain, dan bekerja baik dengan tanaman yang kuncup akan istirahat dan tumbuh di bawah tanah, seperti pohon-pohon gandarusa, viburnum, anggur dan dogwoods.

    Tanaman induk ditanam pada sudut 30-40 ke tanah sehingga cabang dapat ditarik ke permukaan tanah dengan lebih mudah. Seorang muda, kuat cabang diletakkan horizontal dalam 5 cm (2 in) parit dan dipatok ke posisi. Hal ini kemudian ditutup dengan tanah untuk mendorong pembangunan beberapa tunas baru. Sebagai tunas ini berkembang, tanah penuh akar di sekitar mereka dan akhirnya berkembang. Tunas yang berakar kemudian dapat terlepas dari cabang dan ditanam asli keluar.

    #Blanching process
    merupakan suatu proses/ akibat dari perundukan di mana karena pucuk baru yang baru berkembang pada saat mereka tumbuh di tutup sehingga bagian basal dari pucuk yang dirundukan tidak terekspos cahaya

    #Etiolasi Dan Pemutihan
    merupakan pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap…
    tetapi perlu diingat bahwa etiolasi termasuk salah satu gangguan pertumbuhan pada tanaman yang kekurangan sinar matahari. Kerja auksin yang terlalu berlebihan menjadikan batang hanya bertumbuh secara apikal (bertumbuh memanjang) tanpa disertai pertumbuhan lateral (pertumbuhan ke samping yang membuat batang memiliki ukuran diameter tertentu untuk menyokong beban tubuh di bagian atas).

    Jika etiolasi terjadi, batang menjadi kutilang, kurus tinggi “gak” langsing… sehingga trasport sari makanan di antara organ tumbuhan tidak berjalan baik. Selain itu karena kurangnya cahaya, fotosintesis tidak berlangsung dengan baik, dengan tidak ada energi yang bisa dihasilkan tumbuhan untuk melakukan aktivitas pertumbuhan secara optimal. Dalam dunia pertanian, etiolasi harus dihindari agar hasil yang diperoleh pun optimal.
    Sedangkan Pemutihan
    Merupakan pertumbuhan dimana terjadinya pemanjangan sel pada Bagian tanaman dimana bagiian tersebut terkena tanah.

    #Perlunya Eliminasi Cahaya
    karena pembiakan tanaman secara layering (perundukan) tergantung pada mengeliminasi cahaya bertujuan untuk membuat suhu menjadi rendah.merupakan hal yang perlu dilakukan pada perundukan, dengan adanya eliminasi cahaya ini akan mengakibatkan penghentian translokasi ke bawah dari bahan – bahan yang Merupakan bahan bahan pertumbuhan tanaman,bahan – bahan ini berakumulasi di dekat titik perlakuan dan pengakaran terjadi di bagian ini.

  47. selamat siang bu…..
    dengan ini saya ingin mencoba menjawab pertanyaan yang ibu berikan sebagai tugas dalam bahan kuliah layering.

    1. Jelaskan pengertian dari Mound Layering, Trench Layering dan Blanching Process ?

    Mound Layering atau Perundukan Gundukan yaitu perundukan dengan melibatkan pemotongan tanaman sampai ke batas tanah selama musim dorman dan menggundukan tanah atau media lain di sekitar dasar dari pucuk yang sedang berkembang untuk memacu pengakaran terbentuk pada pucuk – pucuk tersebut, biasanya perundukan ini di gunakan untuk batang tanaman yang kaku, tidak dapat dibengkokan dengan mudah dan yang mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah banyak dari mahkota dari tahun ketahun. Metode ini biasanya digunakan pada tanaman apel rootstock, spirea, quince, daphne, magnolia, dan cotoneaster. Dapat juga pada tanaman thyme.

    Gambar mound layering

    Trench Layering atau perundukan parit yaitu perundukan cabang tanaman dengan posisi horizontal di dalam dasar parit dan di tibun tanah di sekitar pucuk – pucuk baru pada saat mereka tumbuh sehingga dasar pucuk teretiolasi.,akar akan berkembang dari dasar pucuk baru ini. Metode ini biasanya digunakan pada tanaman seperti gandarusa, viburnum, anggur dan dogwoods.

    Gambar trench layering

    Blanching Process (Pemutihan) yaitu suatu proses/ akibat dari perundukan di mana di akibatkan karena pucuk baru yang baru berkembang pada saat mereka tumbuh di tutup sehingga bagian asal dari pucuk yang dirundukan tidak terekspos cahaya.

    2. Apa perbedaan dari pemutihan dan etiolasi ?
    Pemutihan berbeda dari etiolasi, di mana pucuk di hasilkan di dalam kondisi gelap sama sekali dan tidak berdaun, pucuk yang di hasilkan dalam cahaya dan kemudian di tutup dapat mengalami pemutihan. Etiolasi merupakan pertumbuhan tanaman yang sangat cepat di tempat yang gelap. Etiolasi merupakan salah satu gangguan pertumbuhan pada tanaman yang kekurangan cahaya matahari. Biasanya ditandai dengan tanaman tumbuh memanjang tanpa disertai dengan pertumbuhan ke samping (lateral).

    3. Mengapa dalam peroses pelaksanaan perundukan di perlukannya eliminasi cahaya ?
    Karena dengan adanya eliminasi cahaya ini akan mengakibatkan penghentian translokasi ke bawah dari bahan – bahan organik, karbohidrat, auksin dan faktor pertumbuhan lainnya dari daun ke ujung pucuk yang sedang tumbuh,bahan – bahan ini berakumulasi di dekat titik perlakuan dan pengakaran terjadi di bagian ini.

  48. Selamat sore bu, ini jawaban yang saya dapat berdasarkan tugas yang ibu berikan
    1. Jelaskan pengertian dari Mound Layering, Trench Layering dan Blanching Process ?
    => Mound Layering (Perundukan Gundukan) adalah perundukan dengan melibatkan pemotongan tanaman sampai ke batas tanah selama musim dorman dan menggundukan tanah atau media lain di sekitar dasar dari pucuk yang sedang berkembang untuk memacu pengakaran terbentuk pada pucuk – pucuk tersebut. Cara ini dipakai pada tanaman apel rootstock, spirea, quince, daphne, magnolia, dan cotoneaster, Dapat juga pada tanaman thyme.Perundukan di gunakan untuk batang tanaman yang kaku, tidak dapat dibengkokan dengan mudah dan yang mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah banyak dari mahkota dari tahun ketahun
    => Trench Layering atau perundukan parit yaitu perundukan cabang tanaman dengan posisi horizontal di dalam dasar parit dan di timbun tanah di sekitar pucuk – pucuk baru pada saat mereka tumbuh sehingga dasar pucuk teretiolasi.,akar akan berkembang dari dasar pucuk baru ini. Metode ini biasanya digunakan pada tanaman seperti gandarusa, viburnum, anggur dan dogwoods.
    => Blanching Process (Pemutihan) adalah suatu proses akibat dari perundukan yang di akibatkan karena pucuk baru yang baru berkembang pada saat mereka tumbuh di tutup sehingga bagian asal dari pucuk yang dirundukan tidak terekspos cahaya.
    2. Apa perbedaan dari pemutihan dan etiolasi ?
    => perbedaan pemutihan dan etiolasi yaitu Pemutihan adalah suatu proses akibat dari perundukan yang di akibatkan karena pucuk baru yang baru berkembang pada saat mereka tumbuh di tutup sehingga bagian asal dari pucuk yang dirundukan tidak terekspos cahaya sedangkan Etiolasi merupakan pertumbuhan tanaman yang sangat cepat di tempat yang gelap. Etiolasi merupakan salah satu gangguan pertumbuhan pada tanaman yang kekurangan cahaya matahari. Biasanya ditandai dengan tanaman tumbuh memanjang tanpa disertai dengan pertumbuhan ke samping (lateral).
    3. Mengapa dalam peroses pelaksanaan perundukan di perlukannya eliminasi cahaya ?
    => dalam pelaksanan perundukan di perlukannya eliminasi cahaya karena dengan adanya eliminasi cahaya ini akan mengakibatkan penghentian translokasi ke bawah dari bahan – bahan organik, karbohidrat, auksin dan faktor pertumbuhan lainnya dari daun ke ujung pucuk yang sedang tumbuh,bahan – bahan ini berakumulasi di dekat titik perlakuan dan pengakaran terjadi di bagian ini.

  49. met malam bu…..
    ini tugas vegetatif saya:
    1. Jelaskan perbedaan Mound Layering, Trench Layering dan Blanching Process ?
    2. Apa perbedaan dari pemutihan dan etiolasi ?
    3. Mengapa dalam peroses pelaksanaan perundukan di perlukannya eliminasi cahaya ?

    jawaban :
    1. mound layering (Perundukan Gundukan) adalah perundukan dengan melibatkan pemotongan tanaman sampai ke batas tanah selama musim dorman dan menggundukan tanah atau media lain di sekitar dasar dari pucuk yang sedang berkembang untuk memacu pengakaran terbentuk pada pucuk – pucuk tersebut. cara ini biasa digunakan pada tanaman yang memiliki batang yang keras, misalnya apel.

    Trench Layering (perundukan parit) adalah perundukan cabang tanaman dengan posisi horizontal di dalam dasar parit dan di timbun tanah di sekitar pucuk – pucuk baru pada saat mereka tumbuh sehingga dasar pucuk teretiolasi. cara ini biasa digunakan pada tanaman yang memiliki batang merambat. misalnya, anggur.

    Blanching prosses adalah suatu proses/ akibat dari perundukan di mana karena pucuk baru yang baru berkembang pada saat mereka tumbuh di tutup sehingga bagian dari pucuk yang dirundukan tidak terekspos cahaya secara langsung.

    2. Pemutihan berbeda dari etiolasi, pemutiha pucuk di hasilkan di dalam kondisi gelap sama sekali dan tidak berdaun, karena tidak diberikan cahaya. sedangkan Etiolasi merupakan pertumbuhan tanaman yang sangat cepat di tempat yang gelap. Etiolasi merupakan salah satu gangguan pertumbuhan pada tanaman yang kekurangan cahaya matahari.

    3. dengan adanya eliminasi cahaya dapat mempercepat kerja hormon pada bagian tersebut, kita ketahui bahwa sebagian hormon rusak karena adanya cahaya.

    makasih bu……

  50. Akbar Wira Hadikusuma

    Selamat malam bu’ Made…
    Nama saya Akbar Wira Hadikusuma, saya ingin mencoba menjawab pertanyaan yang bu’ Made berikan kepada saya, mengenai:
    1). Jelaskan perbedaan Mound Layering, Trench Layerin dan blanching process?
    2). Apa perbedaan pemutihan dan etiolasi?
    3). Mengapa dalam proses perundukan diperlukan eliminasi cahaya?

    Berikut adalah jawaban dari saya,

    1) Perundukan sederhana (simple layering)

    Simple layering berarti membungkukkan cabang ke tanah dan mendapatkan akar di mana menyentuh, Metode ini digunakan terutama untuk semak dengan cabang-cabang yang fleksibel, seperti Forsythia, Spirea, dan Rambler Rose
    Pilih yang sehat, pensil-seukuran baik cabang terbengkalai kayu di awal musim semi atau dewasa kayu pada akhir musim panas. Belokan belokan ke tanah dan mengupas dedaunan di sekitar daerah di mana secara alami menyentuh. Jadi, yakin cabang cukup panjang sehingga beberapa inci daun yang tersisa di ujung. Melonggarkan atau mengubah tanah di mana cabang menyentuh, dan campur dalam gambut kecil. Dengan pisau tajam, takik atau membelah batang tepat di bawah simpul, masukkan tusuk gigi, dan menambahkan hormon seperti sebelumnya dijelaskan. Kemudian menutupi area dengan dua atau tiga inci tanah dan tegas. Pastikan poin ujung cabang lurus untuk tanaman berbentuk baik. Anda mungkin harus mengancingkan cabang di tanah dengan jepit rambut atau berbentuk V-tongkat atau dengan menempatkan sebuah batu di atas tanah. Tambahkan gambut dan sebuah mulsa ke tanah sebagai penutup untuk menjaga kawasan basah.Satu-satunya perawatan untuk lapisan sederhana adalah untuk menjaga mereka dengan baik dengan cara menyirami. Periksa secara berkala untuk pembentukan akar. Mungkin butuh satu atau lebih musim sebelum tanaman baru siap untuk transplantasi.

    Perundukan Gundukan (mound layering)
    Mound layering ini berguna dengan bertangkai keras, erat bercabang semak, seperti Spirea, Pembungaan Quince, atau
    Magnolia. Hal ini juga berguna untuk produksi buah saham root. Tanaman asli boleh dipotong kembali untuk mendorong banyak tunas baru tumbuh dari dasar. Kemudian, berikut setelah tunas baru telah tumbuh sekitar 8 – 10 incheas, gundukan tanah yang mengandung gambut sphagnum tentang kedalaman sekitar 7-9 inci semak.
    Akar baru akan tumbuh ke tanah di sekitar pertumbuhan.setelah beberapa saat kemudian, dengan sangat hati-hati menggali gundukan, memisahkan tanaman dan transplantasi tanaman baru.

    Perundukan Parit (Trench layering)
    Perundukan parit, cabang horizontal diletakkan di sebuah parit untuk mendorong pembangunan beberapa tunas baru dari tunas tersebut. Sebagai tunas ini berkembang di dalam tanah. Setelah beberapa waktu, cabang tersebut akan menghasilkan akar baru dan akan dilakukan pemotongan untuk mendapatkan tanaman baru dengan cara transplanting.

    Blanching prosess (Pemutihan)
    Suatu proses yang terjadi akibat dari dilakukannya perundukan pada tanaman, pucuk yang baru berkembang pada saat tanaman tumbuh ditutupi sehingga bagian pucuk yang dirundukkan tidak terekspos cahaya.

    2). Perbedaan pemutihan dan etiolasi
    Etiolasi adalah Suatu keadaan yang sering terjadi yaitu tangkai daun memanjang atau pada tanaman-tanaman merambat atau menjalar (contohnya Philodendron) batangnya yang memanjang. Penyebab etiolasi cuma satu tanaman tersebut kurang cahaya. Tanaman yang diletakkan di dalam ruangan cenderung mengalami etiolasi. Ada juga tanaman yang tertutup oleh tanaman lain karena sangking berdesakannya penempatan banyak tanaman sehingga tanaman kecil mengalami etiolasi.
    apabila ditelusuri hingga proses metabolisme dalam tanaman, etiolasi berkaitan erat dengan kinerja hormon endogen (hormon yang diproduksi sendiri). hormon yang berperan terjadinya etiolasi yaitu auksin.
    Auksin memiliki peran dalam pemanjangan sel tanaman dan auksin itu sendiri sangat peka terhadap cahaya. auksin ini diproduksi di pucuk batang dan apabila terterpa cahaya akan terdegradasi (terurai) dan tidak aktif sehingga pemanjangan sel terhambat. oleh karena itu tanaman yang diletakkan di luar ruangan dan terterpa cahaya matahari akan membentuk roset (istilah petani dengan buku batang yang pendek). sedangkan tanaman yang diletakkan di luar ruangan menjadi panjang-memanjang seperti jerapah..
    selain itu auksin juga berperan dalam pembengkokan batang. Keadaan ini dikarenakan hanya satu sisi batang yang terterpa cahaya dan mengakibatkan sel-selnya tidak memanjang. Pada sisi yang lain yang tidak terterpa cahaya auksin tetap aktif dan pemanjangan masih terjadi. Oleh karena itu pencahayaan untuk tanaman yang hanya datang dari arah tertentu menjadikan tanaman berbelok menuju cahaya
    Pemutihan adalah Suatu proses yang terjadi akibat dari dilakukannya perundukan pada tanaman, pucuk yang baru berkembang pada saat tanaman tumbuh ditutupi sehingga bagian pucuk yang dirundukkan tidak terekspos cahaya.

    3). Mengapa dalam proses pelaksanaan perundukan diperlukan eliminasi cahaya
    Di dalam pelaksanaan perundukan diperlukan eliminasi cahaya karena dengan adanya eliminasi cahaya ini akan terbentuk suatu kondisi gelap, kita ketahui dengan kondisi gelap akar akan mudah terbentuk, tujuan dari eliminasi cahaya sendiri adalah untuk pembentukan akar adventif pada cabang/ranting yang sudah dilukai kemudian dirundukkan ke dalam tanah. Selain itu, eliminasi cahaya ini akan mengakibatkan penghentian translokasi ke bawah dari bahan – bahan organik, karbohidrat, auksin dan faktor pertumbuhan lainnya dari daun ke ujung pucuk yang sedang tumbuh,bahan – bahan ini berakumulasi di dekat titik perlakuan dan pengakaran terjadi di bagian ini.

    Terima kasih bu’ Made. .

  51. selamat sore bu,
    ini tugas vgetatif saya
    1. Jelaskan perbedaan Mound Layering, Trench Layering dan Blanching Process ?
    2. Apa perbedaan dari pemutihan dan etiolasi ?
    3. Mengapa dalam peroses pelaksanaan perundukan di perlukannya eliminasi cahaya ?

    1.Mound Layering atu sering kita sebut dengan Perundukan Gundukan yaitu perundukan dengan melibatkan pemotongan tanaman sampai ke batas tanah selama musim dorman dan menggundukan tanah atau media lain di sekitar dasar dari pucung yang sedang berkembang untuk memacu pengakaran terbentuk pada pucuk – pucuk tersebut, biasanya perundukan ini di gunakan untuk batang tanaman yang kaku, tidak dapat dibengkokan dengan mudah dan yang mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah banyak dari mahkota dari tahun ketahun.
    Perundukan Parit (Trench layering)
    Perundukan parit, cabang horizontal diletakkan di sebuah parit untuk mendorong pembangunan beberapa tunas baru dari tunas tersebut. Sebagai tunas ini berkembang di dalam tanah. Setelah beberapa waktu, cabang tersebut akan menghasilkan akar baru dan akan dilakukan pemotongan untuk mendapatkan tanaman baru dengan cara transplanting.
    Blanching prosses adalah suatu proses/ akibat dari perundukan di mana karena pucuk baru yang baru berkembang pada saat mereka tumbuh di tutup sehingga bagian dari pucuk yang dirundukan tidak terekspos cahaya secara langsung.

    2.Pemutihan berbeda dari etiolasi, di mana pucuk di hasilkan di dalam kondisi gelap sama sekali dan tidak berdaun, pucuk yang di hasilkan dalam cahaya dan kemudian di tutup dapat mengalami pemutihan. Etiolasi merupakan pertumbuhan tanaman yang sangat cepat di tempat yang gelap. Etiolasi merupakan salah satu gangguan pertumbuhan pada tanaman yang kekurangan cahaya matahari. Biasanya ditandai dengan tanaman tumbuh memanjang tanpa disertai dengan pertumbuhan ke samping (lateral).

    3.karena mengeliminasi cahaya bertujuan untuk membuat suhu menjadi rendah.merupakan hal yang perlu dilakukan pada perundukan, dengan adanya eliminasi cahaya ini akan mengakibatkan penghentian translokasi ke bawah dari bahan – bahan yang Merupakan bahan bahan pertumbuhan tanaman,bahan – bahan ini berakumulasi di dekat titik perlakuan dan pengakaran terjadi di bagian ini

  52. retna desfira lestari

    selamat siang ibu….
    saya ingin mengirimkan tugas yang ibu berikan tentang layering.

    1. mengapa eliminasi cahaya harus di lakukan pada saat layering.
    karena, biasanya akar tumbuh pada tempat yang terlindung dari sinar atau cahaya, sehingga untuk menumbuhkan akar adventif pada saat layering, eliminasi cahaya harus sebesar mungkin di lakukan, agar hasil akar yang kita inginkan dapat tumbuh dengan baik.

    2. perbedaaan mound layering dan trench layering
    mound layering adalah salah satu teknik layering dengan cara membuat gundukan tanah pada cabang yang akan di lakukan layering,teknik biasanya berguna untuk menyebarkan berat bertangakai, berat bercaban, dan biasanay di aplikasikan pada tanaman semak dan buah-buahan.
    trench layering juga di kenal sebagai etiolation layering. induk daru tanaman ini di tanam di sudut 30-40 (derajat), sehingga tunas baru dapat di patok kedalam parit dangkal dan di tutup dengan tanah. setelah kar muncul, tunas baru dapat di lepaskan dari indduk tanaman

    3. apa perbedaaan pemutihan (blanching) dengan etiolasi
    etiolasi merupakan pemanjangan ukuran tanaman akibat kurang nya cahaya yang di dapatkan oleh suatu tanaman. sehingga pertumbuhan tanaman akan tergganggu. sedangkan blanching atau pemutihan yaitu proses pembentukan pucuk baru yang baru berkembang. sehingga pada saat di lakukan perundukan, bagian pucuk tidak mendapatkan cahaya pada saat mereka tumbuh.

  53. Rajjitha Handayani

    Selamat siang ibu…
    Ini hasil terjemahan saya, mudah – mudahan bermanfaat

    PRINSIP DAN TEKNIK PERUNDUKAN

    Pengantar :

    Pada topik perundukan, semua jenis perbanyakan, dimana akar dipacu untuk dibentuk pada batang sementara yang masih melekat pada pohon induk. Hanya setelah akar terbentuk, cabang rundukan dipisahkan dan ditanam secara terpisah.
    Perundukan sering dipakai terutama pada jenis yang sulit berakar pada stek. Sebagai batang utuh yang mendapatkan persediaan air, unsur hara, dan hormon tanaman ke tempat pembentukan akar. Dehidrasi, merupakan masalah umum pada stek, dicegah, baik seperti pelarutan unsur hara yang sering terjadi pada perbanyakan yang salah. Perundukan sudah sering dipakai sejak bertahun – tahun lalu, kebersihan paling nyata mencegah penyebaran hama dan penyakit, terutama nematoda dan virus (lihat topik 2). Kiat saat perundukan adalah sering menggunakan jenis yang tidak mudah terkena hama dan penyakit pada akar, masing – masing dapat diambil beberapa bulan hingga akar telah terbentuk pada rundukan.
    Yang termasuk teknik perundukan paling umum untuk pohon agroforestry adalah mencangkok, perundukan sederhana, dan stoolung. Pada perbanyakan buah tropis, mencangkok memegang peran penting.
    Sebenarnya cara ini telah dikembangkan pada daerah beriklim sedang dengan musim istirahat yang berbeda sesuai dengan suhu dingin. Mereka dengan mudah menyesuaikan pada kondisi tropis dimana musim pertumbuhan sebagian besar ditentukan oleh hujan.

    MENCANGKOK

    Mencangkok dapat dilakukan hampir pada semua tanaman berkayu, dan merupakan salah satu teknik yang unggul dalam memperbanyak angka kecil dari satu pohon. Menggunakan tunas (cabang) yang relatif muda, dengan demikian untuk merangsang munculnya hormon pembentuk akar tanaman pada potongan tanpa menghalangi suplai air dan unsur hara ke ujung batang. Tunas (cabang) harus masih muda dan kayunya cukup kuat untuk menahan perlakuan, yang terbaik adalah pada awal fase pertumbuhan. Terlihat bahwa bahan pembentukan individu tunas lebih penting dari pada musim lingkungan mencangkok (Garner et al, 1976).
    Potongan dibuat pada satu tempat tepat pada tunas (cabang). Panjang ideal tunas (cabang) cangkokan adalah diantara 20 dan 60 cm, hindari tunas (cabang) yang terlalu besar karena akan kesulitan dalam pembuatannya. Satu sayatan melingkar lengkap dari kulit kayu sekitar 1 – 5 cm, dibuang dengan membuat 2 potongan melingkar dan menghilangkan kulit batang. Yang terpenting sayatan melingkar cukup luas untuk mencegah kalus dari penutupan luka. Namun kerusakan berlebihan pada tunas (cabang) harus dihindari. Memotong kayu terlalu dalam juga harus dihindari. Bagaimana pun juga akan menghalangi persediaan air dan meningkatkan resiko kerusakan pada tunas (cabang). Bahan perangsang pembentukan akar seperti serbuk auksin dapat digunakan dan kalau perlu dicampur dengan fungisida.
    2 gengagam penuh dari substrat penumbuh akar (media) dapat disekitar sayatan, kemudian dibungkus dalam plastik dan dibungkus dalam aluminium foil untuk memelihara kelembaban dan mencegah bertambah panas. Substrat penumbuh akar (media) harus tersinari dalam berat, berlubabang – lubang agar O2 tersedia cukup disekitar sayatan, namun dengan kapasitas pemegang air pasang. Lumut, sabut kelapa, serbuk gergaji, vermikulit atau campuran media apapun, telah dibuktikan bisa digunakan. Terutama untuk jenis yang memerlukan mycrosymbionts, cecah tanah dari pohon didirikan dapat ditambahkan ke media untuk membantu pembentukan akar.
    Untuk menolong cangkokan agar bertahan, daun dipangkas atau dihilangkan sama sekali dan tunas secara parsial terpotong beberapa hari sebelum pemanenan. Saat pemanenan, cangkokan harus di tempatkan dalam suatu wadah berisi air kemudian ditaruh dalam pot mengandung unsur hara, kemudian ditempatkan di bawah naungan terutama pada kondisi lembab, seperti pada polypropogator.
    Jenis yang biasanya diperbanyak dengan mencangkok meliputi mangga, Ficus spp, jeruk, dan alpokat. Ini merupakan cara yang paling sesuai dengan lingkungan lembab kecuali jika sesuai, juga akan berhasil di iklim yang panas. Seperti pada perbanyakan secara vegetatif lainnya, kelembaban yang cukup adalah kunci kesuksesan dan perundukan menginginkan lingkungan tertentu, perlu diperiksa secara teratur dan kalau perlu dibasahi (siram).

    Keterangan gambar :
    1. sayat tunas (cabang) yang dicangkok dengan menggunakan pisau yang tajam. Bidang sayatan melingkar. Penyayatan dilakukan tepat dibawah kuncup daun, karena disinilah tempat berkumpulnya zat pembentuk akar. Kupas kulit batang di bidang sayatan sampai terlihat kambium yang berlendir, hilangkan kambium dengan hati-hati agar tidak melukai jaringan kayu. Biarkan bidang sayatan selama beberapa hari sampai mengering
    2. membungkus bidang sayatan dengan media yang bisa berupa campuran media apapun (misal lumut, serbuk gergaji, sabut kelapa, vermikulit, tanah)
    3. setelah media membungkus bidang sayatan, bentuk bongkahan lalu bungkus dengan plastik, ikat bagian bawah terlebih dahulu agar media tidak tumpah, kemudian ikat yang bagian bawah.

  54. Selamat Sore Bu!! Beriku ini tugas Terjemahan saya!!

    TEKNIK DAN PRINSIP PERUNDUKAN (LAYERING)

    PENDAHULUAN
    Pada topik perundukan(layering), semua jenis perkembangbiakan diringkas dimana akar-akar dibentuk sementara batang masih dilekatkan pada tanaman induk. Hanya setelah pembentukan akar, lapisan dilepaskan dan ditanam sebagai sebuah tanaman terpisah.
    Perundukan sering digunakan pada jenis yang terutama sulit untuk akar dari pemotongan, karena batang yang utuh menyediakan persediaan air, nutrisi, dan hormon tanaman yang terus menerus untuk tempat perkembangan akar. Dehidrasi, suatu masalah umum dalam pemotongan, dicegah, seperti halnya pelarutan nutrisi yang sering terjadi di bawah perkembangbiakan berkabut. Karena dasar pelapisan sering digunakan selama bertahun-tahun, kesehatan yang sepenuhnya harus dipraktekkan unuk mencegah penyebaran hama dan penyakit, terutama nematoda dan virus (lihat topik 2). Karena metode perundukan (layering) sering digunakan dengan jenis yang tidak sulit untuk akar, maka hal ini membutuhkan waktu beberapa bulan sampai akar telah terbentuk pada lapisan.
    Teknik perundukan yang paling umum untuk pohon dalam agroforestri meliputi; pencangkokan, pelapisan sederhana dan stooling. Pada perkembangbiakan buah-buahan tropis, pencangkokan memainkan aturan yang paling penting.
    Walaupun metode ini telah dikembangkan pada daerah iklim sedang dengan musim terhenti yang berbeda sehubungan dengan suhu dingin, mereka dapat dengan mudah beradaptasi dengan kondisi tropis dimana musim pertumbuhan sebagian besar ditentukan oleh hujan.

    PENCANGKOKAN
    pencangkokan atau marcotting dapat dilakukan dengan hampir tanaman hutan apapun dan merupakan metode yang sempurna untuk mengembangbiakkan jumlah kecil dari pohon individu. Hal ini meliputi lingkupan dari tunas muda itu secara relatif, denan demikian yang terpenting untuk suatu pengumpulan dari memakukan peningkatan hormon tanaman pada potongan tanpa menghalangi persediaan air dan nutrisi menuju pangkal tanaman. Tunas-tunas itu seharusnya menjadi muda dan kuat namun cukup kuat untuk bertahan terhadap perlakuan, yang terbaik adalah perkembangan musim sebelumnya. Hal ini tampak bahwa perkembangan individu dari tunas-tunas tersebut lebih penting daripada musim dimana terdapat pengaturan marcot.
    Potongan dibuat pada tempat yang tepat pada tunas tersebut. Panjang yang ideal untuk tunas tersebut antara 20 dan 60 cm untuk menghindari terlalu besar tunas-tunas yang berakar yang mungkin mempunyai kesulitan penetapan. Lingkaran lapisan kayu yang utuh sekitar 1-5 cm dibersihkan dengan cara membuat dua potongan melingkar dan pembersihan lingkaran tengah. Hal ini penting bahwa lingkaran yang cukup besar dibersihkan untuk mencegah kalus dari penutupan luka. Namun kerusakan yang berlebihan terhadap tunas harus dihindarkan. Pemotongan ke dalam kayu sebaiknya juga dihindari karena hal ini mungkin mengganggu penyediaan air dan juga dapat meningkatkan resiko kerusakan pada tunas. Unsur peningkatan akar, seperti noda bubuk auksin jika dibutuhkan dapat dipakai dan dicampur dengan fungisida.
    Dua genggaman penuh media pengakaran yang cocok kemudian dapat dipakai di sekitar luka. Hal ini kemudian diikatkan pada plastik dan dibungkus dengan aluminium foil untuk memelihara kelembaban dan mencegah pemanasan. Substrate pengakaran yang cocok sebenarnya harus tersinari, penyerapan untuk membiarakan oksigen disekitar luka namun dengan suatu kapasitas bantuan air yang tinggi. Lumut, serat (sabut) kelapa, serbuk gergaji, atau campuran tanah dengan substrate apapun telah membuktikan cocok untuk digunakan. Terutama untuk jenis yang membutuhkan microsymbion, tanah yang sedikit pada pembuatan pohon dapat ditambahkan pada media untuk membantu dalam proses pengakaran.
    Dengan tujuan untuk membantu kelangsungan hidup dari lapisan yang berakar, daun-daun dipangkas atau dihilangkan dan tunas-tunas secara parsial dipotong bebrapa hari sebelum pemotongan, pada saat pemotongan, lapisan seharusnya secara cepat ditempatkan ke dalam wadah berisi air dan kemudian ditaruh dalam pot dengan penggunaan sinar yang sesuai tapi dengan media pot bernutrisi, dan diletakkan dibawah tempat yang terlindung, terutama pada kondisi lembab, seperti di polipropogator.
    Jenis yang umum dikembangbiakkan dengan proses pelapisan udara meliputi manggan Ficus spp, Citrus auriculiformis, dan Persea americana. Ini merupakan metode yang paling cocok untuk lingkungan lembab tapi jika dengan perawatan yang sesuai, maka metode ini juga dapat berhasil pda iklim kering. Sama seperti metodec perkembangbiakan tanaman lainnya, kelembaban yang cukup merupakan kunci keberhasilan dan jika diperlukan maka pembuatan lapisan membutuhkan untuk diperiksa dan dilembabkan.

    PELAPISAN SEDERHANA
    Pelapisan sederhana biasanya dilakukan dengan banyak tanaman semak belukar yang dibersihkan yang menghasilkan tunas lembut dan panjang setelah coppicing. Tanaman yang di coppiced pada akhir musim tidur dan perkembangan tunas-tunas muda di tekuk dan dipancangkan ke dalam tanah sedalam 15 sampai 20 cm di bawah ujung, tunas-tunas ini bkemudian membentuk seperti huruf “U”. selama musimnya , tunas-tunas itu muncul dan akan menghasilkan akar yang dipancangkan ke bawah. Untuk peningkatan pada kebehsilan pengakaran, tunas-tunas itu dapat dilukai, atau perlakuan auksin. Tangakai-tangkai biasanya dibiarkan untuk tumbuh selama satu atau dua musim sebelum pemotongan tangtkai yang berakar dan penanamannya dibawah tempat yang terlindung. untuk metode ini agar berhasil, maka hal yang perlu diperhatikan adalah media yang digunakan untuk proses pelapisan harus terjaga kelembabannya, akan tetapi tidak berair sepanjang waktu.

    Keterangan gambar :
    1. Sayatlah cabang yang ingin dicangkok dengan menggunakan pisau yang tajam(pisau stek). Dengan membentuk lingkaran(cincin). Penyayatan dilakukan diantara cabang dan daun karena banyak terdapat zat pembentuk akar. Sayatlah bagian kulit luarnya hingga terlihat bagian kambium yang berlendir, hilangkan kambium yang berlendir tersebut. sampai mongering.
    2. bungkus sayatan dengan menggunakan media yang dinginkan (spt: plastic,botl sisa minuman, sabut kelapa, dll yang mana baik untuk pertumbuhan akar adventifnya.) masukan tanah kedalam media tersebut(tanah liat merupakan media yang baik, karma mudah dibentuk.
    3. setelah terbungkus dan dimasukkan tanah,, ikatlah kedua bagian ujung pembungkus,ikat yang erat agar tanah tidak keluar(berkurang).

  55. TEKNIK DAN PRINSIP PERUNDUKAN (LAYERING)

    PENDAHULUAN
    Pada topik perundukan(layering), semua jenis perkembangbiakan diringkas dimana akar-akar dibentuk sementara batang masih dilekatkan pada tanaman induk. Hanya setelah pembentukan akar, lapisan dilepaskan dan ditanam sebagai sebuah tanaman terpisah.
    Perundukan sering digunakan pada jenis yang terutama sulit untuk akar dari pemotongan, karena batang yang utuh menyediakan persediaan air, nutrisi, dan hormon tanaman yang terus menerus untuk tempat perkembangan akar. Dehidrasi, suatu masalah umum dalam pemotongan, dicegah, seperti halnya pelarutan nutrisi yang sering terjadi di bawah perkembangbiakan berkabut. Karena dasar pelapisan sering digunakan selama bertahun-tahun, kesehatan yang sepenuhnya harus dipraktekkan unuk mencegah penyebaran hama dan penyakit, terutama nematoda dan virus (lihat topik 2). Karena metode perundukan (layering) sering digunakan dengan jenis yang tidak sulit untuk akar, maka hal ini membutuhkan waktu beberapa bulan sampai akar telah terbentuk pada lapisan.
    Teknik perundukan yang paling umum untuk pohon dalam agroforestri meliputi; pencangkokan, pelapisan sederhana dan stooling. Pada perkembangbiakan buah-buahan tropis, pencangkokan memainkan aturan yang paling penting.
    Walaupun metode ini telah dikembangkan pada daerah iklim sedang dengan musim terhenti yang berbeda sehubungan dengan suhu dingin, mereka dapat dengan mudah beradaptasi dengan kondisi tropis dimana musim pertumbuhan sebagian besar ditentukan oleh hujan.

    PENCANGKOKAN
    pencangkokan atau marcotting dapat dilakukan dengan hampir tanaman hutan apapun dan merupakan metode yang sempurna untuk mengembangbiakkan jumlah kecil dari pohon individu. Hal ini meliputi lingkupan dari tunas muda itu secara relatif, denan demikian yang terpenting untuk suatu pengumpulan dari memakukan peningkatan hormon tanaman pada potongan tanpa menghalangi persediaan air dan nutrisi menuju pangkal tanaman. Tunas-tunas itu seharusnya menjadi muda dan kuat namun cukup kuat untuk bertahan terhadap perlakuan, yang terbaik adalah perkembangan musim sebelumnya. Hal ini tampak bahwa perkembangan individu dari tunas-tunas tersebut lebih penting daripada musim dimana terdapat pengaturan marcot.
    Potongan dibuat pada tempat yang tepat pada tunas tersebut. Panjang yang ideal untuk tunas tersebut antara 20 dan 60 cm untuk menghindari terlalu besar tunas-tunas yang berakar yang mungkin mempunyai kesulitan penetapan. Lingkaran lapisan kayu yang utuh sekitar 1-5 cm dibersihkan dengan cara membuat dua potongan melingkar dan pembersihan lingkaran tengah. Hal ini penting bahwa lingkaran yang cukup besar dibersihkan untuk mencegah kalus dari penutupan luka. Namun kerusakan yang berlebihan terhadap tunas harus dihindarkan. Pemotongan ke dalam kayu sebaiknya juga dihindari karena hal ini mungkin mengganggu penyediaan air dan juga dapat meningkatkan resiko kerusakan pada tunas. Unsur peningkatan akar, seperti noda bubuk auksin jika dibutuhkan dapat dipakai dan dicampur dengan fungisida.
    Dua genggaman penuh media pengakaran yang cocok kemudian dapat dipakai di sekitar luka. Hal ini kemudian diikatkan pada plastik dan dibungkus dengan aluminium foil untuk memelihara kelembaban dan mencegah pemanasan. Substrate pengakaran yang cocok sebenarnya harus tersinari, penyerapan untuk membiarakan oksigen disekitar luka namun dengan suatu kapasitas bantuan air yang tinggi. Lumut, serat (sabut) kelapa, serbuk gergaji, atau campuran tanah dengan substrate apapun telah membuktikan cocok untuk digunakan. Terutama untuk jenis yang membutuhkan microsymbion, tanah yang sedikit pada pembuatan pohon dapat ditambahkan pada media untuk membantu dalam proses pengakaran.
    Dengan tujuan untuk membantu kelangsungan hidup dari lapisan yang berakar, daun-daun dipangkas atau dihilangkan dan tunas-tunas secara parsial dipotong bebrapa hari sebelum pemotongan, pada saat pemotongan, lapisan seharusnya secara cepat ditempatkan ke dalam wadah berisi air dan kemudian ditaruh dalam pot dengan penggunaan sinar yang sesuai tapi dengan media pot bernutrisi, dan diletakkan dibawah tempat yang terlindung, terutama pada kondisi lembab, seperti di polipropogator.
    Jenis yang umum dikembangbiakkan dengan proses pelapisan udara meliputi manggan Ficus spp, Citrus auriculiformis, dan Persea americana. Ini merupakan metode yang paling cocok untuk lingkungan lembab tapi jika dengan perawatan yang sesuai, maka metode ini juga dapat berhasil pda iklim kering. Sama seperti metodec perkembangbiakan tanaman lainnya, kelembaban yang cukup merupakan kunci keberhasilan dan jika diperlukan maka pembuatan lapisan membutuhkan untuk diperiksa dan dilembabkan.

    PELAPISAN SEDERHANA
    Pelapisan sederhana biasanya dilakukan dengan banyak tanaman semak belukar yang dibersihkan yang menghasilkan tunas lembut dan panjang setelah coppicing. Tanaman yang di coppiced pada akhir musim tidur dan perkembangan tunas-tunas muda di tekuk dan dipancangkan ke dalam tanah sedalam 15 sampai 20 cm di bawah ujung, tunas-tunas ini bkemudian membentuk seperti huruf “U”. selama musimnya , tunas-tunas itu muncul dan akan menghasilkan akar yang dipancangkan ke bawah. Untuk peningkatan pada kebehsilan pengakaran, tunas-tunas itu dapat dilukai, atau perlakuan auksin. Tangakai-tangkai biasanya dibiarkan untuk tumbuh selama satu atau dua musim sebelum pemotongan tangtkai yang berakar dan penanamannya dibawah tempat yang terlindung. untuk metode ini agar berhasil, maka hal yang perlu diperhatikan adalah media yang digunakan untuk proses pelapisan harus terjaga kelembabannya, akan tetapi tidak berair sepanjang waktu.

    Keterangan gambar :
    1. Sayatlah cabang yang ingin dicangkok dengan menggunakan pisau yang tajam (pisau stek). Dengan membentuk lingkaran (cincin). Penyayatan dilakukan diantara cabang dan daun karena banyak terdapat zat pembentuk akar. Sayatlah bagian kulit luarnya hingga terlihat bagian kambium yang berlendir, hilangkan kambium yang berlendir tersebut. sampai mengering.
    2. bungkus sayatan dengan menggunakan media yang dinginkan (spt: plastik, botol sisa minuman, sabut kelapa, dll. Yang mana baik untuk pertumbuhan akar adventifnya.) Masukan tanah kedalam media tersebut(tanah liat merupakan media yang baik, karna mudah dibentuk.
    3. setelah terbungkus dan dimasukkan tanah,, ikatlah kedua bagian ujung pembungkus,ikat yang erat agar tanah tidak keluar(berkurang).

  56. selamat sore bu,,
    ini tugas terjemahan saya.

    Prinsip dan teknik perundukan

    Pendahuluan

    pada topik perundukan, semua jenis propagasi yang dirangkum dalam akar batang terbentuk ketika masih melekat pada pohon induk. Hanya setelah terbentuk akar, cabang dilepas dan ditanam sebagai tanaman terpisah.

    perundukan sering digunakan dalam spesies yang sangat sulit untuk akar dari setek, sebagai cabang berlapis memungkinkan suplai air terus-menerus, nutrisi dan hormon tanaman ke tempat pembangunan akar. Dehidrasi, masalah yang umum di setek, dicegah, serta gizi pencucian, yang sering terjadi di bawah kabut propagasi. perundukan sering digunakan selama bertahun-tahun, kebersihan harus dilakukan untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit, terutama nematoda dan virus (lihat unit 2). metode perundukan sering digunakan dengan spesies yang biasanya sulit untuk berakar, dapat memakan waktu beberapa bulan sampai akar telah terbentuk pada rundukan.

    Perundukan yang paling umum teknik untuk pohon agroforestri meliputi, mencangkok, perundukan sederhana dan stooling. Pada perbanyakan buah tropis, mencangkok memainkan peran yang paling penting

    Meskipun metode ini telah dikembangkan di daerah yang beriklim berbeda
    musim karena suhu dingin, mereka dapat dengan mudah disesuaikan dengan kondisi tropis mana hujan sangat menentukan musim tumbuh sebagian besar ditentukan oleh hujan

    Sebenarnya cara ini telah dikembangkan pada daerah beriklim sedang dengan musim istirahat yang berbeda sesuai dengan suhu dingin. Mereka dengan mudah menyesuaikan pada kondisi tropis dimana musim pertumbuhan sebagian besar ditentukan oleh hujan.

    Mencangkok
    mencangkok atau marcotting dapat dilakukan pada hampir semua tanaman berkayu dan metode sangat baik untuk memperbanyak jumlah kecil dari satu pohon. Melibatkan girdling yang relatif tunas muda, sehingga mengarah untuk akumulasi hormon perakaran tanaman pada potongan, tanpa menghambat pasokan air dan nutrisi ke ujung. Harus tunas muda dan kayunya cukup kuat untuk menahan perlukaan; terbaik adalah awal pertumbuhan. Tampaknya bahwa perkembangan individu tunas lebih penting daripada musim di mana mencangkok diatur (Garner et al. 1976).

    Potongan dibuat di tempat pada cabang. Panjang yang ideal di atas tunas cangkok adalah antara 20 dan 60 cm sehingga untuk menghindari tunas besar yang mungkin memiliki kesulitan dalam mencangkok. sayatan melingkar lengkap dengan kulit sekitar 1-5 cm dihilangkan dengan membuat dua potongan melingkar dan penghapusan menghilangkan kulit batang. penting bahwa sayatan yang cukup besar dihilangkan untuk mencegah kalus dari menutup luka, namun kerusakan yang berlebihan pada cabang harus dihindari.
    Memotong kayu terlalu dalam juga harus dihindari karena dapat mengganggu pasokan air dan juga meningkatkan risiko kerusakan tunas. Perangsang pembentukan akar seperti serbuk auxin dapat diterapkan dan dicampur dengan fungisida jika perlu.

    Dua genggam substrat perakaran yang cocok kemudian diterapkan di sekitar luka. Ini
    kemudian diikat dalam plastik dan dibungkus dalam aluminium foil untuk menjaga kelembaban dan mencegah pemanasan berlebih. Substrat perakaran yang sesuai harus ringan, cukup berpori untuk memungkinkan oksigen di sekitar luka, tetapi dengan kapasitas memegang air yang tinggi. Moss, kelapa (coir) fibre, serbuk gergaji, vermikulit atau campuran tanah dengan substrat ini telah terbukti cocok. Sedikit tanah dari bawah pohon dapat ditambahkan ke substrat untuk membantu dalam proses pengakaran,

    untuk meningkatkan kelangsungan hidup cangkokan yang berakar , daun dipangkas atau dihilangkan dan tunas dopotong sebagian beberapa hari sebelum panen. Saat panen, cangkokan harus segera ditempatkan dalam sebuah wadah dengan air dan kemudian pot ke atas, menggunakan cahaya yang tepat, tapi bergizi pot menengah, dan ditempatkan di bawah naungan, sebaiknya di bawah kondisi lembab, misalnya di dalam polypropagator.

    Spesies yang umumnya diperbanyak dengan mencangkok meliputi mangga, Ficus spp., jeruk dan alpokat. Ini adalah metode yang paling cocok untuk iklim lembab tetapi jika cocok, juga bisa berhasil dalam iklim kering. Seperti metode propagasi vegetatif lain, kelembaban adalah kunci kesuksesan dan perundukan perlu diperiksa secara teratur dan perlu dibasahi.

    Keterangan gambar :
    1. sayat cabang yang akan dicangkok dengan menggunakan pisau yang tajam. sayatan dilakukan melingkar. Penyayatan dilakukan beberapa cm dibawah kuncup daun. Kupas kulit batang di bidang sayatan sampai terlihat kambium yang berlendir, hilangkan kambium dengan hati-hati agar tidak melukai jaringan kayu.
    2. bungkus bidang sayatan dengan media yang bisa berupa tanah, moss, serbuk gergaji,
    3. setelah bidang sayatan terbungkus media, bungkus media dengan menggunakan plastik
    4. kemudian ikat bagian ujung plastik tersebut.

  57. Akbar Wira Hadikusuma

    Selamat malam Bu’ Made….
    Nama saya Akbar Wira Hadikusuma, saya ingin mencoba menerjemahkan tugas Bahasa Inggris yang bu’ Made berikan kepada saya mengenai perundukan (layering)….
    Berikut adalah hasil terjemahan menurut pendapat saya;

    Simple Layering (perundukan sederhana)

    Simple Layering (perundukan sederhana) biasanya dilakukan dengan banyak membersihkan semak-semak agar bisa memproduksi tunas yang panjang dan lembut setelah dirundukkan. Tanaman yang dirundukkan terakhir akan terhenti semusim, dan tunas muda yang sedang berkembang akan membungkuk dan memancang diatas tanah sekitar 15-20 cm di ujung bawah, kemudian membentuk formasi “U”. Selama musim berlangsung, tunas yang ditanam akan memproduksi akar ketika tunas memancang kebawah. Untuk menghasilkan akar yang baik/sukses, tunas bisa dianginkan atau memakai auxins. Batang biasanya ditanam satu atau dua musim sebelum digunting bagian akar batang yang mati dan yang sedang tumbuh dibawah tirai. Agar metode ini berhasil yang terpenting lapisan bawah digunakan untuk melapisi, yaitu menjaga kelembapan dan tidak berisi air.

    Stoling or Mound Layering (Perundukan Gundukan)
    Stoling or Mound Layering (Perundukan Gundukan) dilakukan dengan tumbuhan yang telah dikurangi sama sekali (sekitar 2,5-5 cm diatas tingkat tanah yang subur) dan agar mempunyai kekuatan alami untuk menghasilkan lapisan tunas yang kuat. Tunas yang baru berkembang secara terus menerus ditutup dengan tanah yang basah/lembab, serbuk kayu, atau lapisan tanah lainnya sekitar setengah berat tanah. Jika tanah ditutup terlalu tinggi, yang terpenting daun mungkin ditutup, karena tunas sedang melemah. Pada musim terakhir akar akan membentuk formasi pada dasar tunas yang bisa kemudian diputuskan dan ditumbuhkan terpisah dari tumbuhan yang lainnya. Juga dengan metode ini, lapisan tanah harus dijaga dari kelembapan dan bebas pathogen.

    Untuk membuat alas tunas, semaian harus ditumbuh berbaris cukup lebar untuk memberikan jarak gundukan selebar 1-1,5 m dibuat cukup terpisah (Garner, 1976). Jarak yang dibuat untuk satu musim yang sedang mengalami pertumbuhan dan memotong sekitar 2-5 cm diatas tanah untuk memulai perkembangan kekuatan tunas yang dilapisi untuk menghasilkan akar. Ini bisa dilihat dari sekeliling perkembangan tunas baru deh kekuatan tunas untuk menyambung sebuah lubang kawat yang bisa mempertinggi kesuksessan/keberhasilan akar. Berdasarkan jarak 0,5 cm2, lubang bisa ditempatkan diatas tanggul sebelum tunas berkembang. Tunas kemudian dipaksakan untuk tumbuh dilubang dan dikelilingi tunas yang tebal.

    Bentuk dari perundukan bertingkat dapat juga dilaksanakan di dalam kontainer-kontainer dengan spesimen-spesimen yang tunggal (Munson, 1982, di Hartmann et al, 1997).

    Terima kasih Bu Made’….

  58. selamat mlm ibu, berikut ini adalah tugas terjemahan saya..

    Apa itu cangkok?
    cangkok adalah suatu proses pemindahan ranting besar atau bagian dari batang pohon untuk membuat tajuk yang lain, baru. sebelum ranting di pindahkan perlu persiapan menggumpalkan tanah atau media lain guna mempersiapkan bagian itu untuk perkembangan akar. setelah hasil tadi di pindahkan dari pohon induk keadaan ini sangat bagus terutama saat pertama latihan pada bonsai, untuk mendapatkan pohon lain dari tajuk yang tidak di inginkan atau untuk menjaga bagian tengah tajuk pohon. Andy walsh memposting sebuah artikel yang berisi keterangan proses fisiologis pada daftar internet club mail/ bagaiman mengetahui pembentukan akar batang pada bagian cangkok serta menyediakan informasi yang kuat yang tidak hanya mengetahui prosesnya saja, tetapi juga langkah langkah menjawab petanyaan dan memecahkan masalah tentang cangkok.

    transport makanan, air dan nutrisi.
    di bawah kulit kayu dari tanaman (kotiledons) ada lapisan yang di sebut dengan floem. lapisan ini mengangkut karbohidrat dan hasil fotosintesis lainnya (termasuk auksin) turun dan meninggalkan mngaliri bagian bagian dari tanaman. dibawah selaput floem ada selaput lain yang disebut xilem, gunanya untuk mentransport air, mineral dan nutrisi dari akar dalam tanah untuk kehidupannya. dibawah xilem ada selaput xilem lainnya yang disebut bagian kedua xilem. lapisan ini ditengah dan didalam kayu pada pohon lapisan floem.

    proses pencangkokan
    didalam proses pencangkokan kulit kayu, kambium dan lapisan pembuluh tapis dipindahkan dengan memotong jalan pembuluh dengan lebar lingkaran antara 1 inch keliling saluran jaringan. pembuluh kayu atau xilem bagaimanapun tetap utuh didalamnya. ini biasanya dikenal dengan persiapan. biasanya auksin sintetik(dalam bentuk bubuk atau cairan) diberikan untuk jaringan pembuluh yang telah dikelupas (walaupun latihan penggunaan auksin biasanya tidak pada semua pohon) kulit kayu yang basah (atau media lembab yang bersifat menyimpan air, tanah). setelah itu diikat dikelilingi dan setelah selesai disiapkan dibungkus dengan pelastik dan segel.

    ada apa pada media cangkokan?
    pada pengelupasa kulit kayu, kambium dan jaringan pembuluh tapis tapi tidak pada pembuluh kayu mengalami pemindahan karbohidrat dan hasil fotosintesis ke bagian bawah tanaman yang dipersiapkan tetapi perpindahan air dan nutrisi mineral untuk dibawa kebagian atas tidak diputuskan. ini menjaga porsi tunas dari kekeringan dan memiliharanya dengan kecukupan nutrisi. pembuangan zat pembelahan kambium yang aktif mencegah regenerasi dari floem dan menyembuhkan luka yang melingkar. karena karbohidrat dan fotosintat tidak terbawa turun dari pucuk yang dipersiapkan untuk cangkok. kehadiran dari karbohidrat dan fotosintat (terutama auksin) pada bagian yang dipersiapkan serta kehadiran dari air kulit batang karena adanya pucuk didalam daerah pertumbuhan pertumbuhan akar. bila akar ini kurang untuk menopang akar yang keluar, akar dipotong dari akar dan selanjutnya tanaman dapat ditanaman dalam pot.

    perbedaan antara cangkok dan stek.
    perkembangan dari tanaman dengan stek terjadi prinsip yang sama. yang berbeda adalah kulitnya dikelupaskan dari tanaman pada awalnya dan air serta nutrisi dibawa oleh tajuk malahan dengan tindakan memotong pembuluh. macam dari perkembangan hanya dapat selesai sedikit kulit yang kecil sejak dibawa oleh air ketidak cukupan ranting atau dahan yang banyak. pemecahan masalah cangkok dan pembuatan tanaman baru dari ranting lainnya pada pohon.

  59. Saya sri muryati ini tugas teknik mencangkok salak
    Teknik Perbanyakan Salak secara Cangkok

    Tanaman salak merupakan salah satu komoditas buah-buahan tropis asli Indonesia. Perbanyakan tanaman salak dapat dilakukan secara generatif (biji) atau vegetatif (cangkok).

    Tanaman salak merupakan salah satu komoditas buah-buahan tropis asli Indonesia. Perbanyakan tanaman salak dapat dilakukan secara generatif (biji) atau vegetatif (cangkok).

    Bahan dan Peralatan
    a. Bahan
    Pupuk ZA, pupuk Urea, pupuk KCL, dolomit, Borax, ZnSO, zat pengatur tumbuh (ZPT)
    b. Peralatan
    Parang (alat potong lainnya), pahat dan palu kayu, cethok (cepang), wadah (pot bambu atau botol aqua)

    Pedoman Teknis

    a. Pemilihan pohon induk dan anakan
    – tanaman salak dapat digunakan sebagai pohon induk apabila sudah berproduksi secara mantap dan berumur 6 – 7 tahun
    – pohon induk terpilih harus sehat
    – jumlah tunas/anakan yang mampu dicangkok dari satu pohon induk maksimal 3 – 5 tunas, yang ideal 2 tunas.
    – pemeliharaan pohon induk dilakukan secara optimal
    – dosis pemupukan khususnya varietas salak Bali dan salak Pondoh adalah 300 g ZA + 37,5 g Urea + 175 g KCL + 200 g Dolomit + 37,5 g Borax + 3,37 g ZnSO per rumpun (pohon)
    – pupuk diberikan secara melingkar di bawah tajuk terluar tanaman
    – penyakit yang sering menyerang tunas/anakan adalah gejala penyakit lengkung daun dan malformasi (perubahan bentuk) yang dicirikan dengan ujung pelepah daun tumbuh zigzag.
    – tunas/anakan siap dicangkok apabila telah mempunyai 3 – 4 pelepah daun yang sudah membuka sempurna.

    b. Peralatan dan wadah cangkokan
    – parang (alat potong lainnya), digunakan untuk memotong daun-daun tua dari pohon induk agar tidak mengganggu pada waktu mencangkok.
    – pahat dan palu kayu, untuk membersihkan pangkal anakan sebelum dicangkok dan memotong cangkokan saat pemisahan dari pohon induknya
    – Cethok (cepang) berfungsi untuk menggali tanah disekitar anakan apabila tertutup tanah
    – wadah cangkokan berfungsi sebagai tempat medium untuk pertumbuhan akar.

    c. Medium Tumbuh dan Zat Pengatur Tumbuh
    – Medium tumbuh mempunyai peranan sebagai penyedia hara
    – Komposisi medium tumbuh terbaik yang dipakai saat mencangkok yaitu campuran tanah dan pupuk kandang (1:1) atau campuran pupuk kandang, sekam dan pasir (1:1:1)
    – Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang mampu menginduksi akar dan memberikan hasil positif pada cangkokan salak.
    – ZPT lainnya adalah rootone F dengan dosis 50 mg/anakan
    – Disamping auksin sintetik dapat juga digunakan limbah bawang merah dengan dosis 75 g

    d. Tahap Pencangkokan Salak
    – Membersihkan tapas dan pelepah daun kering
    – Menyediakan medium tumbuh dan membentuk wadah yang sesuai
    – Menyiapkan larutan ZPT sesuai dengan konsentrasi yang diperlukan (7,5 cc per tunas).
    – Pemasangan pot pada tunas / anakan, pot yang telah disiapkan distel dengan besar kecilnya bonggol tunas / anakan. Pot diisi campuran medium tumbuh, kemudian ditempelkan pada pangkal tunas/anakan, dan pencangkokan dilakukan pada awal musim hujan.
    – Pelepasan cangkokan dari pohon induk, dilakukan apabila cangkokan telah mempunyai akar yang cukup tua dan kuat untuk dipindahkan ke medium pot keranjang bambu. Pencangkokan dengan ZPT dapat dipanen pada umur 2,5 – 5 bulan, sedangkan tanpa ZPT dipanen umur 6 – 8 bulan.
    – Pemeliharaan camgkokan di pesemaian, medium yang digunakan untuk pemeliharaan bibit adalah campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Pada tahap ini diperlukan tambahan nutrisi berupa pupuk majemuk NPK sebanyak 7,5 gram setiap pot untuk mengurangi kematian bibit menjelang siap tanam di lapang.

    Sumber: BIPP Magelang

  60. selamat siang ibu ini tugas tentang perundukan saya:
    pertanyaan:
    Mengapa dalam proses layering harus ada kegiatan mengeliminasi cahaya?
    Apa perbedaan dari mound layering (gundukan tanah), trench layering (perundukan parit), ?
    Apa perbedaan etiolasi dan blanching (pemutihan)?
    jawaban
    – dari sumber yang saya baca dalam proses perundukan kita melakukan usaha menghambat translokasi pembulu floem dan dapat menumbuhkan akar pada daerah tersebut, oleh karena itu dalam kegiatan merunduk kita hari membuat keadaan dimana tanaman yang akan dirundukan berada dalam kondisi gelap sehingga tidak terjadi kegiatan fotosintesis , sehingga suplai fotosintat hanya sampai daerah yang akan di tumbuhkan sebagai inividu baru.
    -mound layering adalah teknik yang berguna untuk menyebarkan cabang-cabang, semak dan pohon buah-buahan. mound layering merupakan salah satu teknik layering dengan cara membuat gundukan tanah pada cabang yang akan di lakukan layering.
    -trench layering (perundukan parit) yaitu perundukan cabang atau ranting tanaman dengan keadaan posisi horizontal di dalam dasar parit dan di timbun tanah di sekitar pucuk – pucuk baru pada saat mereka tumbuh sehingga dasar pucuk teretiolasi, sehingga bagian tanaman muda ini tumbuh memanjang.
    -etiolasi dan blanching (pemutihan)
    etiolasi adalah proses yang terjadi pada tanaman yang berada dalam keadaan tidak ada cahaya sehingga tanaman mengalamin prosess pemanjangan semua bagian sel nya. sedangkan pemutihan terjadi proses kekurangan cahaya hanya pada daerah tertentu saja sehingga proses pamanjangan bagian tanaman hanya pada bagian tertentu yang mengalami kekurangan cahaya.

  61. Selamat malam ibu
    ini tugas nutrisi tanaman sri muryati
    pertanyaan:
    1. pengertian chelate ,
    jawab:
    Chelate adalah MICRONUTRIENTS.
    Microgranular Ciba “Librel” merupakan produk micronutrient chelate dengan menawarkan beberapa kelebihan dibanding produk sejenis yang ada dipasaran.
    Keuntungan/ Manfaat
    •Efektifitas.
    Librel dengan EDTA chelate, memberi stabilitas yang tinggi dan dapat memenuhi salah satu sumber micronutrient. Dengan kestabilan produk tersebut dapat mempercepat penyerapan nutrisi oleh tanaman. Librel Chelate telah terbukti berhasil dari hasil uji selama lebih dari 20 tahun di berbagai Negara.
    •Kompatible.
    Librel Chelate dapat digunakan bersamaan dengan herbisida, fungisida insectisida dan produk untuk pertanian yang lain
    • Kecepatan larut
    Disuplai dalam bentuk free-flowing, librel chelate mudah larut dalam air, tidak ada impuritis yang dapat menyebabkan tersumbatnya filter/ nozzle.
    2. pengertian EDTA adalah EDTA (Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid)
    EDTA adalah suatu komponen organik yang bersifat menstabilkan ion metal. Adanya EDTA maka sifat antagonis Fe pada pH tinggi berkurang jauh. Di pasaran dijumpai dengan merek Fe-EDTA.

  62. selamat siang bu made….
    saya akan mencoba menjgulas tentang mencangkok jambu air…
    Mencangkok atau okulasi adalah teknik pengembangbiakan tanaman yg sangat cocok utk di tanam di dalam pot. Di samping karena qualitas buahnya terjaga sama spt induknya juga nantinya pohon tumbuh tidak terlalu tinggi. Pohon yg dikembangbiakan dg teknik cangkok tidak akan mempunyai akar tunggang.
    Tanaman yg dapat dicangkok adalah tanaman buah berkayu keras atau berkambium. Contoh : Mangga, jambu, jambu air, jeruk, dll.
    untuk itu tanaman yang saya pilih adalah jambu air…
    Alat-alat yg diperlukan :
    1. Pisau yg kuat dan tajam.
    2. Serabut kelapa atau plastik kresek.
    3. Tali atau karet ban dalam bekas.
    4. paku panjang 10 cm.
    5. Ember atau apa saja media lain utk menampung air.
    6. kursi/tangga/stegger, jika cabang terlalu tinggi.
    7. Campuran tanah subur : Pupuk kandang : serabuk gergaji perbandingan 1:1:1

    Langkah-langkah mencangkok :
    1. Pertama, pastikan bahwa induk semang tanaman adalah dari varietas unggul, agar hasilnya nanti adalah bibit unggul juga.
    2. Tentukan cabang yg lurus dan cukup besar agar nanti pohon cukup kuat utk mandiri. Kira-kira sebesar pergelangan tangan anak atau berdiameter 3 cm.
    3. Selanjutnya, kerat pangkal cabang menggunakan pisau. Kerat sekali lagi dari keratan pertama berjarak sekitar satu kepalan tangan atau 5 cm.
    4. Buang kulit antara keratan tadi.
    5. Setelah kulit kayu bersih, kerok lendir/getah sampai bersih dan kayu tidak licin lagi.
    6. Ambil serabut kelapa atau plastik secukupnya ikat bagian bawah dulu.
    7. Bentuk sedemikian rupa sehingga membentuk penampung, isi dengan campuran tanah yg sudah dipersiapkan. Isian harus cukup padat dengan cara ditekan-tekan.
    8. Ikat bagian atas serabut atau plastik dan pastikan campuran tanah tertutup rapat.
    9. Buat lubang-lubang utk pembuangan air berjarak 1 cm antar lubangnya (jika medianya adalah plastik).
    10. Siram air sampai air menetes dari cangkokan.

    Tunggulah sekitar 4-6 minggu sebelum cangkokan siap dipisahkan dari induknya. Ingat selalu utk menyirami cangkokan setiap pagi dan sore hari. Utk memastikan bahwa tanaman yg dicangkok sudah jadi, check apakah sudah keluar akar yg cukup banyak, biasanya sampai menembuas plastik atau serabut pembungkus.
    Jika kondisi ini sudah memenuhi syarat, potong tanaman dari induknya. Sebaiknya memotong menggunakan gergaji agar tanaman tidak rusak.
    Kurangi daun dan ranting. sisakan beberapa lembar daun saja.
    terimakasih bu…

  63. SUCI Ratna Puri

    Siang bu, saya suci akan mencoba menjelaskan tugas dari ibu yaitu perbanyakan tanaman apa yang paling cocok untuk tanaman duku.
    Perbanyakan tanaman duku yang selama ini dilakukan petani adalah dengan menggunakan bibit yang berasal dari biji. Sistem ini memiliki beberapa kelemahan, seperti : masa tunggu tanaman berbuah berkisar 20-25 tahun dan tanaman yang dihasilkan tidak sama kualitasnya dengan tanaman induknya (Gusniwati, 2001).

    Untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui sistem perbanyakan vegetatif yaitu metoda sambung pucuk. Sambung pucuk adalah menyambung bagian pucuk tanaman yang berasal dari biji dengan entres pohon induk yang telah berproduksi sehingga membentuk suatu tanaman gabungan yang dapat hidup terus dan berproduksi. Sambung pucuk akan menjamin batang atas memiliki kualitas genetik sama dengan induknya, juga dapat memperpendek masa tunggu dimana umur 5-6 tahun sudah berbuah. Perbanyakan secara vegetatif dengan teknik sambung pucuk mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan teknik okulasi, karena pohon duku mempunyai kulit yang tipis dan bergetah banyak sehingga untuk mengambil mata okulasinya agak sulit (mata tunas suka sobek). Sedangkan pengadaan bibit melalui cangkokan juga tidak dilakukan karena cara ini kurang efisien yaitu dari satu pohon hanya dapat diambil beberapa cangkokan dan bibit hasil cangkokan mempunyai akar yang kurang kokoh dibandingkan dengan bibit hasil sambung pucuk.

    Perbanyakan dengan biji dilakukan untuk menghasilkan batang bawah, karena dari biji akan diperoleh tanaman yang mempunyai sistem perakaran yang kuat dan relatif lebih tinggi daya adaptasi terhadap lingkungan. Dalam melaksanakan perbanyakan dengan sistem sambung pucuk diperlukan adanya batang bawah dan entres.

    Pertumbuhan bibit duku berasal dari biji untuk persiapan batang bawah tumbuh agak lambat dan baru dapat disambung setelah berumur 1-1,5 tahun. Untuk mempercepat pertumbuhan diperlukan perbaikan teknologi persemaian, media tanam dan pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah maupun daun dengan cara disemprotkan ke bagian bawah daun. Dengan demikian batang bawah siap untuk disambung setelah berumur 7-8 bulan dengan diameter batang mencapai 0,5 cm. Sedangkan untuk entres diambil dari ranting tanaman induk yang berkualitas baik dan telah berproduksi.
    Upaya yang bisa ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui sistem perbanyakan vegetatif. Salah satu metoda perbanyakan vegetatif yang bisa dilakukan adalah metoda sambung pucuk. Sambung pucuk adalah menyambung bagian pucuk tanaman yang berasal dari biji dengan entres pohon induk yang telah berproduksi sehingga membentuk suatu tanaman gabungan yang dapat hidup terus dan berproduksi. Sambung pucuk akan menjamin batang atas memiliki kualitas genetik sama dengan induknya, juga dapat memperpendek masa tunggu dimana umur 5-6 tahun sudah berbuah.
    Perbanyakan secara vegetatif dengan teknik sambung pucuk mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan teknik okulasi karena pohon duku mempunyai kulit yang tipis dan bergetah banyak sehingga untuk mengambil mata okulasinya agak sulit (mata tunas suka sobek), sedangkan pengadaan bibit melalui cangkokan juga tidak dilakukan karena cara ini kurang efisien yaitu dari satu pohon hanya dapat diambil beberapa cangkokan dan bibit hasil cangkokan mempunyai akar yang kurang kokoh dibandingkan dengan bibit hasil sambung pucuk.
    Perbanyakan dengan biji dilakukan untuk menghasilkan batang bawah karena dari biji akan diperoleh tanaman yang mempunyai sistem perakaran yang kuat dan relatif lebih tinggi daya adaptasi terhadap lingkungan. Dalam melaksanakan perbanyakan dengan sistem sambung pucuk diperlukan adanya batang bawah dan entres.
    Pertumbuhan bibit duku berasal dari biji untuk persiapan batang bawah tumbuh agak lambat dan baru dapat disambung setelah berumur 1-1,5 tahun. Untuk mempercepat pertumbuhan diperlukan perbaikan teknologi persemaian, media tanam dan pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah maupun daun dengan cara disemprotkan ke bagian bawah daun. Dengan demikian batang bawah siap untuk disambung setelah berumur 7-8 bulan dengan diameter batang mencapai 0,5 cm, sedangkan untuk entres diambil dari ranting tanaman induk yang berkualitas baik dan telah berproduksi.

    II. Persiapan Batang Atas (entres)
    1. Batang atas yang digunakan dipilih dari pohon induk yang sehat, sudah pernah berbuah (minimal 3 – 4 kali) dan produksinya tinggi, dianjurkan varietas Rasuan.
    2. Calon batang atas (entres) diambil dari ujung cabang yang warna kulitnya masih hijau muda, tetapi daunnya telah mengeras dan bukan cabang air, sebaiknya posisi ranting/entres miring ke atas atau dengan sudut kurang dari 90 derajat.
    3. Dalam melakukan pemotongan entres pakailah pisau potong atau gunting yang bersih dan tajam.
    4. Bahan entres yang telah dipotong segera dimasukkan ke dalam kantong plastik.
    5. Bahan entres yang telah diambil sebaiknya segera dilakukan penyambungan bibit.

    Gambar 1. Entres dalam kantong plastik

    Gambar 2. Bibit duku untuk batang bawah

    III. Cara Penyambungan
    1. Batang bawah yang sudah berumur 7-8 bulan dan mempunyai diamater lebih dari 0,5 cm dipotong pada bagian kulit batang yang masih hijau setinggi 20-25 cm dari permukaan tanah dalam polybag.
    2. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman dengan pemberian pupuk, penyiraman dan pengendalian hama/penyakit (Suparwoto et al. 2004).
    Setelah itu batang bawah dibelah secara membujur sepanjang 2-2,5 cm pada bagian ujung tengahnya (bentuknya seperti celah berbentuk huruf V). Lalu entres disayat bagian pangkalnya pada kedua sisi sepanjang 2-2,5 cm sehingga membentuk huruf V.
    3. Sisipkan entres ke dalam belahan batang. Usahakan waktu penyisipan kambium entres harus bersentuhan langsung dengan kambium batang bawah lalu diikat dengan plastik okulasi atau tali plastik.
    4. Sambungan yang telah diikat kemudian dimasukkan ke dalam sungkup yang telah disediakan. Sungkup tersebut harus tertutup rapat sehingga udara luar tidak bisa masuk. Penyungkupan bertujuan untuk mengurangi penguapan dan mempertahankan kelembaban udara di sekitar sambungan agar tetap tinggi antara 90-100%.
    5. Sungkup tersebut diletakkan di bawah naungan agar terlindung dari sinar matahari langsung. Setelah 4 minggu akan tumbuh tunas baru. Hal ini menunjukkan bahwa sambungan telah berhasil dan sebaliknya, bila batang atas menjadi layu dan mati menunjukkan sambungan tidak berhasil.
    6. Sungkup plastik dan tali pengikat dapat dilepas setelah 1,5-2 bulan sambungan dinyatakan berhasil.

    Gambar 3. Teknik sambung celah (huruf V)

    Gambar 4. Sungkup plastik transparan

    Gambar 5. Bibit duku sambung pucuk

    IV. Penutup
    Perbanyakan bibit duku dengan teknik sambung pucuk merupakan salah satu teknik perbanyakan bibit yang dianjurkan karena lebih efisien dan memperpendek umur saat pertama kali berbuah, yaitu yang semula sekitar umur 20-25 tahun menjadi sekitar 5-6 tahun. Teknik ini sudah mulai berkembang dan diminati oleh penangkar bibit duku di Sumatera Selatan. Selain itu, metoda ini sangat baik untuk mendukung program pengembangan dan peremajaan tanaman duku di Sumatera Selatan.
    Keberhasilan sambung pucuk ditentukan oleh empat faktor, yaitu batang bawah, batang atas, kondisi lingkungan dan keterampilan teknik penyambungan. Batang bawah yang digunakan harus siap sambung baik teknis maupun fisiologis. Siap sambung secara teknis adalah keadaan batang bawah yang diameter pangkal batang telah sama atau lebih besar daripada diameter batang atas. Sedangkan siap sambung secara fisiologis adalah keadaan batang bawah yang kandungan cadangan makanan dan hormon pertumbuhannya telah mampu mendukung kehadiran batang atas yang akan disambungkan.
    Kondisi lingkungan terutama temperatur, kelembaban udara, oksigen dan cahaya sangat menentukan dalam menunjang keberhasilan penyambungan. Pertautan antara batang atas dan batang bawah diawali dengan pembentukan kalus kemudian diikuti dengan diferensiasi beberapa sel parenchyma dalam jaringan kalus menjadi jaringan pembuluh xylem dan phloem. Proses pembentukan kalus sampai jaringan pembuluh akan berjalan dengan baik bila ditunjang dengan keadaan lingkungan yang cocok. Pada umumnya penyambungan dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan.

    Kalau untuk perbanyakan tanaman nanas yang paling cocok adalah stek mahkota buah, di mana pada mahkota buah tersebut terdapat tunas tidur, yang mana apabila tunas tersebut diberikan media tanah dan air maka tunas tersebut akan aktif. Dan pada mahkota buah tersebut terdapat makanan cadangan yang cukup sehingga dalam pengerjaannya tingkat keberhasilanya cukup tinggi.
    Apabila tanaman nanas menggunakan biji, membutuhkan waktu yang lama untuk tanaman menghasilkan, maka memang cara yang lebih baik adalah dengan menggunakan mahkota buah, Untuk cara vegetatif dengan mahkota buah ciri-cirinya adalah tunas yang ditumbuhkan dari mata tunas yang non-aktif pada batang, kemudian disemaikan dalam media steril dengan perlakuan khusus serta jumlah bibit yang dihasilkan banyak, seragam, dan mudah dalam pengangkutan.

  64. Komentar Anda sedang menunggu moderasi.

    1. Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah garis kontur atau memotong lereng.
    2. Bedengan adalah gundukan tanah yang sengaja dibuat oleh petani untuk menanam tanaman sayuran dengan lebar da n tinggi tertentu, dan di antara dua bedengan dipisahkan oleh saluran atau parit dra inase yang berguna untuk mengalirkan air agar aerasi tanah atau kelemba pan tanah dalam bedengan tetap terjaga.
    3. Propagul adalah buah mangrove yang telah mengalami perkecambahan.
    4. Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptic kedalam media steril. Inokula adalah bahan atau media yang mengandung mikroba. Semua pekerjaan mikrobiologi harus dikerjakan secara aseptic.
    5. hidden hunger adalah Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau penyimpangan-penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda.
    6. Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan.
    7. Tanaman sela adalah tanaman di antara tanaman tahunan yang ditata secara teratur dalam bentuk barisan lurus
    8. Sistem Menanam:
    a. Inter Cropping
    Penanaman serentak dua atau lebih jenis tanaman dalam barisan berselang-seling pada sebidang tanah yang sama. Sebagai contoh tumpang sari antara Sorghum dan tanaman kacang tunggak dan antara tanaman ubi kayu dan jagung atau kacang tanah.
    b. Mixed Cropping
    Penanaman dua atau lebih jenis tanaman secara serentak dan bercampur pada sebidang lahan yang sama. Sistem tanam campuran lebih banyak diterapkan dalam usaha pengendalian hama dan penyabab penyakit.
    c. Relay Cropping
    Penanaman sisipan adalah penanaman suatu jenis tanaman kedalam pertanaman yang ada sebelum tanaman yang ada tersebut dipanen, atau dengan istilah lain suatu bentuk tumpang sari dimana tidak semua jenis tanaman ditanam pada waktu yang sama.

    Sequantial Cropping
    Penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang lahan dalam satu tahun, dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama dipanen. Demikian juga kalau ada tanaman ketiga, tanaman ditanam setelah tanaman kedua dipanen.

  65. Malam bu made…

    Bu izin posting materi ibu ini di blog saya.

Tinggalkan Balasan ke yunus richardo Batalkan balasan